Ardika duduk di sofa sambil menyilangkan kakinya. "Tina, ini nggak seperti gaya bertindakmu.""Sebenarnya, kesimpulannya adalah awalnya pemikiranmu belum terbuka.""Selama pemikiranmu sudah terbuka, kamu pasti mengerti, pilihan apa pun yang kamu ambil, sebenarnya ada di tanganmu sendiri. Selama tekadmu nggak tergoyahkan, nggak ada yang bisa memaksamu.""Terkadang, nggak bisa berpikir terlalu banyak."Tina mengangguk dan menatapnya dengan tatapan terkejut, "Kamu benar. Aku benar-benar nggak menyangka suatu hari nanti, aku membutuhkan perlindungan darimu."Sorot mata Tina tampak sedikit rumit.Sebelumnya, karena Ardika telah menjadi penyebab Luna melewati hari-hari yang sulit selama bertahun-tahun, dia tidak menyukai pria ini.Dia selalu mempersulit Ardika.Namun, hari ini dia baru mendapati ternyata tanpa dia sadari, Ardika telah menjadi sosok yang luar biasa hebat yang bisa diandalkan."Hei, jangan berbicara seperti itu. Bagi yang nggak tahu, akan mengira ada hubungan tertentu di antar
Biarpun semua orang juga tahu ini hanyalah sebuah rumor, tidak ada yang bisa menebak hal-hal yang belum terjadi.Namun, seiring dengan pengalihan jabatan Wali Kota Banyuli kali ini, pihak luar kurang yakin terhadap Grup Hatari.Setelah menerima informasi tersebut, tentu saja amarah Luna langsung tersulut.Dia segera meminta orang untuk menyelidiki sebenarnya siapa dalang di balik kekacauan ini.Namun, hasil penyelidikan tersebut membuatnya kesal sekaligus tak berdaya.Karena dalang di balik organisasi investasi yang melakukan pembelian saham atas dasar niat buruk adalah Keluarga Basagita!Lebih tepatnya Tuan Besar Basagita yang merencanakan hal ini.Bahkan berita-berita negatif itu juga disebarluaskan oleh Keluarga Basagita melalui akses-akses tertentu."Sebenarnya apa yang ingin Kakek lakukan ...."Luna memijat-mijat pelipisnya.Walaupun dia tidak tahu jelas alasan Tuan Besar Basagita bertindak demikian.Sangat jelas tidak mungkin Keluarga Basagita bisa melakukan semua ini tanpa dukun
Keluarga Bangsawan Basagita Suraba.Sambil menyilangkan tangannya di depan dada, Wulan menatap Luna dengan tatapan arogan.Sorot mata dingin, meremehkan, disertai dengan sedikit dendam dan kebencian tampak jelas di matanya."Berikan padanya!"Setelah menatap Luna seperti itu selama beberapa saat, dia baru memberikan instruksi dengan mengangkat dagunya ke arah Luna tanpa menoleh ke belakang.Salah seorang pria bersetelan jas yang berada di belakangnya langsung melangkah maju, lalu mengeluarkan sebuah dokumen dan menyodorkannya pada Luna."Kalian melakukan pembelian Grup Hatari atas dasar niat jahat secara terang-terangan, hanya ingin Ardika menandatangani ini?"Luna memindai dokumen itu sejenak, keningnya sedikit berkerut.Ini adalah sebuah dokumen penerimaan permintaan maaf.Isi dari dokumen tersebut adalah, Ardika memaafkan tindakan Elsen dan Teodor yang kala itu telah menuduhnya dengan tidak benar.Akhir dari dokumen tersebut membutuhkan tanda tangan dari Ardika.Luna langsung menger
Setelah Keluarga Basagita benar-benar mengakui leluhur dan kembali ke Keluarga Bangsawan Basagita ....Tanpa perlu Luna pikirkan, dia juga sudah tahu bagaimana cara Keluarga Basagita memperlakukannya.Habis manis sepah dibuang, tindakan seperti ini bukan hanya dilakukan sekali atau dua kali oleh Tuan Besar Basagita dan yang lainnya.Jadi, hal-hal yang pada akhirnya hanya akan merugikan dirinya sendiri, Luna tidak akan melakukannya lagi.Sebaliknya, Luna malah berharap Keluarga Basagita tidak bisa mengakui leluhur dan diterima oleh Keluarga Bangsawan Basagita selamanya.Hanya dengan cara seperti ini, Tuan Besar Basagita dan yang lainnya akan terus bersikap merendah dan sewajarnya, tidak berani muncul di hadapannya dan membuatnya jijik."Apa? Kamu bilang nggak ada hubungannya denganmu?"Seperti mendengar lelucon, Wulan memelototinya dan berkata, "Luna, selama masih ada darah Keluarga Basagita mengalir dalam tubuhmu, kamu adalah anggota Keluarga Basagita selamanya! Mati pun, kamu juga ada
Senyuman menakutkan di wajah Wulan, membuat Luna bergidik ngeri.Perasaan takut yang luar biasa menyelimuti dirinya!"Dasar licik dan nggak tahu malu!"Sekujur tubuh Luna gemetaran saking kesalnya, dia berkata dengan marah, "Wulan, apa kamu tahu sekarang kamu benar-benar sudah berubah menjadi iblis?!""Kalau kamu terus begini, cepat atau lambat kamu akan mencelakai dirimu sendiri!""Iblis?"Wulan tertawa dengan bangga. "Kalau begitu, aku menjadi iblis saja.""Lagi pula, bukankah aku bisa menjadi iblis karena kamu dan Ardika?""Sekarang kamu sudah ketakutan? Ckck, aku beri tahu kamu, ini masih belum ada apa-apanya. Pembalasanku terhadap kalian sekeluarga baru saja dimulai ...."Wulan cekikikan dengan suara aneh.Suara tawanya menyelimuti seluruh Vila Cakrawala, membuat suasana di tempat tersebut terkesan menyeramkan.Luna berusaha menekan perasaan tidak nyaman yang menyelimuti hatinya. Kemudian, dia mengangkat lengannya dan melirik jam sekilas, lalu berkata dengan dingin, "Aku beri tahu
Ardika memang sudah marah.Berani-beraninya Wulan menggunakan nyawa Jacky, Desi, Handoko dan yang lainnya sebagai ancaman! Hal itu benar-benar sudah melampaui batasannya!Orang yang bijak adalah orang yang mengambil tindakan untuk mengantisipasi segala bahaya.Ardika tidak ingin menunggu mereka bertindak terlebih dahulu, membiarkan keluarganya menghadapi bahaya.Dia harus membasmi bahaya itu sebelum bahaya itu muncul.Setelah memutuskan panggilan telepon itu, panggilan telepon kedua Ardika ditujukan kepada Helios, Kodam Provinsi Denpapan."Dewa Perang, apakah kamu ingin menyerang komplotan dunia preman atau kekuatan dari luar, sehingga membutuhkan bantuanku untuk mengendalikan situasi?"Begitu panggilan telepon terhubung, langsung terdengar suara riang Helios.Ardika mengangkat alisnya dan berkata, "Kodam Helios begitu senang, tampaknya ada hal yang menggembirakan. Kalau begitu, biarkan aku merepotkanmu sekali lagi.""Haha, Dewa Perang bisa saja! Kalau Dewa Perang menyebut diri sendiri
Alasan Ardika meminta bantuan Helios untuk menyampaikan hal itu adalah, dia tidak ingin terlihat mencampuri urusan seperti ini terlalu terang-terangan, agar tidak menjadi bahan perbincangan orang lain.Bagaimanapun juga, dia adalah anggota tim tempur, seharusnya dia tidak boleh ikut campur dalam urusan Kota Banyuli."Oke, aku pasti akan membantu Dewa Perang untuk menyampaikannya!"Helios langsung menyetujui permintaan Ardika."Oh ya, Helios, beri aku CV orang-orang yang memperebutkan posisi sebagai Wali Kota Banyuli.Ardika mengajukan satu permintaan lagi.Awalnya, dia memang tidak berencana untuk ikut campur dalam perebutan posisi sebagai Wali Kota Banyuli.Dia tidak ingin dirinya berubah menjadi orang seperti Tiano.Namun, sekarang dia tidak bisa tidak ikut campur lagi.Berawal dari Violet yang begitu bersemangat untuk menjadikan Tina sebagai menantu Keluarga Bangsawan Sinatri untuk membantu suaminya memperebutkan posisi tersebut.Lalu sekarang, leluhur Keluarga Basagita, anggota Kel
Hamdi tertegun sejenak, lalu bertanya, "Nona, apa kamu adalah orang Negara Jepara?""Bukan ... sekarang masih bukan!"Wanita itu mengoreksi kata-katanya dengan serius, lalu berkata, "Aku hanya pernah berkuliah di universitas terkenal di Yedo. Saat ini, aku bekerja di departemen investasi Yayasan Investasi Sakura di bawah naungan Bank Sakura.""Tapi, aku yakin dengan kerja kerasku, nggak lama lagi aku sudah bisa mendapatkan kewarganegaraan Negara Jepara!"Nama asli wanita ini adalah Aiko Kinata.Namun, karena bermimpi menjadi orang Negara Jepara, walaupun dia masih belum mendapatkan kewarganegaraan Negara Jepara, dia sudah mengganti nama di kartu tanda penduduknya terlebih dahulu.Melihat sikap ramah tak biasa yang ditunjukkan oleh wanita di hadapannya ini, tidak tahu mengapa Hamdi mulai merasa kesal dan gelisah.Menahan sedikit perasaan tidak suka yang muncul di hatinya, Hamdi bertanya dengan tenang, "Oh, kalau begitu kalian pasti perwakilan dari Yayasan Investasi Sakura?"Perasaan pri
"Tuan Ardika, ini adalah pembunuhnya?!"Melihat mayat yang tergeletak di tanah itu, Sigit sangat terkejut.Ardika baru pergi berapa lama?Dia langsung kembali dengan membawa mayat pembunuh tersebut.Namun, pembunuh ini sudah mati, agak sulit untuk dipertanggungjawabkan.Terlebih lagi, sangat jelas pembunuh ini menerima instruksi dari orang lain ....Seakan-akan bisa membaca pikiran Sigit, Ardika langsung berkata, "Langsung tetapkan dia bunuh diri karena takut akan dosa sendiri saja.""Pembunuh ini adalah orang Negara Jepara. Walau ada dalang di balik semua ini, ini bukanlah sesuatu yang bisa kalian campur tangan lagi. Nanti aku akan menanganinya sendiri."Mendengar Ardika berbicara demikian, Sigit tidak bertanya lagi.Dia mengangguk, lalu langsung meminta bawahannya untuk membawa mayat tersebut.Ardika bertanya lagi, "Omong-omong, bagaimana situasi Keluarga Basagita?""Tuan Besar Basagita dan Wulan sudah nggak bisa diselamatkan lagi. Selain itu, belasan pengawal itu, selain tiga orang
"Kalau begitu, kebetulan sekali aku ingin mencoba."Ardika langsung melangkah maju dengan cepat. Tanpa memberi kesempatan bagi Valtino untuk mengeluarkan senjata api, dia langsung melayangkan satu tamparan hingga lawannya itu terjatuh ke tanah."Krak!"Begitu dipijak oleh Ardika, satu kaki Valtino langsung patah."Ahh ...."Valtino kesakitan setengah mati, tubuhnya terus berkedut."Lepaskan Tuan Muda Valtino! Kalau nggak, kami akan menembak!"Melihat situasi tersebut, anak buah lainnya yang tersisa segera mengeluarkan senjata api mereka.Namun, saat ini Valtino berada di bawah kaki Ardika, mereka hanya berani menggertak, tidak berani benar-benar menembak."Bertahanlah sebentar, aku membutuhkan 'bantuanmu' untuk membawaku keluar dari sini."Ardika berjongkok, menepuk-nepuk wajah Valtino. Kemudian, dia mengangkat lawannya itu seperti anjing mati dan meminta anak buah Valtino untuk menyerahkan mayat pembunuh Negara Jepara itu pada dirinya.Tanpa memedulikan muncung-muncung hitam di sekeli
Valtino tertawa dingin meremehkan. "Ardika, terlepas dari Vita dan Hanko, semua anggota Organisasi Snakei tahu bagaimana Chamir bisa ditekan olehmu.""Kamu hanya mengeluarkan uang untuk menyenangkan hati Ratu Ular, mencoba untuk menjalin hubungan dengannya.""Tapi sekarang aku bisa memberitahumu satu kabar baik.""Ratu Ular sudah mengeluarkan perintah Yang Mulia. Bagi siapa pun di antara orang-orang Organisasi Snakei yang bisa membunuhmu dan mengambil kembali Pedang Ular Gelap, maka orang itu akan segera naik jabatan menjadi ketua cabang Organisasi Snakei Gotawa.""Sekarang kamu sudah nggak punya pendukung lagi, atas dasar apa kamu mengira kamu nggak berani membunuhmu?"Kilatan dingin melintas di mata Ardika. "Ratu Ular? Perintah Yang Mulia?"Valtino berkata dengan dingin, "Hentikan omong kosongmu itu! Ardika, karena kamu sudah memilih untuk datang, kamu pasti sudah memanggil bala bantuan, 'kan? Langsung saja panggil mereka keluar!"Saat berbicara, dia sudah memberikan isyarat mata kep
"Terima kasih atas hadiahnya, Tuan Muda Valtino!"Mata pembunuh Negara Jepara itu langsung berbinar. Setelah mengangguk dan memberi hormat pada Valtino sejenak, dia hendak membungkukkan badannya untuk mengambil uang tersebut.Tepat pada saat ini, Valtino menggerakkan lengan bajunya, sebuah senjata api tiba-tiba meluncur ke dalam genggamannya. Sebelum pembunuh Negara Jepara itu sempat bereaksi, muncung pistol itu sudah tertuju pada kening pembunuh tersebut."Tuan Muda Valtino, kamu ...."Begitu ekspresi pembunuh itu berubah, menunjukkan ekspresi kebingungan, Valtino sudah langsung menebak."Dor!"Sebuah peluru menembus ke kepala pembunuh Negara Jepara itu. Dengan ekspresi marah dan tidak terima menghiasi wajahnya, dia terjatuh lemas di lantai."Membunuh satu orang saja nggak becus, apa gunanya kamu?!"Valtino menyimpan kembali senjata apinya tanpa menunjukkan ekspresi apa pun.Seolah-olah sudah terbiasa menghadapi situasi seperti ini, dua orang di belakangnya langsung melangkah maju dan
"Baik!"Pria berpakaian longgar itu langsung mengeluarkan ponselnya sambil setengah berlutut di lantai, menghubungi sebuah nomor, lalu berkata dengan suara dalam, "Tuan Muda memerintahkan untuk kembali!"Selesai berbicara, dia meletakkan ponselnya, lalu mengalihkan pandangannya kembali ke arah tuan muda tersebut."Tuan Muda, apa perlu mengirim orang ke sana? Selagi situasi malam ini sedang kacau ...."Sebelum dia menyelesaikan kalimatnya, tuan muda itu meliriknya sekilas. Sorot mata dingin nan tajam itu langsung membuatnya menelan kembali kata-kata yang sudah sampai ke ujung lidahnya."Ninja Negara Jepara saja sudah gagal, target sudah mulai waspada.""Kalau sesuatu nggak bisa dipaksakan, jangan dipaksakan! Itu adalah tindakan orang bodoh!""Apa aku nggak pernah mengajarimu?"Pria berpakaian longgar itu mengalihkan pandangannya ke bawah, menangkupkan tangannya dan berkata, "Tuan Muda benar!"Tuan muda itu tidak menghiraukannya lagi, melainkan tampak seperti sedang merenung.Sesaat kemu
"Ahh! Terjadi pembunuhan!""Terjadi pembunuhan!"Ruang mayat itu dipenuhi dengan suara teriakan dan tangisan Keluarga Basagita.Pembunuh Negara Jepara itu benar-benar kejam dan ganas. Jelas-jelas dikepung oleh begitu banyak orang, tetapi dia tetap bisa menerjang keluar dengan "membantai" semua lawannya.Belasan ahli bela diri yang dikirimkan oleh Keluarga Basuki kemari, yang mati, mati. Yang terluka, terluka. Suasana di tempat itu kacau balau."Sayang, apa kamu terluka?!"Melihat pembunuh Negara Jepara itu sudah keluar dari ruang mayat, Luna bergegas menghampiri suaminya.Setelah mengamati Ardika dari ujung kepala hingga ke ujung kaki, memeriksa beberapa kali dan memastikan suaminya tidak terluka, Luna baru menghela napas lega."Tuan Ardika, kalian baik-baik saja, 'kan?!"Sigit juga segera menerjang masuk dengan membawa anggotanya, ekspresinya tampak pucat.Sebelumnya, karena takut terjadi keributan, pihak kepolisian sudah melakukan pengaturan dan mengendalikan area sekitar rumah duka.
"Syuu ...."Adegan pisau melintas disertai dengan warna merah darah yang menakutkan menyambut indra penglihatan semua orang.Warna merah darah itu berasal dari leher Tuan Besar Basagita."Uh ... kamu ...."Sekujur tubuh Tuan Besar Basagita berkedut, dia menatap pembunuh Negara Jepara itu dengan tatapan terkejut, seakan-akan tidak menyangka pria itu akan menghabisinya begitu saja.Dia adalah Kepala Keluarga Basagita.Dia juga merupakan pemimpin cabang Keluarga Bangsawan Basagita Suraba.Tempat ini adalah Kota Banyuli.Dia telah ditakdirkan akan menjadi penguasa kota ini ....Bagaimana bisa orang Negara Jepara ini berani membunuhnya?Berbagai pemikiran berkelebat dalam benak Tuan Besar Basagita.Bahkan sebelum mati pun, dia masih bermimpi bisa membangkitkan Keluarga Basagita kembali, menjadi seseorang yang dihormati oleh banyak orang. Ya, sebuah mimpi yang mustahil terjadi."Sudah mati!""Tuan Besar sudah mati!""Ahhh ... ini nggak mungkin!"Melihat tubuh Tuan Besar Basagita dalam genang
Apa yang dinamakan dengan kena batu sendiri?Situasi Wulan sekarang menggambarkan kalimat itu dengan jelas!Kesabaran pembunuh Negara Jepara itu sudah hampir terkuras habis. Dia menatap Ardika dengan sorot mata dingin dan berkata, "Kamu benar-benar nggak mau kemari?"Akhirnya Tuan Besar Basagita sudah bisa mengumpulkan sedikit kekuatannya. Dia berteriak dengan marah, "Ardika, dasar sialan! Siapa suruh kamu begitu banyak beromong kosong?""Cepat kemari dan berlutut di hadapan Tuan Negara Jepara! Kalau nggak, nanti aku akan melumpuhkanmu!""Ardika, setelah aku lolos dari situasi bahaya ini, aku pasti akan menghabisimu, membuatmu hancur berkeping-keping! Aku juga akan menyuruh orang-orang untuk menggilir istrimu!"Rasa sakit yang luar biasa sudah membuat Wulan melupakan situasinya saat ini. Dia berteriak dengan suara melengking dan penuh amarah.Sekarang akhirnya dia sudah mengerti, Ardika si sialan ini pasti sengaja!Begitu mendengar ucapan Wulan, ekspresi Ardika langsung berubah menjadi
Kali ini, pembunuh Negara Jepara itu langsung menendang satu kaki Tuan Besar Basagita hingga patah."Ya, benar. Aku memang nggak menghormati orang tua dan nggak tahu malu, memangnya kenapa?"Pembunuh Negara Jepara itu sangat menikmati ekspresi amarah Ardika. Dia berkata dengan bangga, "Kalau kamu masih saja beromong kosong di sana dan nggak segera kemari berlutut di hadapanku, aku akan langsung menghabisi tua bangka ini!"Dasar Ardika bajingan!'Dasar Ardika sialan!'Bisakah kamu berhenti berbicara?!'Saking kesakitannya, Tuan Besar Basagita merasakan dirinya sudah nyaris mati.Dia ingin sekali mencaci maki Ardika, juga ingin menerjang ke sana dan mencabik-cabik mulut sial Ardika itu.Namun, rasa sakit yang menjalar ke sekujur tubuhnya, seakan-akan telah menyerap seluruh energinya. Dia bahkan sudah tidak berdaya untuk memaki.Semua orang sudah mendapati, makin Ardika berbicara, makin merangsang kekejaman pembunuh Negara Jepara itu. Makin lama, pembunuh itu bertindak makin kejam.Namun,