Keluarga Bangsawan Basagita Suraba.Sambil menyilangkan tangannya di depan dada, Wulan menatap Luna dengan tatapan arogan.Sorot mata dingin, meremehkan, disertai dengan sedikit dendam dan kebencian tampak jelas di matanya."Berikan padanya!"Setelah menatap Luna seperti itu selama beberapa saat, dia baru memberikan instruksi dengan mengangkat dagunya ke arah Luna tanpa menoleh ke belakang.Salah seorang pria bersetelan jas yang berada di belakangnya langsung melangkah maju, lalu mengeluarkan sebuah dokumen dan menyodorkannya pada Luna."Kalian melakukan pembelian Grup Hatari atas dasar niat jahat secara terang-terangan, hanya ingin Ardika menandatangani ini?"Luna memindai dokumen itu sejenak, keningnya sedikit berkerut.Ini adalah sebuah dokumen penerimaan permintaan maaf.Isi dari dokumen tersebut adalah, Ardika memaafkan tindakan Elsen dan Teodor yang kala itu telah menuduhnya dengan tidak benar.Akhir dari dokumen tersebut membutuhkan tanda tangan dari Ardika.Luna langsung menger
Setelah Keluarga Basagita benar-benar mengakui leluhur dan kembali ke Keluarga Bangsawan Basagita ....Tanpa perlu Luna pikirkan, dia juga sudah tahu bagaimana cara Keluarga Basagita memperlakukannya.Habis manis sepah dibuang, tindakan seperti ini bukan hanya dilakukan sekali atau dua kali oleh Tuan Besar Basagita dan yang lainnya.Jadi, hal-hal yang pada akhirnya hanya akan merugikan dirinya sendiri, Luna tidak akan melakukannya lagi.Sebaliknya, Luna malah berharap Keluarga Basagita tidak bisa mengakui leluhur dan diterima oleh Keluarga Bangsawan Basagita selamanya.Hanya dengan cara seperti ini, Tuan Besar Basagita dan yang lainnya akan terus bersikap merendah dan sewajarnya, tidak berani muncul di hadapannya dan membuatnya jijik."Apa? Kamu bilang nggak ada hubungannya denganmu?"Seperti mendengar lelucon, Wulan memelototinya dan berkata, "Luna, selama masih ada darah Keluarga Basagita mengalir dalam tubuhmu, kamu adalah anggota Keluarga Basagita selamanya! Mati pun, kamu juga ada
Senyuman menakutkan di wajah Wulan, membuat Luna bergidik ngeri.Perasaan takut yang luar biasa menyelimuti dirinya!"Dasar licik dan nggak tahu malu!"Sekujur tubuh Luna gemetaran saking kesalnya, dia berkata dengan marah, "Wulan, apa kamu tahu sekarang kamu benar-benar sudah berubah menjadi iblis?!""Kalau kamu terus begini, cepat atau lambat kamu akan mencelakai dirimu sendiri!""Iblis?"Wulan tertawa dengan bangga. "Kalau begitu, aku menjadi iblis saja.""Lagi pula, bukankah aku bisa menjadi iblis karena kamu dan Ardika?""Sekarang kamu sudah ketakutan? Ckck, aku beri tahu kamu, ini masih belum ada apa-apanya. Pembalasanku terhadap kalian sekeluarga baru saja dimulai ...."Wulan cekikikan dengan suara aneh.Suara tawanya menyelimuti seluruh Vila Cakrawala, membuat suasana di tempat tersebut terkesan menyeramkan.Luna berusaha menekan perasaan tidak nyaman yang menyelimuti hatinya. Kemudian, dia mengangkat lengannya dan melirik jam sekilas, lalu berkata dengan dingin, "Aku beri tahu
Ardika memang sudah marah.Berani-beraninya Wulan menggunakan nyawa Jacky, Desi, Handoko dan yang lainnya sebagai ancaman! Hal itu benar-benar sudah melampaui batasannya!Orang yang bijak adalah orang yang mengambil tindakan untuk mengantisipasi segala bahaya.Ardika tidak ingin menunggu mereka bertindak terlebih dahulu, membiarkan keluarganya menghadapi bahaya.Dia harus membasmi bahaya itu sebelum bahaya itu muncul.Setelah memutuskan panggilan telepon itu, panggilan telepon kedua Ardika ditujukan kepada Helios, Kodam Provinsi Denpapan."Dewa Perang, apakah kamu ingin menyerang komplotan dunia preman atau kekuatan dari luar, sehingga membutuhkan bantuanku untuk mengendalikan situasi?"Begitu panggilan telepon terhubung, langsung terdengar suara riang Helios.Ardika mengangkat alisnya dan berkata, "Kodam Helios begitu senang, tampaknya ada hal yang menggembirakan. Kalau begitu, biarkan aku merepotkanmu sekali lagi.""Haha, Dewa Perang bisa saja! Kalau Dewa Perang menyebut diri sendiri
Alasan Ardika meminta bantuan Helios untuk menyampaikan hal itu adalah, dia tidak ingin terlihat mencampuri urusan seperti ini terlalu terang-terangan, agar tidak menjadi bahan perbincangan orang lain.Bagaimanapun juga, dia adalah anggota tim tempur, seharusnya dia tidak boleh ikut campur dalam urusan Kota Banyuli."Oke, aku pasti akan membantu Dewa Perang untuk menyampaikannya!"Helios langsung menyetujui permintaan Ardika."Oh ya, Helios, beri aku CV orang-orang yang memperebutkan posisi sebagai Wali Kota Banyuli.Ardika mengajukan satu permintaan lagi.Awalnya, dia memang tidak berencana untuk ikut campur dalam perebutan posisi sebagai Wali Kota Banyuli.Dia tidak ingin dirinya berubah menjadi orang seperti Tiano.Namun, sekarang dia tidak bisa tidak ikut campur lagi.Berawal dari Violet yang begitu bersemangat untuk menjadikan Tina sebagai menantu Keluarga Bangsawan Sinatri untuk membantu suaminya memperebutkan posisi tersebut.Lalu sekarang, leluhur Keluarga Basagita, anggota Kel
Hamdi tertegun sejenak, lalu bertanya, "Nona, apa kamu adalah orang Negara Jepara?""Bukan ... sekarang masih bukan!"Wanita itu mengoreksi kata-katanya dengan serius, lalu berkata, "Aku hanya pernah berkuliah di universitas terkenal di Yedo. Saat ini, aku bekerja di departemen investasi Yayasan Investasi Sakura di bawah naungan Bank Sakura.""Tapi, aku yakin dengan kerja kerasku, nggak lama lagi aku sudah bisa mendapatkan kewarganegaraan Negara Jepara!"Nama asli wanita ini adalah Aiko Kinata.Namun, karena bermimpi menjadi orang Negara Jepara, walaupun dia masih belum mendapatkan kewarganegaraan Negara Jepara, dia sudah mengganti nama di kartu tanda penduduknya terlebih dahulu.Melihat sikap ramah tak biasa yang ditunjukkan oleh wanita di hadapannya ini, tidak tahu mengapa Hamdi mulai merasa kesal dan gelisah.Menahan sedikit perasaan tidak suka yang muncul di hatinya, Hamdi bertanya dengan tenang, "Oh, kalau begitu kalian pasti perwakilan dari Yayasan Investasi Sakura?"Perasaan pri
Pria pendek itu tiba-tiba memukul lengan kursinya, lalu menunjuk Hamdi dengan marah dan mengomel panjang lebar dengan menggunakan bahasa Negara Jepara."Apa yang sedang dibicarakan oleh bajingan kecil ini?"Hamdi melontarkan pertanyaan itu dengan memasang ekspresi muram.Walaupun dia tidak mengerti bahasa Negara Jepara, tetapi dia bisa memahami satu kata umpatan itu, yaitu "bajingan". Semua orang Negara Nusantara mengerti satu kata tersebut.Karena itulah, dia juga tidak sungkan lagi. Dia langsung memanggil lawan bicaranya sebagai bajingan kecil.Sebagai penanggung jawab kedua kediaman wali kota, biarpun dia melontarkan kata-kata kasar di saat seperti ini, juga sedang melindungi martabat dan wibawa kediaman wali kota."Pak Hamdi!"Aiko tiba-tiba menegur dengan suara rendah, lalu berkata dengan ekspresi yang sangat serius, "Tolong bersikap hormat sepantasnya pada Tuan Shimizu!""Tuan Shimizu adalah kepala departemen investasi Yayasan Investasi Sakura. Selain itu, Keluarga Hirota di mana
"Intinya, aku harus mendapatkan keenam rumah sakit itu!"Saat ini, nada bicara Shimizu yang berpostur tubuh kecil dan pendek itu dipenuhi dengan acuh tak acuh dan arogan terhadap segala sesuatu.Kalau aturan itu palsu, maka pihak kediaman wali kota harus menetapkan sebuah aturan yang menguntungkan Yayasan Investasi Sakura.Kalau aturan itu memang benar adanya, maka harus disingkirkan!Bisa-bisanya dia melontarkan permintaan seperti itu dengan begitu percaya diri."Pak Hamdi, pertemuan hari ini sampai di sini, aku harap kamu bisa mempertimbangkan ucapanku tadi dengan serius."Shimizu merapikan pakaiannya sejenak, lalu langsung berbalik dan pergi.Beberapa orang pria dan wanita lainnya juga segera mengikutinya dari belakang.Namun, saat hendak keluar dari pintu, Aiko menoleh dan menatap Hamdi dengan sorot mata dingin."Pak Hamdi, aku harap kamu bisa mengerti maksud Tuan Shimizu.""Kalau kamu nggak bisa membuatnya puas, seharusnya kamu nggak akan bisa berlama-lama menduduki jabatanmu seba
Ardika mengalihkan pandangannya ke arah Rivani dan berkata, "Bibi, apa aku sudah membuktikan kemampuanku?"Ekspresi Rivani berubah lagi dan lagi.Muktar yang ditampar, tetapi dia juga merasakan wajahnya panas.Pada akhirnya, Rivani memelototi Ardika dengan tajam, lalu berbalik dan pergi."Ardika, karena kamu sudah menang, maka aku akan mengikuti apa yang kamu katakan. Untuk sementara waktu ini, aku akan memercayaimu.""Aku memberimu waktu satu hari. Kalau kamu benar-benar bisa memanggil Dewi Racun itu kemari dan menangani masalah Keluarga Siantar. Tanpa banyak bicara, aku akan meninggalkan Kota Banyuli.""Kalau nggak, aku harus membawa Jesika pergi.""Aku nggak akan menjadikan nyawa putriku sebagai bahan bercanda!"Ardika mengerutkan keningnya, lalu rileks kembali.Satu hari, ya?'Juga sudah cukup.'Setelah melontarkan kata-kata itu, Rivani langsung membawa Muktar meninggalkan Apartemen Sundain."Pak Ardika, sikap ibuku terhadapmu buruk, harap maklum, ya. Jangan dimasukkan ke dalam hat
Bekas tamparan sudah terlihat di kedua pipi Muktar. Mendengar ucapan ini, dia mengatupkan giginya dengan rapat, lalu berbalik dan menerjang ke arah Ardika lagi.Tanpa beromong kosong sama sekali, Ardika kembali melayangkan tamparan dengan punggung tangannya.Kali ini, Muktar sudah mempersiapkan mentalnya dengan baik. Dia sama sekali tidak menyerang, melainkan hanya bertahan.Melihat tamparan yang dilayangkan oleh Ardika itu, hatinya sedikit mencelus. Dia mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menghindari tamparan tersebut.Saat ini, dia sudah menunjukkan kecepatannya yang paling cepat.Namun, Ardika tetap lebih cepat darinya!"Plak!"Bagaimana Muktar menerjang ke arah Ardika, seperti itu pula dia terpental kembali.Ardika mengerutkan keningnya dan berkata, "Masih belum mengerahkan kekuatan penuh juga? Pak, kamu sedikit meremehkan orang lain, ya!""Pak Muktar, di saat seperti ini, untuk apa kamu masih bersikeras menjaga aturan menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda? Ka
Melihat telapak tangan Muktar akan mendarat di wajahnya, akhirnya Ardika bergerak.Dia menggerakkan kepalanya sedikit ke samping. Di bawah tatapan sedikit terkejut Muktar, dia menghindari serangan pria tua itu dengan mudah.Pada saat bersamaan, dia melangkah maju ke depan, lalu melayangkan satu tamparan."Pergerakan bocah ini cukup cepat, hanya saja nggak tahu bagaimana kekuatannya."Muktar menyunggingkan seulas senyum dingin, lalu mengubah arah telapak tangannya untuk menyambut serangan Ardika."Plak ...."Di saat dua telapak tangan itu berbenturan, terdengar suara ledakan di udara."Kamu ...."Tiba-tiba saja, ekspresi Muktar berubah.Dia hanya merasakan sakit yang luar biasa menjalar di telapak tangannya, sebuah kekuatan yang dominan memasuki tubuhnya melalui lengannya. Anggota tubuh dan tulangnya seakan-akan berpindah tempat, membuat darah dalam tubuhnya bergejolak, sehingga wajah tuanya yang bersih dan putih itu langsung memerah.Lengan Muktar langsung terkulai ke bawah.Namun, kek
Rivani memandang rendah Ardika dari dalam lubuk hatinya, tentu saja dia akan mempersulit Ardika dari berbagai aspek.Dia merasa Ardika hanya mendengar gosip dari tempat tertentu, lalu menyebutkan gosip tersebut untuk mengelabuinya.Ardika menggelengkan kepalanya, lalu sengaja berkata dengan nada bicara sangat menyayangkan, "Bibi, sepertinya kamu sudah bertekad untuk menjual putrimu.""Eh, Ardika, apa maksudmu?!"Kelopak mata Rivani melompat dengan cepat, ekspresinya sangat ganas. Dia benar-benar ingin mencabik-cabik mulut bocah sialan itu hingga hancur!"Bibi, sebenarnya kamu bisa saja memercayaiku untuk sementara waktu. Hanya mencoba saja juga nggak ada ruginya."Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Tapi kamu malah bersikeras nggak bersedia memercayaiku. Selain bertekad untuk menjual putrimu, aku benar-benar nggak bisa menemukan alasan lain kamu bertindak seperti ini.""Kamu ...."Rivani tahu jelas Ardika sedang merangsangnya, tetapi dia tetap kesal setengah mati."Baiklah, kalau beg
Ardika tidak sedang membual.Kala itu, demi membunuhnya, organisasi intelijen Aliansi Panca pernah mengeluarkan dana fantastis, mengundang pembunuh hebat dari berbagai negara untuk membunuhnya secara diam-diam.Di antara orang-orang tersebut, termasuk orang-orang yang menempati peringkat di Situs Gelap Heidim.Menghadapi bocah-bocah yang berinisiatif cari mati sendiri seperti ini, tentu saja datang satu, Ardika bunuh satu.Namun, beberapa di antaranya, karena berbagai alasan-alasan khusus, mereka tidak mati, melainkan dibiarkan pergi oleh Ardika.Jadi, Ardika mengatakan orang-orang ini berutang nyawa padanya, memang tidak berlebihan.Hanya dengan satu panggilan dari Ardika, orang-orang ini akan datang."Memangnya kamu bisa?"Namun, Rivani tetap tidak memercayai ucapan Ardika. Dia mengira Ardika hanya sedang membual."Ardika, kuakui di antara anak-anak muda, boleh dibilang kamu memang unggul. Bagaimanapun juga, kamu membangun semuanya dari nol. Bisa meraih pencapaian seperti hari ini, b
Saat ini, keluhan yang sebelumnya memenuhi hati Jesika terhadap ibunya, langsung menghilang tanpa meninggalkan jejak.Jesika segera menyeka air matanya. Dia mengalihkan pandangannya ke arah Ardika, lalu berkata dengan nada bicara memohon, "Pak Ardika, aku belum pernah memohon padamu untuk melakukan apa pun untukku. Tapi kali ini, aku ingin memohon bantuanmu untuk melenyapkan Istana Neraka.""Aku nggak menginginkan bonus itu lagi!""Selama kali ini kamu bisa menyelamatkan nasib Keluarga Siantar, aku bersedia bekerja untukmu seumur hidup!"Bekerja seumur hidup.Dengan kemampuan Jesika dalam berbisnis, boleh dibilang pengorbanan ini cukup besar.Namun, saat kata-kata ini masuk ke telinga Rivani, dia merasa sangat konyol dan tidak masuk akal."Jesika, apa otakmu sudah rusak?! Kamu memohon bantuannya untuk melenyapkan Istana Neraka?"Rivani menatap Jesika dengan tatapan tidak percaya.Dia merasa demam yang dialami putrinya beberapa waktu yang lalu telah membuat otak putrinya bermasalah, put
"Sebenarnya, Keluarga Siantar juga bukannya nggak melakukan apa-apa.""Melalui jalur Bank Sentral, kakekmu sudah menawarkan hadiah besar. Ada tiga organisasi pembunuh terkenal baik dari dalam maupun luar yang telah menerima tawaran hadiah ini dan pergi memburu Raja Neraka.""Tapi, nggak lama kemudian, tiga organisasi pembunuh ini sudah lenyap. Dari pemimpin hingga anggota inti organisasi-organisasi tersebut, telah dibunuh. Kepala mereka kembali diantarkan ke Kediaman Keluarga Siantar.""Sekarang kalian sudah tahu betapa menakutkannya Istana Neraka, 'kan?""Jesika, apa kamu kira sebagai seorang ibu, jelas-jelas aku tahu itu adalah sebuah jurang, aku akan mendorongmu masuk ke dalam?"Rivani menatap Jesika, berbicara dengan suara dalam, nada bicaranya sudah kehilangan ketenangan tadi.Sangat jelas, Istana Neraka dan Raja Neraka telah memberikan tekanan mental yang besar untuknya.Ini juga merupakan alasan mengapa dia terburu-buru datang ke Kota Banyuli untuk menjemput Jesika pulang.Ekspr
Kata-kata "menjual anak" benar-benar terlalu tidak enak didengar.Namun, dia tidak bisa menemukan kata-kata untuk membantah.Karena pernikahan antara Keluarga Jesika dan Keluarga Darma kali ini, memang ada persentase transaksi yang sangat besar.Rivani memutuskan untuk tidak memperdebatkan topik ini dengan Ardika."Kamu mau membantu menyelesaikannya?"Rivani mengamati Ardika dari ujung kepala hingga ke ujung kaki, lalu berkata dengan ekspresi meremehkan, "Kamu ingin tahu masalah apa yang sedang dihadapi oleh Keluarga Siantar? Oke, aku akan memberitahumu!""Karena Keluarga Siantar telah ditargetkan oleh sebuah organisasi pembunuh bernama Istana Neraka. Kalau kami nggak menjalin hubungan pernikahan dengan Keluarga Darma untuk menangani masalah ini, seluruh Keluarga Siantar akan tertimpa musibah.""Raja Neraka, pemimpin Istana Neraka sudah mengeluarkan pernyataan, akan membunuh seluruh Keluarga Siantar.""Apa kamu mengerti maksud membunuh seluruh Keluarga Siantar? Itu artinya seluruh angg
"Jesika, sudah pernah kubilang padamu, bagi wanita, air mata adalah sesuatu hal yang paling nggak bernilai.""Tapi, karena sekarang masih berada di Kota Banyuli, kamu bisa menunjukkan sisi lemah dan lembutmu itu untuk terakhir kalinya.""Setelah pulang ke rumah nanti, kamu harus menunjukkan sikap layaknya seorang wanita dewasa yang sempurna, harus membuat Keluarga Darma puas.""Kalau kamu masih saja lemah dan lembut seperti sekarang, aku hanya bisa bilang kamu nggak akan bisa menjalani kehidupan sesuai keinginanmu di Kediaman Keluarga Darma. Nggak akan ada orang yang merasa simpati padamu karena air matamu, malah hanya akan membuat orang mengira kamu lemah dan mudah ditindas."Tidak ada gejolak emosi dalam kata-kata yang diucapkan oleh Rivani.Apa yang dialami oleh Jesika, hanya seperti mengulang apa yang pernah dialaminya saja.Di saat seperti ini, daripada berperan sebagai seorang ibu yang penuh kasih sayang, sebaiknya dia bersikap kejam dan tegas, merangsang Jesika untuk kembali ber