Beranda / Urban / Menantu Pahlawan Negara / Bab 1581 Chamir Kota Sewo

Share

Bab 1581 Chamir Kota Sewo

Penulis: Sarjana
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-14 18:00:22
"Kak Vita!"

Saat ini, mata para anggota Organisasi Snakei memerah. Tanpa mereka sadari, mereka sudah mengubah panggilan mereka terhadap Vita.

Demi melindungi mereka, Vita lebih memilih untuk mematangkan sepasang lengan dan sepasang kakinya.

Tindakan Vita itu benar-benar membuat mereka terharu.

Vita tidak berbicara. Dia hanya menatap Ardika dengan lekat, menunggu jawaban darinya.

Ardika terkekeh dan berkata, "Apa kamu pikir kamu berhak untuk mengajukan persyaratan padaku?"

"Kalau ingin mengambil kembali Pedang Ular Gelap, suruh Ratu Ular kalian untuk datang mengambilnya secara pribadi."

Setelah melontarkan dua kalimat itu, Ardika langsung berbalik dan pergi.

Ekspresi Vita langsung berubah. Dia menggertakkan giginya dan berkata, "Eh, Ardika, kalau kamu bertindak seperti ini, seluruh Organisasi Snakei akan menjadi musuhmu! Apa kamu tahu konsekuensinya?!"

Ardika menutup pintu mobil dengan meninggalkan lima kata dengan santai.

"Kalau begitu, jadi musuh saja."

Sepuluh menit kemudian.

Vita me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1582 Bunuh Diri Sebagai Wujud Permintaan Maaf

    "Bukan, orang itu bernama Ardika. Dia adalah menantu benalu dari sebuah keluarga kecil Kota Banyuli, sekaligus anak yang telah dicampakkan oleh Keluarga Mahasura," kata pria jangkung kurus itu sambil menyerahkan sebuah dokumen.Dalam kurun waktu yang sangat singkat, semua informasi tentang Ardika sudah sampai di cabang Organisasi Snakei di Gotawa.Chamir mengambil dokumen tersebut dan melihatnya sejenak, ekspresinya tampak sedikit muram.Berani-beraninya seorang menantu benalu keluarga kecil melumpuhkan anak buah yang dibanggakannya, serta merebut Pedang Ular Gelap di depan umum?!Adapun mengenai identitas Ardika sebagai anak sebuah keluarga kaya yang telah dicampakkan, Chamir sama sekali tidak peduli.Ada banyak keturunan keluarga kaya yang menjadi anak buahnya, bahkan juga ada yang berasal dari keluarga kaya Provinsi Denpapan."Pak Chamir, apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya pria jangkung kurus itu.Chamir mengembalikan dokumen itu padanya dan berkata dengan acuh tak acuh, "

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1583 Memperingatkan Luna

    Menekannya dengan kekuasaan? Ardika sama sekali tidak takut.Namun, Ardika juga tetap waspada.Dia takut ada yang menargetkan Luna.Karena sudah terjadi sekali, Ardika tidak akan membiarkan hal seperti itu terjadi lagi....Hari itu juga.Setelah mendapatkan perintah dari Chamir, Cheko bergegas membawa orang-orangnya pergi ke Kota Banyuli."Hormat kepada Tuan Cheko!"Tiano membawa cucunya, Ponipa, menyambut kedatangan pria itu secara pribadi.Setelah Ardika menimbulkan keributan besar di Vila Hundo beberapa kali, dia tidak tinggal di sana lagi, melainkan tinggal di rumah yang diberikan oleh Kediaman Wali Kota padanya saat dia pensiun.Tentu saja Tiano tahu jelas, dalam silsilah keluarganya ada seorang tokoh hebat seperti Chamir.Hanya saja, dulu dia sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk menjalin hubungan dengan tokoh hebat seperti Chamir, bahkan dia harus bersikap hormat pada Cheko, yang merupakan bawahan Chamir.Cheko meletakkan kedua tangannya di punggungnya, lalu berkata denga

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1584 Memegang Kekuasaan

    Tak lama kemudian, Tiano sudah sampai ke Kediaman Wali Kota.Berdiri di depan pintu Kediaman Wali Kota, ekspresi nostalgia menghiasi wajahnya.Tempat ini adalah tempat yang pernah ditempatinya selama dua puluh tahun. Biarpun sudah pensiun, dia sangat merindukan saat-saat dia masih memegang kekuasaan dan bisa memerintah orang lain.Sebenarnya, saat Ridwan menjabat, masih lumayan.Bagaimanapun juga, Ridwan sangat hormat padanya. Setiap tahun baru atau hari besar, Ridwan selalu mengunjunginya secara pribadi, membuatnya merasakan sensasi seolah-olah masih berkuasa, masih diagungkan.Namun, sejak wali kota baru itu menjabat, semua ini sudah menghilang tanpa meninggalkan jejak.Bocah ingusan itu sama sekali tidak menganggap serius dirinya.Bahkan hingga kini, dia ingin bertemu dengan bocah itu saja sangat sulit.Namun ... hari ini semuanya sudah akan berakhir."Pak Tiano, mengapa Bapak datang kemari?"Begitu mendengar informasi kedatangannya, Hamdi dan Lukmi bergegas keluar menyambutnya. Men

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1585 Luna Dibawa Pergi

    "Cucu Pak Tiano!"Luna sedikit terkejut, hatinya langsung mencelus.Dia tahu ada perselisihan antara Tiano dan Ardika."Ya, benar."Ponipa berkata, "Seharusnya kamu sudah dengar tentang pembunuhan yang suamimu lakukan terhadap Haron dan murid-muridnya, 'kan? Sekarang kami curiga kamu adalah komplotannya. Kamu harus kooperatif dalam investigasi kami. Ikutlah denganku!"Ekspresi Luna langsung berubah menjadi dingin, "Tuan Muda Ponipa, apa kamu berhak melakukan investigasi? Apa kamu ada surat pemanggilan?"Ponipa mendengus dingin, lalu mengalihkan pandangannya ke arah orang-orang Organisasi Snakei di belakangnya.Orang-orang Organisasi Snakei tahu orang yang telah melumpuhkan rekan-rekan mereka adalah suami wanita di hadapan mereka ini. Jadi, mereka semua menatap Luna dengan sorot mata tajam sekaligus dingin.Seorang pria mengeluarkan surat identitas kerjanya, lalu berkata dengan suara dingin dan memasang ekspresi arogan, "Organisasi Snakei sedang bertugas, nggak butuh surat pemanggilan!

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1586 Orang yang Sudah Akan Mati

    "Bu Luna!"Huris sangat terkejut. Hanya sekali pandang saja, dia sudah bisa mengenali wanita yang luar biasa cantik itu adalah Luna.Sorot matanya berubah menjadi aneh, dia menatap Ponipa dan berkata, "Ponipa, hal bagus yang kamu sebut dan ingin kamu bagikan padaku, bukan Bu Luna, 'kan?"Luna yang sedang bingung mengapa Ponipa membawanya kemari, begitu mendengar ucapan itu, dia langsung mengangkat kepalanya dan berkata dengan dingin, "Ponipa, apa yang ingin kamu lakukan?!""Apa yang ingin kulakukan? Tentu saja menikmati dirimu, Bu Luna."Sambil tersenyum nakal, Ponipa memperhatikan tubuh Luna dengan tatapan agresif.Kemudian, dia mengalihkan pandangannya ke arah Huris, lalu berkata sambil terkekeh, "Tuan Muda Huris, dengar-dengar ada dendam antara kamu dan Ardika, jadi aku mengundang istrinya kemari. Lihatlah, aku cukup setia kawan, bukan? Wanita yang luar biasa cantik sepertinya, kubagikan denganmu."Begitu mendengar ucapan Ponipa, api amarah langsung membara di mata Luna saking kesal

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1587 Bagaimana dengan Kediaman Komandan

    "Hehe. Bu Luna, sebaiknya kamu pikirkan dulu dirimu sendiri."Ponipa tertawa dingin. Kemudian, dia mengalihkan pandangannya ke arah Huris dan membuat gerakan tangan mempersilakan. "Tuan Muda Huris, dengan mempertimbangkan pertemanan kita, bagaimana kalau kamu duluan saja?""Aku akan meminta teman-teman dari Organisasi Snakei untuk keluar dulu."Selesai berbicara, dia sudah memulai melakukan pengaturan pada kamera, mencari posisi, lalu menempatkan kamera di atas tripod agar kamera bisa tetap pada posisinya.Seolah-olah berencana untuk merekam adegan yang akan terjadi nanti.Huris meliriknya dan berkata, "Ponipa, sebaiknya kamu jangan cari mati. Tuan Ardika masih belum mati, apa kamu nggak takut dia membalikkan keadaan, lalu datang membunuhmu?"Ponipa memang mengatakan dengan percaya diri bahwa Ardika adalah orang yang sudah akan mati.Namun, pikiran Huris tetap sangat jernih, tidak ikut bersemangat dengan Ponipa.Sejak kejadian terakhir kali dirinya dibawa terbang oleh helikopter akibat

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1588 Nikmatilah

    "Sialan! Berani-beraninya kamu memukulku?!"Sambil menutupi wajahnya, Huris menatap Ponipa dengan tatapan terkejut sekaligus marah.Dia tidak menyangka bocah yang sebelumnya sibuk menjilatnya itu, sekarang malah berani memukulnya yang merupakan seorang Tuan Muda Pertama Keluarga Sudibya.Bocah itu benar-benar bernyali besar!"Bam!"Ponipa kembali melayangkan tendangan ke kepalanya."Tuan Muda Pertama Keluarga Sudibya? Memangnya sehebat itu?""Tahukah kamu keluarga kami dan Tuan Chamir adalah kerabat jauh? Kini aku sudah menjalin hubungan dengan Tuan Chamir, untuk apa aku menjilat dan menyenangkanmu lagi?""Memangnya kenapa kalau aku memukulmu? Aku memang mau memukulmu!""Dasar sialan! Nggak tahu diri kamu, ya ...."Sambil melontarkan kata-kata kasar, Ponipa terus melayangkan tendangan ke tubuh Huris.Sebelumnya, dia sangat merendah di hadapan Huris, kini dia berubah menjadi sangat arogan.Ibarat orang yang berubah menjadi arogan setelah memegang kekuasaan.Satu kalimat ini sangat cocok

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1589 Patahkan Satu Lengan Dulu

    Ponipa menyunggingkan seulas senyum jahat."Nikmati? Oke."Luna mundur sedikit, memalingkan wajahnya.Ponipa sangat senang. 'Sepertinya wanita ini sudah berubah pikiran, dia sudah menyerah untuk melawan.'Dengan pemikiran seperti itu, dia mulai membuka pakaiannya.Tepat pada saat ini, tiba-tiba saja seulas senyum dingin menghiasi wajah Luna. Dia berkata dengan acuh tak acuh, "Ponipa, apa kamu masih bisa 'mengeras'? Lihatlah kondisi fisikmu yang sudah buruk itu. Baru pukul satu orang saja, napasmu sudah terengah-engah!""Apa maksudmu?"Pergerakan Ponipa yang sedang melepaskan pakaian langsung terhenti, ekspresinya mulai berubah.Kondisi fisiknya memang sudah lama buruk akibat kebanyakan mengonsumsi alkohol dan berhubungan intim dengan wanita.Setiap kali, dia harus mengandalkan obat-obatan.Sekarang Luna langsung mengatakannya secara blak-blakan, sama saja dengan membuka luka hatinya.Luna menatapnya dengan sorot mata meremehkan dan berkata, "Maksudku, ya itu ....""Plak!"Saking maluny

Bab terbaru

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1620 Bank Sentral Datang Mencari

    Sekarang, sudah ada banyak orang yang tahu, Pedang Ular Gelap, senjata suci Organisasi Snakei jatuh ke tangan Ardika.Karena hal ini, Organisasi Snakei bahkan sudah melakukan pergerakan besar. Ketua cabang Organisasi Snakei Gotawa, Chamir, sudah mengeluarkan pernyataan secara pribadi, meminta Ardika untuk pergi ke Kota Sewo dan mengantarkan Pedang Ular Gelap dalam tiga hari. Selain itu, Ardika juga harus berlutut memohon pengampunan.Semua orang sedang menunggu tanggapan dari Ardika.Kali ini Ardika sudah bertemu dengan lawan yang sulit dihadapi.Organisasi Snakei.Dua kata ini saja sudah bisa membuat banyak orang ketakutan setengah mati!Bagi banyak orang, tanpa perlu tiga hari, Ardika akan pergi ke Kota Sewo dengan patuh, lalu berlutut di hadapan Chamir dengan patuh, menyerahkan Pedang Ular Gelap kembali.Namun ....Tepat pada saat ini, malah ada orang yang menghubungi beberapa organisasi lelang besar, ingin melelang Pedang Ular Gelap!Dalam hati semua orang, langsung muncul nama ses

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1619 Melelang Pedang Ular Gelap

    "Jadi, Chamir sengaja meminta Organisasi Snakei menyebarluaskan hal itu karena dia sudah memasang jebakan untukmu.""Pelatih, kalau kamu ke sana, dia pasti akan menggunakan segala macam cara untuk menyerangmu.""Kalau kamu nggak pergi, kesannya kamu takut padanya."Draco menganggukkan kepalanya dan menimpali. "Ya, benar. Anjing tua itu membuat perencanaan sempurna ini. Sungguh mengesalkan!"Mereka sudah bisa membaca rencana licik Chamir.Namun, ekspresi mereka tampak sangat tenang, bahkan sedikit acuh tak acuh.Bagi mereka, Chamir bukanlah apa-apa.Karena biarpun Ardika pergi ke Kota Sewo, meluluhlantakkan cabang Organisasi Snakei Gotawa adalah hal yang mudah baginya.Di hadapan kekuatan absolut, perencanaan jahat apa pun tidak ada gunanya."Kalau begitu, apakah Pelatih akan pergi ke Kota Sewo?" tanya Thomas dengan nada bicara penuh harap.Ardika sudah sangat lama tidak melakukan pergerakan besar.Dia sangat ingin melihat Ardika pergi ke Kota Sewo dan meluluhlantakkan cabang Organisasi

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1618 Meluluhlantakkan Cabang Organisasi Snakei

    Wanita itu menatap Wirhan dengan tatapan kagum.Hanya dengan tindakan santai Wirhan, situasi sudah berkembang sesuai keinginannya.Membuat pengaturan, membunuh orang dari jarak jauh.Kata-kata ini bukan hanya sanjungan.Pria yang cerdas dan bijaksana ini, tidak salah lagi adalah ahlinya empat tuan muda Kota Gamiga.Dalam hatinya, seperti inilah pria yang sempurna.Wirhan tersenyum penuh arti. "Aku harap Ardika nggak akan mati semudah itu. Nggak mudah untuk menemukan seseorang yang bisa membuatku sedikit berminat. Kalau dia mati begitu saja, sedikit disayangkan."...Area tim tempur Kota Banyuli, Kediaman Komandan.Ardika sedang minum alkohol bersama Draco dan Thomas.Saat masih berada di medan perang, setiap kali peperangan berakhir, Ardika akan mengadakan perjamuan untuk minum-minum bersama rekan-rekannya, merilekskan diri.Dia bukanlah tipe orang yang arogan. Sebaliknya, dia sering berinteraksi dengan anak buahnya.Di luar tugas resmi, rekan-rekannya juga tidak akan menjauh darinya k

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1617 Memanas-Manasi Situasi

    Hanko menceritakan dengan detail kejadian kala itu.Saat dia mengatakan dia dikalahkan oleh Ardika hanya dengan satu tamparan, ekspresi Chamir juga berubah.Walaupun dia sudah memprediksi kekuatan Ardika, tetapi dia tetap merasa sedikit terkejut."Pak Chamir, kal ini cabang Gotawa mengalami kerugian besar, nggak ada yang bisa menundukkan Ardika. Hanya dengan Pak Chamir turun tangan sendiri, baru bisa menghabisi Ardika dan merebut Pedang Ular Gelap kembali!""Selain itu, Ardika juga sudah bilang, kecuali Pak Chamir pergi secara pribadi, kalau hanya mengirim orang lain ke sana lagi, lain kali dia akan langsung membunuh orang itu!"Hanko berusaha keras membangkitkan semangatnya dan melontarkan kata-kata itu dengan suara dalam.Dia sudah tidak sabar ingin melihat Chamir menghabisi Ardika. Tidak hanya menyingkirkan musuh besar ini, tetapi juga membuka simpul dalam hatinya.Selama Ardika belum mati, mungkin dia tidak akan berani menginjakkan kaki ke Kota Banyuli lagi.Chamir mendengus, lalu

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1616 Bukan Musuh

    Thomas hanya tersenyum getir tanpa berbicara lagi.Dia tahu Ardika pasti bukan hanya sekadar omong saja.Selama hal itu tidak bisa diterima olehnya, tidak peduli siapa yang menghalanginya, atau apa latar belakang orang itu, tetap tidak akan ada yang bisa menghentikannya.Orang-orang seperti mereka justru tunduk padanya karena hal-hal ini.Memangnya kenapa kalau menghabisi seluruh Organisasi Snakei?Saat orang-orang lainnya mendengar ucapan mengintimidasi Ardika ini, hati mereka terguncang.Sebenarnya dari mana kepercayaan diri bocah ini?Apakah dia tahu apa yang sedang dikatakannya?Ardika tidak memedulikan orang-orang lainnya, dia menggunakan ujung pedang yang masih meneteskan darah untuk menepuk-nepuk wajah Hanko. "Aku mengampuni nyawamu. Cepat kembalilah, beri tahu Chamir, kalau mau mencari masalah, datang sendiri ke Kota Banyuli, temui aku. Jangan kirim 'anak-anak ular' untuk menggangguku lagi.""Sekarang aku hanya memotong lenganmu. Kalau sampai terulang lagi, aku akan menggorok l

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1615 Memangnya Kenapa Kalau Menghabisi Seluruh Organisasi Snakei

    Hanko benar-benar merasa hal ini adalah hal yang mustahil.Ada banyak ahli bela diri di Organisasi Snakei, tetapi dia tidak pernah mengalami hal di luar nalar seperti ini, dia juga tidak pernah bertemu dengan orang ajaib seperti ini.Satu tamparan.Hanya satu tamparan saja.Sudah membuatnya kehilangan daya tempurnya sepenuhnya.Terlebih lagi, kekuatan tamparan ini juga seakan-akan di luar nalar.Hanya sedikit kekuatan saja, tetapi kekuatan itu seolah-olah bisa dikendalikan oleh orang lain, membuat sendi pergelangan tangan, siku dan bagian bahunya langsung patah.Namun, bagian-bagian tubuhnya yang lain tidak terluka parah.Saat ini, Hanko sudah merasakan perbedaan dirinya dengan Ardika.Hanya dengan satu tamparan santai dari Ardika, lawannya itu sudah bisa mematahkan kesombongan dan kepercayaan dirinya, juga membuatnya merasakan segala sesuatu seperti di luar nalar.Mungkin, di cabang Organisasi Snakei Gotawa, hanya sang ketua, yaitu Chamir turun tangan sendiri, baru bisa mengalahkan Ar

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1614 Orang Lemah yang Tidak Tahu Diri

    Melihat Ardika yang tetap berdiri mematung di tempat seolah-olah sudah ketakutan setengah mati dan lupa melakukan perlawanan, Tisya, Charles dan yang lainnya menyunggingkan seulas senyum dingin.Saat membual, sangat hebat.Namun, ketika sudah saatnya untuk menunjukkan kemampuan, saat itulah baru terlihat siapa yang kuat dan siapa yang lemah."Pecundang, mati saja kamu!"Hanko juga menyunggingkan seulas senyum ganas.Ardika yang tetap bergeming itu, tidak membuatnya berpikiran untuk berbelas kasihan.Dalam lubuk hatinya, sejak Ardika memprovokasinya, Ardika sudah mati."Mati?"Tepat pada saat ini, akhirnya Ardika bergerak.Sesuai dengan janjinya, dia hanya menggunakan satu lengan.Dalam sekejap, dia mengangkat satu lengannya, lalu melayangkan pukulan beruntun ke arah lengan Hanko yang telah ditariknya."Plak ... plok ... plak ... plok ..."Dengan iringan bunyi itu, lengan Hanko yang tadinya mengarah ke depan, tiba-tiba menjadi lemas dan terkulai ke bawah. Ekspresi kesakitan diwarnai sed

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1613 Sedikit Gegabah

    "Dengan mempertimbangkan kamu sudah dihajar oleh Thomas, aku bisa mengalah darimu dengan menggunakan satu tangan saja. Kalau aku menggunakan dua tangan, aku akan kalah. Aku nggak akan mempermasalahkan hal ini lagi.""Bagaimana?"Mendengar nada bicara santai Ardika, api amarah tampak membara di mata Hanko."Ardika, kamu begitu arogan, apa kamu nggak takut mati?" katanya sambil menggertakkan giginya.Dia tahu sebelumnya Ardika mengalahkan Vita dengan satu tamparan.Hal ini sudah tersebar luas di cabang Organisasi Snakei Gotawa.Namun, menurut Hanko, kali ini Vita bisa kalah karena terlalu meremehkan musuh dan gegabah.Dia tahu jelas kepribadian Vita.Wanita itu sangat arogan dan meninggikan diri sendiri.Bagaimana mungkin dia menganggap serius seorang menantu benalu yang hanya bisa menuangkan air cuci kaki seperti Ardika?Karena itulah, Vita baru bisa kalah dengan begitu mengenaskan seperti pengecut, menjadi bahan tertawaan di Organisasi Snakei.Sementara itu, Hanko sendiri beranggapan d

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1612 Bisa Kuhabisi dengan Mudah

    "Dasar nggak tahu diri! Memangnya kamu pikir kamu bisa memprovokasi Organisasi Snakei?"Tisya terlihat seperti sedang mengejek Ardika, tetapi sesungguhnya dia sedang memanas-manasi situasi.Dia ingin sekali Ardika benar-benar bermusuhan dengan Organisasi Snakei, mengharapkan perseteruan ini kian memanas.Tisya sangat membenci Ardika.Menantu benalu yang satu ini tidak hanya mencelakai putranya, Elsen, ditangkap, tetapi juga sudah merusak rencananya berkali-kali.Hari ini, karena Ardika, dia ditampar dan dikatai selir oleh Thomas di depan banyak orang.Bagi Tisya yang selama ini menganggap dirinya sendiri terhormat, penghinaan seperti ini jauh lebih sulit diterimanya dibandingkan kematian.Namun, dia tidak bisa membalas dendam pada Thomas, dia hanya bisa melampiaskan semua amarah dan kebenciannya pada Ardika.Seperti yang Hanko katakan.Biarpun Thomas melindungi Ardika, Thomas juga tidak mungkin bisa melindunginya selamanya."Apa? Aku? Nggak tahu diri?"Ardika melirik Tisya dan berkata,

DMCA.com Protection Status