Tak lama kemudian, Tiano sudah sampai ke Kediaman Wali Kota.Berdiri di depan pintu Kediaman Wali Kota, ekspresi nostalgia menghiasi wajahnya.Tempat ini adalah tempat yang pernah ditempatinya selama dua puluh tahun. Biarpun sudah pensiun, dia sangat merindukan saat-saat dia masih memegang kekuasaan dan bisa memerintah orang lain.Sebenarnya, saat Ridwan menjabat, masih lumayan.Bagaimanapun juga, Ridwan sangat hormat padanya. Setiap tahun baru atau hari besar, Ridwan selalu mengunjunginya secara pribadi, membuatnya merasakan sensasi seolah-olah masih berkuasa, masih diagungkan.Namun, sejak wali kota baru itu menjabat, semua ini sudah menghilang tanpa meninggalkan jejak.Bocah ingusan itu sama sekali tidak menganggap serius dirinya.Bahkan hingga kini, dia ingin bertemu dengan bocah itu saja sangat sulit.Namun ... hari ini semuanya sudah akan berakhir."Pak Tiano, mengapa Bapak datang kemari?"Begitu mendengar informasi kedatangannya, Hamdi dan Lukmi bergegas keluar menyambutnya. Men
"Cucu Pak Tiano!"Luna sedikit terkejut, hatinya langsung mencelus.Dia tahu ada perselisihan antara Tiano dan Ardika."Ya, benar."Ponipa berkata, "Seharusnya kamu sudah dengar tentang pembunuhan yang suamimu lakukan terhadap Haron dan murid-muridnya, 'kan? Sekarang kami curiga kamu adalah komplotannya. Kamu harus kooperatif dalam investigasi kami. Ikutlah denganku!"Ekspresi Luna langsung berubah menjadi dingin, "Tuan Muda Ponipa, apa kamu berhak melakukan investigasi? Apa kamu ada surat pemanggilan?"Ponipa mendengus dingin, lalu mengalihkan pandangannya ke arah orang-orang Organisasi Snakei di belakangnya.Orang-orang Organisasi Snakei tahu orang yang telah melumpuhkan rekan-rekan mereka adalah suami wanita di hadapan mereka ini. Jadi, mereka semua menatap Luna dengan sorot mata tajam sekaligus dingin.Seorang pria mengeluarkan surat identitas kerjanya, lalu berkata dengan suara dingin dan memasang ekspresi arogan, "Organisasi Snakei sedang bertugas, nggak butuh surat pemanggilan!
"Bu Luna!"Huris sangat terkejut. Hanya sekali pandang saja, dia sudah bisa mengenali wanita yang luar biasa cantik itu adalah Luna.Sorot matanya berubah menjadi aneh, dia menatap Ponipa dan berkata, "Ponipa, hal bagus yang kamu sebut dan ingin kamu bagikan padaku, bukan Bu Luna, 'kan?"Luna yang sedang bingung mengapa Ponipa membawanya kemari, begitu mendengar ucapan itu, dia langsung mengangkat kepalanya dan berkata dengan dingin, "Ponipa, apa yang ingin kamu lakukan?!""Apa yang ingin kulakukan? Tentu saja menikmati dirimu, Bu Luna."Sambil tersenyum nakal, Ponipa memperhatikan tubuh Luna dengan tatapan agresif.Kemudian, dia mengalihkan pandangannya ke arah Huris, lalu berkata sambil terkekeh, "Tuan Muda Huris, dengar-dengar ada dendam antara kamu dan Ardika, jadi aku mengundang istrinya kemari. Lihatlah, aku cukup setia kawan, bukan? Wanita yang luar biasa cantik sepertinya, kubagikan denganmu."Begitu mendengar ucapan Ponipa, api amarah langsung membara di mata Luna saking kesal
"Hehe. Bu Luna, sebaiknya kamu pikirkan dulu dirimu sendiri."Ponipa tertawa dingin. Kemudian, dia mengalihkan pandangannya ke arah Huris dan membuat gerakan tangan mempersilakan. "Tuan Muda Huris, dengan mempertimbangkan pertemanan kita, bagaimana kalau kamu duluan saja?""Aku akan meminta teman-teman dari Organisasi Snakei untuk keluar dulu."Selesai berbicara, dia sudah memulai melakukan pengaturan pada kamera, mencari posisi, lalu menempatkan kamera di atas tripod agar kamera bisa tetap pada posisinya.Seolah-olah berencana untuk merekam adegan yang akan terjadi nanti.Huris meliriknya dan berkata, "Ponipa, sebaiknya kamu jangan cari mati. Tuan Ardika masih belum mati, apa kamu nggak takut dia membalikkan keadaan, lalu datang membunuhmu?"Ponipa memang mengatakan dengan percaya diri bahwa Ardika adalah orang yang sudah akan mati.Namun, pikiran Huris tetap sangat jernih, tidak ikut bersemangat dengan Ponipa.Sejak kejadian terakhir kali dirinya dibawa terbang oleh helikopter akibat
"Sialan! Berani-beraninya kamu memukulku?!"Sambil menutupi wajahnya, Huris menatap Ponipa dengan tatapan terkejut sekaligus marah.Dia tidak menyangka bocah yang sebelumnya sibuk menjilatnya itu, sekarang malah berani memukulnya yang merupakan seorang Tuan Muda Pertama Keluarga Sudibya.Bocah itu benar-benar bernyali besar!"Bam!"Ponipa kembali melayangkan tendangan ke kepalanya."Tuan Muda Pertama Keluarga Sudibya? Memangnya sehebat itu?""Tahukah kamu keluarga kami dan Tuan Chamir adalah kerabat jauh? Kini aku sudah menjalin hubungan dengan Tuan Chamir, untuk apa aku menjilat dan menyenangkanmu lagi?""Memangnya kenapa kalau aku memukulmu? Aku memang mau memukulmu!""Dasar sialan! Nggak tahu diri kamu, ya ...."Sambil melontarkan kata-kata kasar, Ponipa terus melayangkan tendangan ke tubuh Huris.Sebelumnya, dia sangat merendah di hadapan Huris, kini dia berubah menjadi sangat arogan.Ibarat orang yang berubah menjadi arogan setelah memegang kekuasaan.Satu kalimat ini sangat cocok
Ponipa menyunggingkan seulas senyum jahat."Nikmati? Oke."Luna mundur sedikit, memalingkan wajahnya.Ponipa sangat senang. 'Sepertinya wanita ini sudah berubah pikiran, dia sudah menyerah untuk melawan.'Dengan pemikiran seperti itu, dia mulai membuka pakaiannya.Tepat pada saat ini, tiba-tiba saja seulas senyum dingin menghiasi wajah Luna. Dia berkata dengan acuh tak acuh, "Ponipa, apa kamu masih bisa 'mengeras'? Lihatlah kondisi fisikmu yang sudah buruk itu. Baru pukul satu orang saja, napasmu sudah terengah-engah!""Apa maksudmu?"Pergerakan Ponipa yang sedang melepaskan pakaian langsung terhenti, ekspresinya mulai berubah.Kondisi fisiknya memang sudah lama buruk akibat kebanyakan mengonsumsi alkohol dan berhubungan intim dengan wanita.Setiap kali, dia harus mengandalkan obat-obatan.Sekarang Luna langsung mengatakannya secara blak-blakan, sama saja dengan membuka luka hatinya.Luna menatapnya dengan sorot mata meremehkan dan berkata, "Maksudku, ya itu ....""Plak!"Saking maluny
"Kamu adalah menantu benalu itu? Berhenti!"Anggota Organisasi Snakei langsung meneriaki Ardika.Ardika mengerutkan keningnya, dia tahu untuk sementara waktu ini, dia sudah tidak bisa pergi lagi. Dia menepuk-nepuk bahu Luna dan berkata, "Levin berada di luar, kamu tunggu aku di luar, ya.""Sayang, hati-hati, ya ...."Dengan ekspresi pucat pasi, Luna menganggukkan kepalanya. Sambil menutupi mulutnya untuk menahan rasa mualnya, dia berlari-lari kecil keluar.Sebelumnya, saat di pabrik pinggiran kota itu, dia tidak bereaksi sebesar ini saat melihat mayat-mayat Tentara Bayaran Lane, karena hampir tidak ada luka yang jelas di tubuh orang-orang itu.Berbeda halnya dengan kondisi Ponipa sekarang.Sebuah lengan yang putus, pemandangan seperti itu benar-benar menakutkan.Melihat Luna sudah keluar dari vila, Ardika baru berbalik dan menatap anggota Organisasi Snakei itu dengan tenang. "Kalian ingin menahanku?"Seorang pria yang memimpin kelompok itu berkata dengan dingin, "Berani-beraninya kamu
Pria yang memimpin kelompok itu berkata dengan seulas senyum palsu, "Terserah apa katamu. Pak Chamir sudah menginstruksikanmu untuk bunuh diri sebagai wujud permintaan maaf, maka kamu hanya bisa bunuh diri!""Selama kamu masih berada di Negara Nusantara, kamu nggak akan bisa lolos dari Organisasi Snakei!"Kepercayaan diri yang diperolehnya untuk mengucapkan kata-kata itu berasal dari kekuasaan Organisasi Snakei, berasal dari reputasi Organisasi Snakei di Negara Nusantara selama bertahun-tahun ini.Hanya dengan satu kalimat dari mereka, sudah cukup untuk membuat Ardika bunuh diri.Mereka sama sekali tidak perlu turun tangan sendiri.Ardika menggelengkan kepalanya dan berkata dengan acuh tak acuh, "Padahal awalnya aku berniat untuk membiarkan kalian lolos dari musibah ini, siapa sangka kalian sendiri yang cari masalah. Baiklah kalau begitu. Mengenai penculikan istriku dan sengaja membiarkan istriku jatuh ke tangan Ponipa, aku akan memperhitungkannya dengan kalian sekaligus!"Selesai berb
Dikenal sebagai orang ganas yang tidak takut pada apa pun, menghadapi Timnu saat ini, Lisman bersikap sangat sopan layaknya seekor anjing penjilat. Dia bahkan tidak berani berdiri dengan tegak."Ada apa lagi ini?"Timnu mengerutkan keningnya dengan agak kesal.Sedikit keterkejutan terlihat di mata Lisman. Dia berusaha mengendalikan dirinya agar tetap tenang, lalu berkata dengan suara dalam, "Penjual berlian yang kamu suruh aku cari itu, sudah kutemukan!""Bawa dia masuk!"Lisman berbalik, melambaikan tangannya. Saat itu juga, beberapa orang petarung membawa seorang pria dan seorang wanita memasuki ruangan."Sialan! Kalian berdua ini, dasar penipu!"Begitu melihat seorang pria dan seorang wanita itu, secara naluriah Werdi langsung melompat bangkit.Mulai dari tadi malam hingga sekarang, dia sudah menghabisi kedua orang itu berkali-kali dalam hatinya.Si pria adalah penjual berlian tersebut. Sementara itu, si wanita yang terlihat lebih tua dan memancarkan aura elegan dengan mengenakan ka
"Kak Timnu, semua ini salahku! Aku ini bodoh, aku adalah pecundang!""Tapi orang yang sudah mati nggak bisa hidup kembali. Sekarang Sofian sudah mati, kamu memakiku seperti apa pun, nggak akan ada gunanya!""Tolong selamatkan aku, Kak Timnu!"Werdi bersujud di lantai tanpa henti, bahkan kepalanya sudah berdarah. "Dengan mempertimbangkan hubungan persaudaraan yang terjalin antara kita selama ini, tolong selamatkan aku untuk terakhir kalinya, Kak Timnu!"Dia benar-benar ketakutan setengah mati. Untungnya, begitu menyadari situasi tidak memungkinkan, dia segera melarikan diri ke Hainiken. Kalau tidak, dia pasti sudah dihabisi oleh orang-orang Organisasi Snakei sebelum bisa keluar dari Sekolah Bela Diri Sopran.Bahkan sekarang, juga sudah ada banyak murid Organisasi Snakei yang mengepung luar Hainiken.Kalau dia berani melangkahkan kakinya keluar sekarang, begitu dia menginjakkan kakinya keluar dari pintu utama Hainiken, dia pasti akan langsung ditangkap, lalu ditenggelamkan ke sungai."Me
"Bam ...."Tubuh Werdi membentur sudut ruangan dengan keras. Dia merasakan tulang di sekujur tubuhnya seperti sudah retak.Namun, sakit yang menjalar di tubuh fisiknya ini juga tidak bisa menandingi perasaan takut yang menyelimuti hatinya saat menghadapi kematian.Sambil menahan rasa sakit luar biasa yang menjalar di tubuhnya, dia mengangkat kedua lengannya untuk menopang tubuhnya, lalu berlutut dan merangkak kembali ke hadapan Timnu.Sepanjang proses ini berlangsung, Werdi muntah darah, organ dalamnya seperti sedang bergejolak.Namun dia tidak peduli.Werdi tahu jelas kali ini dia sudah menimbulkan masalah yang sangat besar. Kalau Timnu tidak menyelamatkannya, maka nyawanya ini akan melayang."Kak Timnu, aku benar-benar nggak sengaja membunuh Sofian!""Awalnya dari awal hingga akhir aku melakukan sesuai instruksi darimu. Tapi, nggak tahu apa yang salah dengan otak si Ardika itu, begitu bertemu Sofian, dia langsung melayangkan satu tamparan ke wajah Sofian!""Hal yang lebih penting lag
Sosok Werdi saat ini bagaikan seorang dewa perang.Dia tampak sangat mengintimidasi.Semua orang dikejutkan oleh aura mengintimidasinya itu, bahkan sampai lupa untuk maju menghentikannya."Pfffttt ...."Kilatan pedang itu melintasi udara. Saat itu juga, bagian tenggorokan Sofian sudah tersayat. Berawal dengan terlihatnya daging berwarna putih, lalu berubah menjadi kemerahan dengan cepat.Darah segar berwarna merah cerah itu langsung muncrat keluar."Uh ... uh ... kamu ...."Sofian mengeluarkan beberapa kata itu dengan tidak jelas. Dia mengangkat lengannya ingin menunjuk Werdi. Akan tetapi, saat itu juga lengannya terkulai lemas, kepalanya miring ke samping. Dia tewas di tempat diliputi dengan perasaan tidak terima.Sebelum ajal menjemputnya, dia masih tidak mengerti mengapa dia bisa mati di tangan seorang pecundang seperti Werdi."Ah ... pembunuhan!"Raina dan beberapa orang wanita berteriak histeris.Sebelum kejadian ini terjadi, Ardika sudah memeluk Futari, membenamkan wajah gadis mu
Sambil menggertakkan giginya dengan emosi, Sofian berusaha keras untuk merangkak bangkit kembali. Ekspresinya sudah tampak sangat muram.Dulu, bagian tulang rusuknya pernah mengalami cedera, masih belum sepenuhnya pulih. Bagian inilah bagian paling rentan di tubuhnya.Biasanya, saat melawan para ahli bela diri, dia akan memperhatikan untuk melindungi bagian tulang rusuknya itu.Namun, hari ini karena menganggap remeh Werdi, dia sama sekali tidak memperhatikan hal itu.Saat pertama kali Werdi menyerang bagian tulang rusuknya, dia juga tidak berpikir banyak. Siapa sangka kali ini di bawah arahan dari Ardika, Werdi kembali menyerang titik kelemahannya itu dengan tepat."Eh, bajingan, tutup mulutmu! Setelah aku melumpuhkan Werdi, akan kuhabisi kamu!"Sofian sudah bertekad untuk melumpuhkan Werdi.Dia tidak akan berhenti sebelum menginjak-injak bocah yang satu ini."Mati kamu!"Sambil mengatupkan giginya dengan rapat, Sofian berteriak dengan keras. Kemudian, dia kembali menerjang ke arah We
"Mati saja sana!"Saat berbicara, Sofian meneriakkan tiga patah kata itu dengan marah. Kemudian, dia langsung menerjang ke arah Werdi. Tinjunya yang besar itu membelah udara, melesat menuju ke dahi Werdi.Sebelum tinju itu mendarat ke sasaran, aura membunuh yang menakutkan sudah menyelimuti target.Saking ketakutannya, jiwa Werdi seperti sudah meninggalkan raganya. Secara naluriah, dia ingin menghindari serangan tersebut.Tepat pada saat ini, suara Ardika tiba-tiba terdengar olehnya. "Mundur selangkah dengan kaki kananmu, lalu pukul bagian tulang rusuknya!"Kata-kata yang singkat, padat dan jelas ini, membuat Werdi bisa langsung memahaminya tanpa harus berpikir lagi.Seolah-olah menemukan penyelamatnya, tubuhnya bergerak mengikuti instruksi Ardika dengan refleks."Plak ...."Tubuh Werdi menghindar ke kanan, kebetulan berhasil menghindari serangan mematikan dari Sofian itu. Pada saat bersamaan, dia melayangkan pukulan yang tepat mengenai bagian tulang rusuk Sofian yang terekspos itu."P
Seolah-olah baru tercerahkan, Futari berkata, "Jadi, kamu hanya sedang memanas-manasi situasi, bukan benar-benar ingin membantu mereka, 'kan?"Dia hampir lupa hari ini Werdi dan yang lainnya memanggil Ardika ke Sekolah Bela Diri Sopran, pasti punya niat jahat.Jangankan membantu mereka, Ardika tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk menjatuhkan mereka saja, juga sudah cukup "setia kawan"."Kak Ardika, kalau begitu kita mundur saja lebih jauh lagi. Kalau sampai terjadi sesuatu, kita juga bisa lebih cepat kabur!"Futari langsung menarik Ardika mundur menuju ke arah pintu keluar. Dia menyaksikan pertunjukan yang sedang berlangsung itu dengan ekspresi menikmati."Sialan!"Menyaksikan pemandangan ini melalui sudut matanya, Werdi yang sudah babak belur akibat perkelahian itu hampir muntah darah.Hanya menyulut api tanpa bertanggung jawab memadamkan api.Dia pernah melihat orang yang tidak tahu malu, tetapi tidak pernah melihat orang yang begitu tidak tahu malu!Tentu saja Ardika sama sekali
Orang-orang yang bisa mengikuti Sofian, tentu saja adalah anggota-anggota inti Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan yang memihak pada Wilgo. Masing-masing di antara mereka memiliki kemampuan bela diri yang luar biasa.Di sisi lain, sekelompok tuan muda seperti Werdi juga bukanlah tipe orang yang mudah ditindas.Mereka juga sedikit berkemampuan. Kalau tidak, biarpun ada dukungan dari keluarga mereka, mereka juga tidak berani menantang kelompok Sofian.Dalam sekejap mata, perkelahian sengit antara dua kelompok itu pun dimulai.Namun, sepanjang proses itu berlangsung, kedua belah pihak masih mengendalikan diri mereka. Mereka hanya berkelahi dengan tangan kosong, tidak ada yang mengeluarkan senjata.Bagaimanapun juga, di antara kedua belah pihak ini, keduanya memiliki latar belakang yang cukup kuat.Yang satunya memiliki Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan sebagai pendukung, sedangkan yang satunya lagi memiliki Timnu, orang kepercayaan Jerfis sebagai pendukung.Berkelahi bukan
Sofian Remax, ahli bela diri yang menempati perangkat pertama di antara generasi muda Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan.Kekuatan orang ini luar biasa besar, dia sudah memberikan kontribusi besar untuk Wilgo.Dengar-dengar, guru orang ini adalah salah seorang tetua dari Organisasi Snakei cabang Gotawa. Alasan mengapa dia bergabung dengan cabang Provinsi Denpapan adalah untuk mencari pengalaman, agar suatu hari nanti dia bisa menduduki posisi ketua cabang.Juga ada yang mengatakan bahwa kekuatan Sofian sudah bisa mengejar Vita, salah satu dari sepuluh orang berbakat Organisasi Snakei cabang Gotawa.Terlebih lagi, itu adalah situasi satu tahun yang lalu.Kekuatan Sofian sekarang mungkin sudah jauh lebih kuat lagi!Jadi, ada rumor yang beredar bahwa kali ini Wilgo ingin berduel dengan pihak Vita dan Cahdani, perwakilan utamanya adalah Sofian ini.Hal ini juga membuat Sofian menjadi orang yang populer di kalangan kelas atas ibu kota provinsi.Sementara itu, konflik antara Sofian d