Begitu Ardika selesai berbicara, suasana di tempat parkir bawah tanah itu langsung berubah menjadi hening.Semua orang menatap Ardika dengan tatapan heran.Jelas-jelas Ardius ingin membiarkan hal ini berlalu begitu saja.Apa yang diinginkan oleh Ardika.Pergerakan Ardius yang baru saja berbalik langsung menegang. Kemudian, dia menoleh dengan amarah yang menggebu-gebu dan berkata, "Eh, Ardika, apa kamu pikir aku benar-benar takut padamu?"Dia benar-benar kesal setengah mati.Herdun memarahinya dan mengatainya takut saja sudah membuatnya sangat malu.Namun, reaksi tidak biasa Chelsea membuat hatinya sedikit goyah. Dia merasa dia tidak seharusnya lanjut terlibat dalam konflik dengan Ardika lagi.Dia berencana setelah pulang nanti, dia akan menyelidiki latar belakang lawannya itu lebih dalam lagi.Setelah semua persiapan matang, dia baru menentukan langkah selanjutnya.Siapa sangka, saat dia hendak pergi, Ardika malah memprovokasinya, bahkan bermaksud untuk memaksanya tetap tinggal.Ardika
Linose beromong kosong panjang lebar, tentu saja dia ingin memanfaatkan kesempatan saat dirinya menjadi pusat perhatian untuk mempermalukan Ardika, agar bisa memberikan kesan yang mendalam tentang dirinya dalam hati Ardius.Ardius tidak tampak kesal, melainkan mendengar celotehannya sambil tersenyum.Baginya, mendengar para pengikutnya mengolok-olok Ardika, juga merupakan sebuah kenikmatan.Setelah Linose selesai berbicara, semua orang juga ikut tertawa terbahak-bahak. Pada saat bersamaan, mereka juga kagum melihat kemampuan pria itu memanfaatkan kesempatan dengan baik.Dia adalah orang pertama yang mengambil kesempatan untuk "unjuk gigi" di hadapan Ardius."Melita, ikutlah denganku!"Linose yang telah menjadi sorotan semua orang itu makin bangga. Dia melambaikan tangannya pada seorang wanita yang mengenakan riasan tebal."Tuan Muda Linose, hari ini kamu sangat keren!"Wanita bernama Melita itu segera melenggang ke arah Linose, lalu memberikan kecupan manis di pipinya.Linose langsung
"Bagaimana mungkin Tuan Muda Linose menganggap serius preman rendahan seperti itu? Dia langsung mulai memaki preman itu, memerintahkan preman itu untuk minggir, kalau nggak dia akan menabrak mati preman itu!""Preman itu langsung mengambil tongkat bisbol dan mulai menghancurkan mobil.""Melihat tindakan preman itu, Tuan Muda Linose langsung marah besar. Dia membuka pintu, turun dari mobil dan hendak melayangkan tamparan ke wajah preman itu.""Preman itu ... preman itu langsung memukul Tuan Muda Linose dengan menggunakan tongkat bisbol. Huu ... huu .... Setelah menerima pukulan dari preman itu beberapa kali, satu lengan dan satu kaki Tuan Muda Linose sudah patah. Sungguh menakutkan!""Kupikir mereka hanya akan menghancurkan mobil, ternyata mereka memukul orang juga ...."Sambil menceritakan apa yang telah terjadi, Melita menangis.Sementara itu, semua orang yang mendengar cerita Melita, sudah merasa sedikit gugup.Preman-preman rendahan seperti itu benar-benar ganas dan kejam.Dengan me
"Ya, benar juga. Siapa suruh bos mereka adalah seorang menantu benalu yang biasanya bertugas menyiapkan air dan mencuci kaki ibu mertua. Punya seorang bos yang tertindas, pasti mereka sangatlah licik!"Lima orang itu melemparkan sorot mata mengejek ke arah Ardika sebelum masuk ke dalam mobil dengan membawa belasan orang pengawal Ardius."Klak!"Ardius menyalakan sebatang rokok dan mengisapnya dengan perlahan. Kemudian, dia menunjuk Ardika dan berkata, "Eh, Ardika, percaya atau nggak sebelum rokokku ini habis kuhisap, preman-preman anak buahmu itu sudah tewas nggak tersisa!""Oh? Masih satu kalimat tadi, kita lihat saja nanti."Sambil tersenyum, Ardika merenggangkan pinggangnya. Melihat pemandangan itu, Chelsea segera melajukan mobilnya ke arah Ardika dan berkata, "Nggak ada bangku, Kak Ardika duduk saja dulu di atas kap mobil.""Pantas saja Huris mempekerjakanmu sebagai asistennya."Ardika tersenyum puas, lalu duduk di atas kap mobil.Melihat pemandangan itu, mata Herdun langsung memer
Bisa-bisanya Ardika meminta Ardius memanggil Wirhan kemari!Dia ingin mengonfrontasi Wirhan yang merupakan salah satu dari empat tuan muda Kota Gamiga secara langsung?Banyak orang membelalak, menatap Ardika dengan tatapan tidak percaya.Dalam konfrontasi sebelumnya, Ardika memang sudah menunjukkan kemampuan sendiri.Menundukkan Chelsea, memblokade Hotel Blazar, bahkan beberapa orang tuan muda keluarga kelas satu ibu kota provinsi juga tidak bisa keluar, sampai-sampai membuat Ardius menekan gejolak amarahnya dan berencana untuk mengaku kalah sementara waktu ini.Seorang menantu benalu memiliki kemampuan luar biasa seperti ini, sudah cukup mengejutkan.Mau tidak mau mereka harus mengakui Ardika memang hebat.Biarpun demikian, ini juga tidak bisa menjadi alasan dia berani menantang Wirhan, bukan?Wirhan adalah salah satu dari empat tuan muda Kota Gamiga.Setelah melewati persaingan sengit antara kalangan generasi muda keluarga besar Kota Gamiga, dia adalah salah satu dari empat pemuda pa
Ardius buru-buru memberi penjelasan. "Kak Wirhan, si Ardika ini benar-benar arogan. Selain itu, dia cukup berpengaruh di Kota Banyuli. Istrinya adalah Kepala Asosiasi Dagang Kota Banyuli. Kali ini, aku sudah salah menilai orang."Setelah itu, dia menceritakan secara singkat tentang Ardika meminta orang untuk memblokade akses keluar tempat parkir bawah tanah, serta mematahkan kaki Linose dan yang lainnya."Istrinya adalah Kepala Asosiasi Dagang Kota Banyuli? Aku sudah tahu siapa dia."Di ujung telepon, nada bicara Wirhan yang terdengar dingin dan datar sebelumnya, kini akhirnya sudah ada sedikit gejolak emosi dalam nada bicaranya, seolah-olah akhirnya telah menunjukkan sedikit ketertarikan."Kak Wirhan mengenalnya?"Ardius tercengang.Dia tidak menyangka ternyata Wirhan mengenal Ardika.Orang yang bisa diingat oleh kakak sepupunya.Kalau dia kalah di tangan orang seperti itu, merupakan hal yang bisa dimaklumi.Namun, tak lama kemudian, nada bicara Wirhan terdengar dingin dan datar kemba
Nada bicara Tiano cukup santai, seolah-olah sedang menceritakan sesuatu hal yang tidak penting pada Wirhan.Wirhan tersenyum dan berkomentar dengan santai, "Nggak takut pada apa pun karena nggak tahu apa-apa. Mungkin inilah kebahagiaan seekor semut sepertinya."Tiano segera berdiri dan berkata, "Bagaimana kalau aku mewakili Tuan Muda Wirhan ke Hotel Blazar saja? Kalau terlalu lama mengulur waktu, kemungkinan besar adik sepupumu akan patah lengan dan patah kaki. Bocah itu selalu bertindak semena-mena, nggak ada satu hal pun yang nggak berani dia lakukan.""Kalau begitu, merepotkan Kak Tiano saja, terima kasih."Wirhan juga ikut berdiri dan mengucapkan terima kasih.Begitu meninggalkan kediaman tersebut dan baru saja masuk ke dalam mobil, Tiano menerima sebuah panggilan telepon.Melihat nomor di layar ponselnya, dia segera menjawab panggilan telepon tersebut. "Zian, mengapa kamu tiba-tiba teringat untuk meneleponku?"Orang di ujung telepon bernama Zian Sangace, Wakil Kepala Departemen Pe
"Ardika, seorang pecundang sepertimu malah berani menantang Tuan Muda Wirhan. Kamu sudah lihat sendiri, 'kan? Bagaimana mungkin Tuan Muda Wirhan bersedia memedulikanmu?""Seekor semut, haha! Bagus, ucapan Tuan Muda Wirhan ini sangat tepat! Di mata sosok Tuan Muda Wirhan yang terhormat, orang ini memang hanyalah seekor semut. Berani-beraninya seekor semut sepertimu menantangnya!"Orang-orang itu mulai melontarkan kata-kata ejekan terhadap Ardika lagi.Sebelumnya, mereka sudah ditekan oleh Ardika cukup lama, bahkan terus mengkhawatirkan Ardika akan menyuruh orang untuk menghancurkan mobil mereka, serta mematahkan lengan dan kaki mereka. Mereka semua merasa sedikit ketakutan.Kini, ketakutan dan kekesalan yang menyelimuti hati mereka berubah menjadi sindiran-sindiran dan ejekan-ejekan ini.'Oh? Wirhan nggak bersedia datang?'Ardika mengerutkan keningnya, lalu berkata dengan tenang, "Ardius, sepertinya hari ini lengan dan kakimu sudah ditakdirkan akan patah.""Huh! Memangnya kamu pikir kam