"Sepertinya Asosiasi Bahan Bangunan sedang memprovokasi Grup Sentosa Jaya dengan terang-terangan.""Manajer umum Grup Sentosa Jaya adalah Tuan Henry. Budi benar-benar bernyali besar. Dia adalah orang pertama di Kota Banyuli yang berani memprovokasi Tuan Henry.""Jangan membahas Tuan Henry lagi. Belakangan ini, Asosiasi Bahan Bangunan terus berusaha menguasai Grup Sentosa Jaya. Tapi, apa ada tindakan perlawanan dari Tuan Henry? Aku dengar, Keluarga Mahasura mendukung Budi, jadi tentu saja Tuan Henry agak segan padanya.""Ya, sebelumnya hanya dengan sepatah kata saja Grup Sentosa Jaya sudah bisa menghancurkan Asosiasi Bahan Bangunan. Siapa sangka, nggak lama kemudian roda sudah berputar dan mereka yang hancur ...."Orang-orang yang datang menghadiri acara berkumpul dan mendiskusikan hal ini bersama.Mendengar pembicaraan mereka, Ardika hanya mencibir dalam hati.'Hancur, ya? Mari kita lihat pihak mana yang akan hancur.'Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia langsung berjalan ke arah pi
Saat duduk di bangku kuliah, mereka sudah mengenal Ardika.Setelah mendengar ucapan James, orang-orang di sekeliling mereka langsung mengalihkan pandangan ke arah Ardika."Tuan Muda Keluarga Mahasura yang dari ibu kota provinsi itu?""Pak James, kalian mengenal Tuan Muda Keluarga Mahasura?"Semua orang menatap James dan yang lainnya dengan tatapan kagum.Budi merekrut empat orang itu sebagai sekretaris Asosiasi Bahan Bangunan dan menempatkan mereka di bawah pengawasan Jenny, yang merupakan kepala sekretaris.Tugas mereka adalah menjalin relasi dengan para tokoh hebat. Pada saat bersamaan, mereka juga bertugas membantu Budi mengawasi tokoh-tokoh hebat itu. Boleh dibilang merupakan sebuah pekerjaan yang cukup membanggakan.Mendengar ucapan orang-orang di sekeliling mereka, Jenny, James dan ketiga pria lainnya pun tertawa.James mencibir dan berkata, "Tuan Muda Keluarga Mahasura apaan? Dia sudah lama diusir oleh Keluarga Mahasura. Sekarang dia nggak lebih dari seorang pecundang yang menga
"Ya, kamu nggak lebih dari seorang pecundang dan menantu idiot. Ke depannya, kamu sama sekali nggak bisa dibandingkan dengan kami!""Aku lihat dia hanya iri dengan kita!"James dan ketiga orang pria lainnya terlihat sangat bangga.Hanya dengan memfitnah Delvin, nasib mereka berubah.Mereka meyakini pilihan itu adalah pilihan paling tepat yang mereka ambil seumur hidup mereka.'Dasar idiot! Kalian belum tahu kejutan besar apa yang sudah kupersiapkan untuk kalian!' Ardika hanya mencibir dalam hati tanpa ingin beromong kosong dengan mereka lagi."James, Herman, kalian juga di sini?"Tepat pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara seorang wanita dari kejauhan.Seorang wanita cantik yang mengenakan gaun merah berjalan ke arah mereka. Sontak saja kehadiran wanita secantik itu menarik perhatian banyak tamu undangan pria."Arini, kamu sudah datang, ya!"Begitu melihat kedatangan wanita itu, James dan yang lainnya segera menyambutnya.'Arini?'Begitu mendengar nama itu, kilatan dingin langsung m
Herman menatapnya dengan tatapan meremehkan dan berkata, "Ardika, sebaiknya kamu berkaca dulu. Kamu nggak lebih dari seorang menantu yang menumpang di sebuah keluarga kelas dua. Keberanian dari mana yang kamu peroleh untuk berbicara seperti itu kepada Arini?!"Jimmy berkata, "Arini adalah lulusan universitas ternama luar negeri dan merupakan seorang CEO perusahaan besar. Kalian berasal dari dunia berbeda, atas dasar apa kamu berbicara seperti itu dengannya?"Dalam lubuk hati mereka, Arini sudah seperti sosok dewi. Wajar saja mereka berlomba-lomba untuk menarik perhatiannya.Kebetulan sekali Ardika yang tidak tahu diri menyinggung Arini, sehingga memberi mereka kesempatan untuk menyenangkan hati sosok dewi ini."Arini, kamu nggak berani mengakui apa yang pernah kamu lakukan sendiri? Apa yang kamu takutkan?!"Ardika sama sekali tidak memedulikan ucapan beberapa orang pria yang sudah jelas ingin menjilat Arini itu. Dia hanya menatap wanita di hadapannya dengan tatapan dingin.Dia hanya in
Selesai berbicara , Arini menatap Ardika dengan tatapan meremehkan dan berkata, "Sementara kamu, kini kamu hanya seorang pecundang yang sudah diusir. Kamu sama sekali nggak layak dibandingkan dengan Tuan Muda Rocky!""Ardika, Delvin adalah sahabatmu. Waktu itu, dia selalu berdiri di sisimu dan membelamu. Sekarang, kamu sudah tahu mengetahui kebenarannya, apa kamu nggak berencana menegakkan keadilan untuknya? Jangan lupakan kebaikan sahabatmu," kata James sambil terkekeh.Herman mencibir dan berkata, "Menegakkan keadilan? Huh, memang dia bisa? Baik Arini maupun Keluarga Mahasura nggak akan bisa dia provokasi.""Aku lihat kalau kehidupan selanjutnya nasibnya sedikit lebih baik, mungkin dia bisa melakukannya."Kalimat yang keluar dari mulut Jimmy ini membuat yang lainnya tertawa.Arini menggelengkan kepalanya. 'Ardika, oh Ardika. Kamu hanya mempermalukan dirimu sendiri saja. Jelas-jelas aku nggak cari masalah denganmu, kamu malah menginterogasiku tentang alasan melaporkan Delvin. Sekarang
Semua orang tercengang dan menatap Ardika.Tentu saja, mereka bukan terkejut karena ucapan Ardika.Jangankan menganggap Ardika mampu menjatuhkan Keluarga Susanto, pria itu sama sekali bukan apa-apa di mata mereka.Namun, mereka tidak menyangka di saat seperti ini Ardika masih berani mengucapkan kata-kata seperti itu.Hari ini adalah penyelenggaraan acara penting pendirian kembali Asosiasi Bahan Bangunan, juga merupakan hari di mana Keluarga Susanto akan bangkit kembali dan menduduki posisi puncak.Di saat seperti ini, Ardika malah berani mengucapkan kalimat seperti ini untuk memprovokasi Asosiasi Bahan Bangunan dan Keluarga Susanto.Apa dia benar-benar sudah bosan hidup?Jenny dan Arini tertawa.James, Herman dan yang lainnya juga tertawa.Mereka menertawai Ardika karena tidak tahu diri.Mereka menertawai Ardika karena bermimpi di siang bolong.Jenny bahkan sampai meneteskan air mata. "Haha, Ardika oh Ardika, sepertinya penyakitmu sudah makin berat. Cepat minta Luna membawamu ke dokter
Romi juga merasa sangat kesal.Budi bukan siapa-siapa.Dengan status dan latar belakang terhormat Tuan Ardika, dia bisa menghancurkan Keluarga Susanto hanya dengan satu kalimat saja.Namun, Nona Luna malah sangat mengkhawatirkan keselamatan Tuan Ardika.Jinto juga menyunggingkan seulas senyum getir dan berkata, "Tuan Ardika, aku juga sama dengan Romi. Aku datang atas perintah Nona Luna untuk melindungimu. Nona Luna bahkan menghubungiku secara pribadi berulang-ulang kali dan memberiku uang sebesar 2 miliar. Aku nggak bersedia menerimanya, tapi dia bersikeras memberiku uang itu."Selesai berbicara, dia mengeluarkan sebuah kartu bank dan menyerahkannya kepada Ardika."Nah, ini adalah kartu bank yang Nona Luna berikan padaku melalui Romi. Tuan Ardika, sepulang nanti tolong bantu aku kembalikan kartu bank ini kepada Nona Luna. Aku takut dia marah."Ardika menerima kartu bank itu dengan perpaduan perasaan tidak berdaya dan terharu.Sebelumnya, uang tabungan Luna sudah digunakan untuk penyele
Pandangan semua orang tertuju pada Ardika.Mereka beranggapan bahwa menantu kawin masuk Keluarga Basagita itu pasti akan menyerahkan istrinya dengan patuh.Walaupun demikian, pria itu tetap akan kehilangan nyawanya.Mereka tidak mengerti mengapa dendam Budi terhadap Ardika bisa sedalam itu.Biarpun Luna menikah dengan Ardika bukan dengan putranya, dia juga tidak perlu memendam dendam sedalam itu pada Ardika.Sesaat kemudian, Ardika langsung memberi mereka jawabannya.Ardika mencibir dan bertanya, "Budi, di mana putramu? Hari ini adalah hari baik Keluarga Susanto. Kenapa dia tidak datang?"Pembuluh darah di kening Budi langsung menonjol.Dia berteriak dengan penuh amarah, "Dasar bajingan! Diam kamu!"Tentu saja Ardika tidak akan menuruti perintah pria paruh baya itu.Dia mengamati sekeliling, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Ah, apa mungkin dia masih tergeletak di rumah sakit? Aku dengar beberapa hari yang lalu alat vitalnya sudah rusak. Budi, dia adalah satu-satunya putramu, 'kan? K
"Oh? Kalau begitu, kamu minta saja pelanggan-pelanggan terhormatmu itu untuk membebaskanmu."Setelah melontarkan satu kalimat itu, Ardika tidak banyak bicara lagi."Nging ... ngung ...."Apartemen Sundain adalah apartemen kelas atas, banyak elite dunia bisnis seperti Jesika yang tinggal di sini. Pergerakan anggota kepolisian sangatlah cepat.Tanpa perlu menunggu lama, sudah terdengar bunyi sirene mobil polisi di lantai bawah."Halo ... oh, Pak Ardika!"Saat muncul di depan pintu, begitu melihat Ardika, beberapa anggota kepolisian itu langsung tercengang, lalu menyapanya dengan penuh hormat.Ardika menunjuk Hafa dan berkata, "Orang ini adalah penipu. Bawalah dia ke kantor polisi, lalu lakukan pemeriksaan terhadapnya.""Eh, eh, kalian nggak bisa begini. Aku adalah Hafa, seorang dokter genius. Ada banyak orang kaya dan terpandang adalah pasienku ....""Berhentilah beromong kosong lagi! Ayo pergi!"Hafa langsung dibawa keluar."Eh, dia sudah memukuli dua orang pengawalku, bukankah seharusn
"Karena nggak bisa bertahan lagi di Suraba, dia baru mendatangi Provinsi Denpapan. Dia kembali menggunakan trik lamanya, berperan layaknya seorang dokter genius.""Aku akan segera mengirimkan data-datanya padamu!"Di ujung telepon, Levin melaporkan hasil penyelidikannya.Ardika meletakkan ponselnya, menatap Hafa sambil tersenyum tipis, lalu menanyakan hal yang sama sekali lagi. "Pak Hafa, 'kan? Apa kamu benar-benar adalah seorang dokter genius?""Bocah, apa maksudmu? Apa mungkin aku adalah seorang dokter genius palsu? Bisa-bisanya kamu mempertanyakan identitasku?!"Hafa tidak tahu Ardika menerima panggilan telepon dari siapa. Ekspresinya berubah, tetapi dia tetap melontarkan kata-kata itu dengan tajam.Ardika menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nggak bertobat juga. Kalau begitu, jangan salahkan aku. Mungkin aku nggak bisa memastikan apakah kamu adalah seorang dokter palsu atau nggak, kalau begitu aku akan menyerahkanmu ke polisi saja untuk melakukan verifikasi identitas."Selesai ber
Tiara mencibir dan berkata dengan nada bicara mengejek, "Anak Muda, apa kamu sudah dengar ucapan Pak Hafa? Memangnya kamu pikir kamu siapa? Berani-beraninya kamu mempertanyakan keterampilan medis Pak Hafa? Benar-benar konyol!""Nggak perlu terburu-buru seperti itu, aku belum selesai bicara."Tanpa melirik wanita itu sama sekali, Ardika menatap Hafa dengan lekat dan berkata dengan tenang, "Resep rahasia ini memang nggak ada masalah. Tapi, resep ini digunakan oleh orang yang tubuhnya bermasalah dan sangat lemah.""Kalau digunakan pada seseorang yang tubuhnya sehat, obat seperti ini akan menyebabkan keseimbangan tubuhnya terganggu, itu sama saja dengan ingin orang tersebut segera mati!""Pak Hafa, kamu sendiri yang bilang orang yang lemah nggak bisa mengonsumsi tonik yang berlebihan!"Nada bicara Ardika tiba-tiba berubah menjadi dingin dan tajam.Begitu mendengar ucapan Ardika, ekspresi Hafa langsung berubah."Bocah, omong kosong apa yang kamu bicarakan!""Walau kamu paham sedikit ilmu me
Perawatan kesehatan atau membantu kehamilan?"Empat miliar!"Setelah melirik Tiara, Dilan kembali menaikkan penawarannya.Hafa juga tetap bersikeras. "Yah, sudah kubilang bukan masalah uang. Tapi, dengan mempertimbangkan Tuan Muda Dilan, aku akan berusaha semampuku untuk menyembuhkan Nona Jesika!""Aku nggak berani omong besar, paling nggak selama aku turun tangan, nyawa Nona Jesika pasti akan terselamatkan. Aku nggak akan melakukan sesuatu yang menjatuhkan reputasiku sendiri."Dilan dan Tiara tampak sangat senang."Terima kasih Pak Hafa!"Ardika mengangkat alisnya.Awalnya, dia mengira Dilan demi menunjukkan kehebatan diri sendiri di hadapan Jesika, pria itu bersekongkol dengan Hafa untuk membuat pertunjukan.Namun, kalau dilihat sekarang, tidak begitu juga.Sepertinya Hafa benar-benar memanfaatkan kesempatan ini untuk memeras.Akting memang akting, tapi bukan sepenuhnya akting.'Kalau begitu, ini menjadi sedikit menarik ....'Saat itu juga, Dilan langsung mengeluarkan selembar kartu
"Tubuh Nona Jesika sangat lemah, kalian malah membiarkannya mengonsumsi bahan makanan berupa tonik seperti sarang burung berkualitas bagus?""Kondisi tubuh lemahnya nggak bisa menerima tonik seperti itu. Apa kalian nggak tahu hal ini bisa membahayakan nyawanya?!"Saat ini, Hafa yang tadinya bersikap hangat dan sopan itu, menunjukkan ekspresi marah dan berteriak dengan marah, "Mengabaikan nyawa manusia!""Apa kalian tahu ini dinamakan mengabaikan nyawa manusia?!"Ekspresi Tiara juga langsung berubah. Dia mengulurkan tangannya dan menunjuk Ardika. "Pak Hafa, hal ini nggak ada hubungannya dengan kami! Si Ardika ini! Dialah yang mengantarkan sarang burung berkualitas bagus itu!""Eh, Ardika, kamu benar-benar licik dan nggak tahu malu! Demi memenangkan hati orang, kamu nggak memedulikan hidup dan mati Jesika!""Kalau sampai terjadi sesuatu pada Jesika, aku nggak akan melepaskanmu!"Sambil mengentakkan kakinya, Tiara memarahi Ardika.Dilan juga menerjang ke arah Ardika dan menarik kerah baju
Jesika tertegun sejenak, lalu mengangguk dan berkata, "Ya, benar.""Pak Hafa, kalau begitu lingkungan Kota Banyuli nggak bagus, Jesika datang bekerja di sini, baru mengidap penyakit sekarang."Dilan bertanya, "Itu artinya Jesika seharusnya meninggalkan Kota Banyuli, lalu pindah untuk tinggal dan bekerja di kota besar seperti ibu kota provinsi?""Boleh dibilang begitu."Hafa mengangguk, tidak mengiakan, juga tidak menyangkal.Ardika yang berdiri di samping, mengangkat alisnya.Ckck, bisa-bisanya dia bilang lingkungan Kota Banyuli nggak bagus, Jesika nggak terbiasa dengan lingkungan kota ini?'Sebenarnya Pak Hafa ini seorang dokter, atau dukun dan semacamnya?'"Jesika, kamu sudah dengar sendiri ucapan Pak Hafa, 'kan? Tempat miskin dan terpencil seperti Kota Banyuli ini, nggak hanya kecil dan nggak berkembang, fengsuinya juga nggak bagus."Tiara berbalik. Sambil menggenggam tangan Jesika, dia berkata dengan nada bicara serius, "Kamu nggak bisa tinggal di Kota Banyuli lagi, sebaiknya kamu
Sorot mata pria itu berbinar, raut wajahnya juga tampak bugar, tubuhnya kelihatan sangat sehat.Kesan yang diberikannya pada orang lain adalah, dia adalah seorang genius yang memiliki penampilan layaknya dokter genius dan keterampilan medisnya pantas dipercaya.Kalau bahkan kondisi tubuh sendiri saja tidak bisa dijaga dengan baik, bagaimana mungkin layak disebut sebagai dokter genius.Namun, setelah melihat Hafa, Ardika malah sedikit mengerutkan keningnya.Raut wajah Hafa tampak sedikit terlalu bugar.Dengan seulas senyum hangat menghiasi wajah Hafa, dia mengikuti Dilan memasuki ruang tamu.Tiara segera menyambutnya sambil tersenyum. "Halo, Pak Hafa, benar-benar sudah merepotkanmu datang jauh-jauh dari ibu kota provinsi ke Kota Banyuli.""Zaman sekarang ini, sudah jarang ada sosok dokter genius yang masih menjaga etika kedokteran sepertimu!"Sebenarnya, naik kereta api dari ibu kota provinsi ke Kota Banyuli hanya membutuhkan waktu sekitar satu jam, benar-benar tidak terbilang jauh.Nam
Tiara menarik napas dalam-dalam, memaksakan seulas senyum, lalu berkata kepada manajer restoran, "Terima kasih, nggak perlu, aku sudah sering makan makanan Restoran Siam, sudah sedikit bosan."Ardika tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. 'Ckck, orang ini, masih saja mempertahankan harga diri di saat seperti ini, cari derita sendiri saja.'"Jesika, mereka nggak mau makan, ya sudah, kita makan saja.""Karena kamu sedang nggak enak badan, nggak perlu makan terlalu banyak, minumlah sedikit sup sarang burung dulu."Sambil mengajak Jesika untuk makan, Ardika sendiri juga sudah mulai mengambil alat makannya dan makan.Dia juga memang sudah lapar, apalagi hidangan-hidangan Restoran Siam ini memang sesuai dengan reputasinya.Sepanjang proses ini berlangsung, ibu dan anak Keluarga Gunardi itu memperhatikan mereka dari samping, juga tidak mengatakan ingin pergi.Perut ibu dan anak itu sampai sudah mengeluarkan bunyi keroncongan, Ardika merasa canggung untuk mereka.Hingga Ardika dan Jesika se
"Kamu? Kalau kamu benar-benar bisa meminta Restoran Siam mengantar makanan, aku akan memakan alas sepatuku!"Pengawal itu memelototi Ardika dengan acuh tak acuh sekaligus marah, lalu berbalik dan langsung pergi.Kalau bukan karena sedikit takut pada kekuatan Ardika, tadi dia dan rekannya sudah menghajar Ardika hingga babak belur."Kret ...."Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya yang mengenakan seragam bertuliskan Restoran Siam membawa dua orang pelayan memasuki apartemen Jesika dengan mendorong kereta dorong."Halo, Nona Jesika, aku adalah manajer Restoran Siam.""Ini adalah makan malam yang Tuan Ardika minta Restoran Siam siapkan untuk Nona.""Di antaranya, ada sup sarang burung, adalah sarang burung berkualitas bagus bernilai miliaran yang Tuan Ardika minta seseorang untuk antarkan ke restoran kami, bahkan secara khusus menginstruksikan juru masak kami untuk mengolahnya menjadi hidangan yang bergizi untuk Nona.""Sekarang kami mengantarkannya secara pribadi kepada Nona, semog