"Eh, Ardika sialan, kenapa kamu masih melamun saja? Cepat lepaskan aku, lalu berlutut dengan patuh! Nggak mungkin kamu benar-benar ingin ditembak, 'kan?!"Yudin melontarkan kata-kata itu dengan arogan sambil tersenyum ganas.Dia sudah merencanakan untuk menyiksa Ardika sepuluh kali lipat, bahkan seratus kali lipat lebih parah dibandingkan yang dia alami sekarang."Bam!"Ardika menanggapinya dengan sebuah tendangan tak berbelas kasihan.Tendangan ini langsung mengenai dagu Yudin. Untung saja, lidahnya tidak sampai putus tergigit. Walaupun demikian, Yudin juga sudah kesakitan setengah mati."Apa aku sudah memintamu untuk berbicara?"Ardika menegur Yudin tanpa melirik pria itu, dia melemparkan sorot mata dingin ke arah Pendo."Pak Pendo, beberapa orang yang tergeletak dalam kondisi sekarat di lantai adalah rekan-rekanmu. Kamu sudah tiba di sini cukup lama, tapi kamu sama sekali nggak memedulikan mereka.""Sebaliknya, hanya dengan satu kalimat dari anggota Keluarga Sudibya, kamu malah lang
Seorang wali kota yang belum menginjak usia kepala tiga, hanya dalam kurun waktu dua puluh tahun ke depan saja, sudah bisa menjadi seorang Duta Perbatasan.'Apa mungkin wali kota baru itu adalah pemuda di hadapanku ini?'Pendo tidak berani menebak dengan sembarangan.Namun, saat itu juga, dia tidak berani mempersulit Ardika lagi.Ibarat para dewa melakukan pertarungan sengit, rakyat jelata yang akan menderita.Kalau sampai pada akhirnya dia benar-benar menyinggung wali kota baru itu, maka tamatlah riwayatnya!Bulir-bulir keringat dingin bercucuran di kening Pendo. Diam-diam, dia mengintip Ardika yang tidak menunjukkan ekspresi apa pun dan segera menyimpan senjata apinya seolah-olah tidak ada yang terjadi.Kemudian, dia berbalik dan berkata, "Tuan Humni, aku tiba-tiba ada urusan mendadak, aku harus kembali terlebih dahulu, kalian sendiri saja yang tangani masalah ini."Sekarang Pendo hanya ingin menarik dirinya keluar dari permasalahan ini, dia tidak berani menyinggung salah satu pihak
Melihat Pendo yang berlutut di bawah kaki Ardika dengan patuh itu, semua orang yang berada di tempat itu tidak bisa berkata-kata lagi.Pria itu adalah seorang wakil ketua kantor polisi pusat Kota Banyuli. Walaupun kekuasaan dan pengaruhnya tidak bisa dibandingkan dengan keluarga kaya terkemuka, tetapi dia juga bukanlah orang yang bisa ditundukkan oleh sembarang orang.Namun, pemandangan di luar nalar itu benar-benar terpampang nyata di hadapan mereka.Kalau tidak memiliki latar belakang yang luar biasa, Ardika benar-benar adalah seseorang yang bertindak semena-mena!"Bam!"Ardika langsung menendang Pendo hingga terpental keluar, lalu berkata tanpa melirik pria itu sama sekali, "Pergi sana.""Ayo pergi!"Pendo menyeka bekas darah di sudut bibirnya, lalu segera merangkak bangkit. Dengan dipapah oleh beberapa orang anak buahnya, dia segera pergi meninggalkan tempat itu seperti orang yang sedang melarikan diri.Saat ini, bahkan Humni juga menatap Ardika dengan sorot mata yang serius.Dia a
"Oh? Tokoh besar? Siapa?"Ardika mengangkat alisnya, menatap Humni dengan tatapan penuh minat.Dia merasa sangat menarik.Keluarga Sudibya memang layak disebut sebagai keluarga terpandang, mereka memiliki banyak relasi, ibarat patah satu, tumbuh seribu.Sebelumnya, mereka memanggil Pendo yang merupakan wakil ketua kantor polisi pusat Kota Banyuli kemari. Sekarang, tokoh besar seperti apa lagi yang mereka panggil kemari?Namun, tentu saja Ardika tidak menganggap serius tokoh besar itu.Tidak peduli sebanyak apa pun orang yang datang hari ini, dia akan menyingkirkan mereka semua.Hari ini, dia sudah bertekad untuk menyiksa Yudin di bawah kakinya, menghancurkan harga diri pria itu sepenuhnya!Humni tahu Ardika tidak menganggap serius ucapannya. Dia tertawa dingin dan berkata, "Eh, Ardika, jangan bangga dulu.""Bagi Keluarga Sudibya, orang yang akan datang kemari ini tentu saja bukan apa-apa.""Tapi, di tempat kecil seperti Kota Banyuli ini, dia sudah dapat dipastikan sebagai tokoh besar y
"Tuan siapa, ya?"Tidak tahu apakah karena ucapan Humni enak didengar, atau karena pria itu adalah orang Keluarga Sudibya, Tiano bersikap lebih sopan padanya.Humni menangkupkan tangannya dan berkata, "Namaku Humni, aku adalah ahli bela diri yang dipekerjakan oleh Keluarga Sudibya.""Ternyata Tuan Humni, ya."Tiano menganggukkan kepalanya dan berkata, "Aku dengar-dengar Tuan Muda Keluarga Sudibya mengalami sedikit masalah. Sebagai tetangga, wajar saja kalau aku datang membantu.""Perkenalkan, ini adalah cucuku, Ponipa Boganta. Ponipa, cepat kemari beri salam kepada tetua."Sambil berbicara, dia memanggil pemuda di belakangnya untuk memberi hormat kepada Humni.Tiano berinisiatif datang membantu, sebenarnya untuk membukakan jalan untuk cucunya.Sekarang dia sudah lanjut usia, dia berinisiatif keluar menunjukkan diri dan membantu orang lain, hanya karena mempertimbangkan masa depan anak cucunya.Humni tahu jelas pemikiran Tiano. Dia bersabar, memuji cucu pria tua itu, "Ponipa adalah anak
"Oh? Kalau Wali Kota Banyuli sekarang bertemu dengan tua bangka itu juga harus hormat padanya?"Ardika tersenyum tipis sambil menatap Tiano. "Apa benar begitu? Memangnya dia siapa? Mengapa aku nggak tahu?"Sebagai Wali Kota Banyuli dan berada di sini saat ini, Ardika merasa ucapan Ponipa benar-benar konyol."Anak muda, kamu begitu arogan, sebenarnya apa latar belakangmu?"Ekspresi Tiano sudah sangat muram.Pendo menghubungi Tiano dengan dua tujuan, yaitu menyampaikan permintaan maaf kepada Keluarga Sudibya secara tidak langsung dan memberikan kompensasi atas kesalahannya yang langsung main "kabur" begitu saja karena digertak oleh Ardika.Tujuan yang lainnya adalah meminta bantuan Tiano untuk menguji identitas Ardika.Karena itulah, saat menelepon Tiano tadi, dia tidak memberi tahu pria tua itu ada kemungkinan Ardika adalah wali kota baru Kota Banyuli, bahkan dia juga tidak memberitahunya identitas lain Ardika.Saat ini, Tiano sama sekali tidak tahu apa-apa mengenai Ardika.Humni berkat
Setelah mendengar ucapan panjang lebar Ardika, semua orang di tempat itu tercengang.Eh ... ini ....Ardika tidak hanya memprovokasi Tiano lagi dan lagi.Saat ini, dia malah berani menegur Tiano dengan nada bicara layaknya seorang guru!Pemuda yang bahkan belum menginjak usia kepala tiga, hanya merupakan seorang bocah ingusan di hadapan Tiano yang merupakan wali kota terdahulu itu.Bagaimana dia bisa berani melakukan hal seperti itu?Dari mana sumber keberaniannya?Semua orang benar-benar tidak bisa berkata-kata lagi. Mereka hanya merasa Ardika benar-benar tidak tahu diri.Sementara itu, Tiano sendiri sampai tertawa saking kesalnya. "Anak muda, aku sudah memakan asam garam kehidupan jauh lebih banyak dibandingkan kamu! Apa kamu pikir kamu berhak untuk menegurku?!""Aku sudah menjabat sebagai Wali Kota Banyuli selama dua puluh tahun, memperoleh banyak cinta dan dukungan dari penduduk kota.""Sedangkan kamu, aku dengar-dengar kamu adalah menantu benalu yang menjadi target makian banyak o
Selain Ardika dan Draco, semua orang di dalam vila langsung pasang kuping, mendengar dengan saksama.Mereka semua ingin mendengar jawaban Ridwan dengan jelas. Mereka ingin tahu pria itu akan memberi jawaban seperti apa.Mungkin karena nada bicara Tiano sedikit tegas, membuat orang di ujung telepon tertekan. Ridwan tidak membiarkan semua orang menunggu terlalu lama.Hampir begitu Tiano selesai berbicara, dia langsung berkata dengan tidak sabar, "Guru, mengapa Guru bisa bertanya seperti itu?""Bukan, bagaimana mungkin aku adalah pendukungnya?!"Nada bicara Ridwan terdengar cemas, seolah-olah terburu-buru ingin memutuskan hubungan dengan Ardika.Begitu mendengar ucapan Ridwan, semua orang langsung melemparkan sorot mata mengejek ke arah Ardika."Eh, Ardika, seperti ini maksudmu pengaruh memudar?""Kamu sudah lihat sendiri pengaruh Tuan Tiano, 'kan? Hanya dengan beberapa patah kata darinya, pendukungmu langsung mencampakkanmu tanpa ragu!""Kamu pikir kamu siapa? Berani-beraninya kamu bersi
Sambil menggertakkan giginya dengan emosi, Sofian berusaha keras untuk merangkak bangkit kembali. Ekspresinya sudah tampak sangat muram.Dulu, bagian tulang rusuknya pernah mengalami cedera, masih belum sepenuhnya pulih. Bagian inilah bagian paling rentan di tubuhnya.Biasanya, saat melawan para ahli bela diri, dia akan memperhatikan untuk melindungi bagian tulang rusuknya itu.Namun, hari ini karena menganggap remeh Werdi, dia sama sekali tidak memperhatikan hal itu.Saat pertama kali Werdi menyerang bagian tulang rusuknya, dia juga tidak berpikir banyak. Siapa sangka kali ini di bawah arahan dari Ardika, Werdi kembali menyerang titik kelemahannya itu dengan tepat."Eh, bajingan, tutup mulutmu! Setelah aku melumpuhkan Werdi, akan kuhabisi kamu!"Sofian sudah bertekad untuk melumpuhkan Werdi.Dia tidak akan berhenti sebelum menginjak-injak bocah yang satu ini."Mati kamu!"Sambil mengatupkan giginya dengan rapat, Sofian berteriak dengan keras. Kemudian, dia kembali menerjang ke arah We
"Mati saja sana!"Saat berbicara, Sofian meneriakkan tiga patah kata itu dengan marah. Kemudian, dia langsung menerjang ke arah Werdi. Tinjunya yang besar itu membelah udara, melesat menuju ke dahi Werdi.Sebelum tinju itu mendarat ke sasaran, aura membunuh yang menakutkan sudah menyelimuti target.Saking ketakutannya, jiwa Werdi seperti sudah meninggalkan raganya. Secara naluriah, dia ingin menghindari serangan tersebut.Tepat pada saat ini, suara Ardika tiba-tiba terdengar olehnya. "Mundur selangkah dengan kaki kananmu, lalu pukul bagian tulang rusuknya!"Kata-kata yang singkat, padat dan jelas ini, membuat Werdi bisa langsung memahaminya tanpa harus berpikir lagi.Seolah-olah menemukan penyelamatnya, tubuhnya bergerak mengikuti instruksi Ardika dengan refleks."Plak ...."Tubuh Werdi menghindar ke kanan, kebetulan berhasil menghindari serangan mematikan dari Sofian itu. Pada saat bersamaan, dia melayangkan pukulan yang tepat mengenai bagian tulang rusuk Sofian yang terekspos itu."P
Seolah-olah baru tercerahkan, Futari berkata, "Jadi, kamu hanya sedang memanas-manasi situasi, bukan benar-benar ingin membantu mereka, 'kan?"Dia hampir lupa hari ini Werdi dan yang lainnya memanggil Ardika ke Sekolah Bela Diri Sopran, pasti punya niat jahat.Jangankan membantu mereka, Ardika tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk menjatuhkan mereka saja, juga sudah cukup "setia kawan"."Kak Ardika, kalau begitu kita mundur saja lebih jauh lagi. Kalau sampai terjadi sesuatu, kita juga bisa lebih cepat kabur!"Futari langsung menarik Ardika mundur menuju ke arah pintu keluar. Dia menyaksikan pertunjukan yang sedang berlangsung itu dengan ekspresi menikmati."Sialan!"Menyaksikan pemandangan ini melalui sudut matanya, Werdi yang sudah babak belur akibat perkelahian itu hampir muntah darah.Hanya menyulut api tanpa bertanggung jawab memadamkan api.Dia pernah melihat orang yang tidak tahu malu, tetapi tidak pernah melihat orang yang begitu tidak tahu malu!Tentu saja Ardika sama sekali
Orang-orang yang bisa mengikuti Sofian, tentu saja adalah anggota-anggota inti Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan yang memihak pada Wilgo. Masing-masing di antara mereka memiliki kemampuan bela diri yang luar biasa.Di sisi lain, sekelompok tuan muda seperti Werdi juga bukanlah tipe orang yang mudah ditindas.Mereka juga sedikit berkemampuan. Kalau tidak, biarpun ada dukungan dari keluarga mereka, mereka juga tidak berani menantang kelompok Sofian.Dalam sekejap mata, perkelahian sengit antara dua kelompok itu pun dimulai.Namun, sepanjang proses itu berlangsung, kedua belah pihak masih mengendalikan diri mereka. Mereka hanya berkelahi dengan tangan kosong, tidak ada yang mengeluarkan senjata.Bagaimanapun juga, di antara kedua belah pihak ini, keduanya memiliki latar belakang yang cukup kuat.Yang satunya memiliki Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan sebagai pendukung, sedangkan yang satunya lagi memiliki Timnu, orang kepercayaan Jerfis sebagai pendukung.Berkelahi bukan
Sofian Remax, ahli bela diri yang menempati perangkat pertama di antara generasi muda Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan.Kekuatan orang ini luar biasa besar, dia sudah memberikan kontribusi besar untuk Wilgo.Dengar-dengar, guru orang ini adalah salah seorang tetua dari Organisasi Snakei cabang Gotawa. Alasan mengapa dia bergabung dengan cabang Provinsi Denpapan adalah untuk mencari pengalaman, agar suatu hari nanti dia bisa menduduki posisi ketua cabang.Juga ada yang mengatakan bahwa kekuatan Sofian sudah bisa mengejar Vita, salah satu dari sepuluh orang berbakat Organisasi Snakei cabang Gotawa.Terlebih lagi, itu adalah situasi satu tahun yang lalu.Kekuatan Sofian sekarang mungkin sudah jauh lebih kuat lagi!Jadi, ada rumor yang beredar bahwa kali ini Wilgo ingin berduel dengan pihak Vita dan Cahdani, perwakilan utamanya adalah Sofian ini.Hal ini juga membuat Sofian menjadi orang yang populer di kalangan kelas atas ibu kota provinsi.Sementara itu, konflik antara Sofian d
Werdi membungkukkan badannya di hadapan Ardika dengan sopan.Raina dan yang lainnya juga berkata dengan penuh hormat, "Kak Ardika, kamu adalah orang yang berbesar hati, beri kami kesempatan untuk mengungkapkan permintaan maaf kami padamu, ya!""Ibarat nggak kenal maka nggak sayang. Kelak kita adalah teman baik. Kak Ardika, kamu adalah kakak kami!"Menyaksikan pemandangan ini, Futari yang berdiri di samping Ardika pun kebingungan.Dia tahu Werdi dan yang lainnya punya niat jahat, dia sudah mempersiapkan mentalnya untuk menghadapi mereka yang akan mempersulit kakak iparnya.Namun, siapa sangka mereka benar-benar meminta maaf pada Ardika?Pertunjukan apa yang mereka mainkan ini?"Setelah melakukan kesalahan, tahu mengintrospeksi diri adalah hal yang baik. Aku juga bukan tipe orang yang berpemikiran sempit."Saat ini, Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Kalau begitu, kejadian tadi malam sudah berlalu, anggap saja nggak pernah terjadi. Kelak kita semua adalah teman.""Hahaha, Kak Ardika b
Sementara itu, di antara sekian banyaknya sekolah bela diri ini, tentu saja yang paling terkenal adalah sekolah bela diri di bawah naungan Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan, Sekolah Bela Diri Sopran. Akan tetapi, sesungguhnya sekolah bela diri ini dikendalikan oleh Keluarga Gozali.Usai memarkirkan mobilnya, saat Ardika berjalan menuju ke Sekolah Bela Diri Sopran bersama Futari, dia melihat ada sebuah bangunan kuno yang dipenuhi gaya Negara Jepara berlokasi di seberang sekolah bela diri."Sekolah Bela Diri Laido!"Sebuah papan yang tergantung di depan pintu, bertuliskan empat kata menggunakan bahasa Negara Nusantara itu membuat Ardika menghentikan langkah kakinya. Dia menyipitkan matanya.Aura membunuh kuat yang biasanya hanya bisa dirasakan oleh Ardika terpancar dari empat kata besar tersebut!Sekolah Bela Diri Laido ini merupakan sekolah bela diri yang pasti bisa menempati peringkat tiga besar di antara sekian banyaknya sekolah bela diri di Negara Jepara. Banyak ahli bela di
Walaupun Ardika tidak memiliki kesan baik terhadap Tuan Besar Keluarga Liwanto ini, tetapi karena ini menyangkut hal besar ibu mertuanya, dia hanya mengangguk."Baiklah, saat senggang nanti aku akan pergi memilihkan hadiah untuk beliau. Futari, kamu juga bantu beri aku referensi, ya."Futari mengangguk dengan patuh.Tepat pada saat ini, ponselnya berdering."Raina menelepon lagi."Melihat nama yang berkedip di layar ponselnya, Futari langsung mengerutkan hidungnya.Dia sama sekali tidak ingin menerima panggilan telepon dari Raina.Namun, setelah Futari menolak panggilan telepon tersebut, Raina kembali meneleponnya, membombardirnya dengan panggilan telepon berturut-turut.Dengan sorot mata agak dingin, Ardika berkata, "Kalau nggak, kamu jawab aja teleponnya. Mari kita lihat apa yang ingin dikatakan oleh wanita itu."Kalau wanita itu ingin mencari masalah dengan Futari, itu artinya pelajaran yang diberikannya pada wanita itu malam sebelumnya masih belum cukup.Mendengar ucapan kakak ipar
Ardika menepuk dahi adik sepupunya itu, lalu berkata, "Eh, sudah, sudah. Kencan pagi-pagi buta? Apa yang kamu pikirkan?""Siapa tahu? Mungkin saja kamu takut kalau malam hari tiba, Kak Luna tiba-tiba memeriksa keberadaanmu."Dengan memasang ekspresi arogan, Futari berkata, "Intinya, aku harus menggantikan Kak Luna untuk mengawasimu!""Satu hal lagi, sebenarnya ada apa di antara kamu dengan Nona Rosa?""Pagi hari ini Raina mengirimkan pesan untuk menakut-nakutiku! Dia bilang sekarang rumor mengenai tadi malam kamu menghabiskan malam bersama Nona Rosa sudah tersebar di kalangan kelas atas ibu kota provinsi. Setelah Jerfis, salah satu dari tujuh tuan muda ibu kota provinsi itu kembali, pasti akan mencari perhitungan denganmu!"Ardika berkata dengan tidak berdaya, "Bukankah kamu tahu tadi malam aku berada di mana?""Tentu saja aku tahu Kak Ardika berada di rumah bersamaku, tapi orang lain nggak tahu."Futari mendecakkan lidahnya dan berkata, "Apalagi tadi malam kamu meminta Nona Rosa untuk