Setelah mendengar ucapan Vera, akhirnya Luna sudah mengerti.Ternyata wanita itu sedang membalaskan dendam padanya atas kasus yang menimpa Yudin.Setelah diingat-ingat kembali, memang ada kejanggalan. Saat dia berada di Hotel Framu sebelumnya, Yobin mengubah sikap sombongnya dan tiba-tiba bersikap penuh hormat padanya, lalu memintanya untuk menjalani pemotretan promosi asosiasi yang sebenarnya hanyalah kedok untuk mengelabuinya ....Luna benar-benar merinding.Ternyata sejak saat itu dia sudah jatuh dalam perangkap sekelompok orang ini, tetapi dia sendiri malah tidak menyadarinya.Luna berusaha keras menenangkan dirinya, lalu berkata pada para pria yang mengepungnya dengan nada tegas, "Minggir sana! Apa kalian nggak tahu kalian sedang melanggar hukum?!""Hubungan suamiku dengan Sigit, ketua kantor polisi pusat Kota Banyuli sangat baik. Selama dia melakukan satu panggilan telepon pada Sigit, Sigit akan mengirim anggota kepolisian untuk menangkap kalian semua!"Untuk menakut-nakuti orang
Sebelumnya, saat bersiap untuk berganti pakaian, Luna meletakkan ponsel itu di atas meja."Kembalikan padaku!"Luna mengulurkan lengannya untuk merampas ponselnya. Dia tidak bisa tinggal diam saja. Dia ingin merampas ponselnya dan segera menghubungi Ardika.Namun, pergerakan Jinari sangat cepat, dia segera menarik lengannya ke belakang dan melangkah mundur dua langkah.Luna gagal merampas ponselnya. Saking paniknya, dia sudah hampir menangis."Kamu menginginkan ini? Aku nggak akan memberikannya padamu!"Jinari tertawa manja, lalu sengaja menggoyang-goyangkannya di hadapan Luna untuk membuat Luna kesalKemudian, dia mengulurkan lengannya dan menekan-nekan layar ponsel tersebut. Dalam sekejap, layar ponsel pun menyala.Detik berikutnya, dia berkata dengan memasang ekspresi mempermainkan, "Ckckck, ya ampun, kamu menggunakan foto wajahmu menempel pada wajah suamimu sebagai foto layar ponselmu. Suamimu benar-benar sangat jelek. Apa dia sangat kaya? Kalau nggak, bagaimana kamu bisa tertarik
"Sayang, nggak apa-apa, ya. Ada aku di sini ...."Ardika baru pertama kali melihat sisi Luna yang begitu rapuh. Dia memeluk istrinya dengan erat dan menepuk-nepuk punggung Luna untuk menenangkannya.Begitu dia melihat bekas lima jari di wajah Luna, amarah dalam hatinya makin bergejolak."Siapa yang memukul istriku?!"Ardika mengangkat kepalanya, menatap beberapa orang wanita itu dengan tatapan yang sangat tajam.Namun, setelah beberapa orang wanita itu mengetahui identitas Ardika, mereka sama sekali tidak merasa takut."Oh, ternyata kamu adalah suami pecundang Luna itu, ya? Memangnya kenapa kalau istrimu dipukul? Siapa suruh dia menyebalkan?""Istrimu dipukul, ya dipukul. Memangnya kamu mau apa? Apa kami harus berlutut dan bersujud meminta maaf padanya?""Apa dia layak?"Beberapa orang wanita itu, termasuk penata rias menatap Ardika dengan tatapan tidak ada tanda-tanda ketakutan sama sekali.Tidak ada artinya amarah orang yang lemah.Mereka sama sekali tidak menganggap serius seorang m
Vera melirik beberapa orang wanita yang sudah terduduk tak berdaya di lantai itu sekilas. Dia sudah hampir memahami apa yang telah terjadi.Dia menatap Ardika dengan sorot mata tajam sekaligus dingin, lalu berkata dengan dingin, "Ardika, aku nggak disangka ternyata kamu berani datang kemari.""Kamu sudah mengacaukan rencana Tuan Muda Yudin, jangan harap hari ini kamu dan istrimu bisa pergi dari sini!"Setelah mendengar ucapan Vera, Jinari dan yang lainnya kembali bersemangat dan makin menjadi-jadi."Bu Vera, kamu harus membalaskan dendam kami! Wajah kami sudah rusak dipukul oleh si sialan itu! Bagaimana kami bisa menjalani pemotretan lagi?!""Bisa-bisanya si sialan itu memukul wanita, dia benar-benar bukan manusia ...."Satu per satu dari beberapa orang wanita itu merangkak bangkit dari lantai, lalu menatap Ardika dengan tatapan tajam.Setelah mendengar ucapan mereka, staf-staf yang ikut masuk ke dalam studio juga ikut mengatai Ardika."Diam kalian semua!"Vera memelototi semua orang d
"Ahhh ...."Vera mengeluarkan suara teriakan yang menyedihkan. Saat itu juga, tubuhnya terpental dan menabrak meja rias di belakangnya dengan keras."Brak ... bruk ... prang ...."Botol-botol dan yang lainnya yang ada di atas meja langsung terjatuh ke lantai. Dalam sekejap, sekujur tubuh Vera langsung dipenuhi dengan berbagai kosmetik.Saat aroma berbagai kosmetik itu berpadu menjadi satu, sangat menusuk indra penciuman. Saat itu juga, aroma tersebut menyelimuti seluruh studio.Sementara itu, semua orang di dalam studio langsung tercengang.Tidak ada seorang pun yang menyangka, di bawah tatapan menakutkan belasan pria kekar, Ardika berani main tangan terhadap Vera.Ekspresi beberapa orang wanita lainnya langsung berubah menjadi pucat saking ketakutannya.Tadi, Ardika hanya menampar mereka. Sekarang, serangan Ardika lebih ganas lagi. Hanya dengan satu tendangan, tubuh Vera sampai terpental.Benar-benar orang yang kejam!Tidak hanya beberapa orang wanita itu, bahkan para kru juga berguma
"Bocah, sepertinya kamu terlalu memandang tinggi dirimu sendiri!"Satu kalimat dari Ardika sudah menyulut amarah sekelompok pria kekar itu.Masing-masing dari mereka adalah orang yang dihormati dan ditakuti oleh orang biasa. Satu lawan beberapa bukanlah masalah bagi mereka.Namun, bisa-bisanya Ardika meminta mereka untuk menyerang secara bersamaan.Hal seperti ini belum pernah mereka alami.Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Nggak, aku hanya memandang rendah kalian saja."Ucapan Ardika kembali menyulut api amarah dalam hati sekelompok pria kekar itu.Vera berteriak dengan arogan, "Untuk apa kalian beromong kosong dengannya lagi? Cepat serang!""Cepat lumpuhkan si sialan itu, pemotretan erotis istrinya harus segera dilanjutkan.""Ardika, setelah helikopter menyebarkan foto-foto erotis istrimu ke seluruh pelosok Kota Banyuli, istrimu yang tadinya adalah kebanggaan Kota Banyuli, kelak hanya akan mempermalukan Kota Banyuli!"Setelah mendengar ucapan tajam wanita itu, Ardika mengerutkan
"Nggak, nggak. Apa hubungannya denganku. Bagaimana mungkin aku berani ...."Saking ketakutannya, kata-kata yang keluar dari mulut Vera sudah tak beraturan lagi.Ardika menekan dagu wanita itu dengan keras, mengarahkan wajah wanita itu ke arahnya, lalu tertawa mempermainkan dan berkata, "Tentu saja sekarang kamu nggak berani, juga nggak punya kesempatan itu lagi.""Tapi, kalian sudah mengajukan penerbangan helikopter, kalau nggak ada sesuatu yang disebarkan, bukankah sia-sia saja?""Tadi kamu bilang kamu pernah bermain dengan Yudin, 'kan? Dengan gayamu dalam bertindak, seharusnya kamu juga punya foto-foto yang menarik, bukan?"Vera tertegun sejenak. Tiba-tiba, dia sudah mengerti maksud Ardika. Sekujur tubuhnya langsung gemetaran. Dia segera menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nggak, aku nggak punya!"Namun, ada satu pergerakannya yang telah mengkhianatinya.Melihat dia mencengkeram ponselnya dengan erat, sambil memikirkan sesuatu, Ardika langsung merampas ponsel itu darinya.Begitu la
"Biaya perbaikan sudah cukup untuk membeli dua buah mobil baru."Luna menundukkan kepalanya, menyeka air matanya.Dia bukan menyayangkan uang yang tidak seberapa itu, tetapi mobil Maserati Quattroporte itu memiliki makna spesial baginya.Karena itu adalah mobil pertama yang dihadiahkan oleh Ardika untuknya. Biasanya, saat dia mengendarai mobil itu, dia sangat berhati-hati, takut mobil itu lecet."Pasti Yudin yang menginstruksikan orang untuk melakukannya!"Ardika berkomentar dengan dingin.Dia belum sempat pergi mencari perhitungan dengan Yudin, tetapi pria itu sudah merajalela. Bisa-bisanya pria sialan itu menghancurkan mobil kesayangan Luna.Ardika memutuskan untuk menemui Yudin secara pribadi untuk meminta pertanggungjawaban pria itu."Sayang, jangan menangis. Kalau mobil rusak, masih bisa beli yang baru, yang terpenting adalah kamu baik-baik saja. Kamu pulang dulu, ya. Aku masih ada sedikit urusan."Setelah menenangkan Luna, dia meminta Draco untuk mengirim orang mengantar dan meli