"Apakah kau tak ingin aku turun ke bawah? Kenapa?" tanya Austin penasaran.Pria itu menatap wanitanya lekat, ia mendekati Kenny dan menyentuh kening sang istri dengan punggung tangannya. Ia pikir Kenny mengalami demam sehingga ia tak ingin ditinggal olehnya.Dengan cepat Kenny menepis tangan Austin, ia merasa bingung dengan hatinya. Kenny sama sekali tak menginginkan Austin turun, tapi ia sendiri bingung mencari alasan yang tepat untuk melarangnya."Apakah ada yang sakit?" tanya Austin lagi."Tidak, turunlah jika kau ingin turun." Kenny langsung memunggungi Austin. Ia menutup tubuhnya dengan selimut. Rasa aneh Kenny rasakan, ia merasakan hatinya menjadi sesak mengingat perkataan Julie kepadanya tentang hubungan Austin dan Lea."Baiklah, aku akan tetap di sini menemanimu," balas Austin.Entah mengapa Austin merasa ada yang berbeda dengan istrinya. Ia melihat punggung Kenny yang sedikit bergetar. Nyatanya, Kenny sedang terisak, memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi
"Baiklah, kalau itu maumu," balas Austin.Austin membalikkan tubuhnya hendak keluar kamar, ia hanya sedang mengerjai istrinya. Dengan langkah sepelan mungkin ia menanti reaksi sang istri. Pria itu membuka pintu dan menutupnya lagi, tapi ia tak keluar dari kamarnya. Begitu suara pintu tertutup, ia bersedekap dada melihat Kenny yang masih memunggunginya. Tanpa diduga, Kenny meneriaki namanya."Austin!... brengsek kau ya!... apakah kau tak memiliki hati untukku?" Kenny berteriak dan menangis setelah suara pintu tertutup.Austin terkejut dengan tangisan Kenny yang menyesakkan, ia berjalan ke arah istrinya dan memeluknya dari belakang. Sontak Kenny terkejut dan menoleh ke arah Austin. Tanpa direncanakan, tolehan itu membuat bibirnya dan bibir sang suami menyatu. Keduanya membolakan mata dengan detak jantung yang berlomba satu sama lain. Hanya hitungan Detik Austin langsung menegapkan tubuh dan membuang pandangannya."M-maafkan aku, aku tak bermaksud seperti itu," ucap Austin tanpa memand
"Robert," balas Tuan Arthur."Paman Robert? Kenapa hidupku selalu berhubungan dengannya?" kesal Austin."Dia menculik Clarissa saat wanita itu sedang ada pelatihan desain di Madripoor city. Sekarang wanita itu ada di markasnya dan dijadikan budak pemuas nafsu. Akan aku kirimkan alamatnya." Tuan Arthur mengirimkan alamat lokasi penyekapan Clarissa pada Austin melalui pesan singkat."Kau sedang berbicara dengan siapa?" tanya Kenny penasaran."Ah ... hanya bicara dengan rekan kerja. Kau mau ke mana?" balas Austin tegugup."Aku ingin ke taman belakang, rasanya jenuh sekali berada di kamar terus, apakah kau mau menemaniku?" tanya Kenny lagi.Wanita itu kini sudah tak mengenakan kursi roda, melainkan tongkat untuk membantunya berjalan. Semakin hari keadaan Kenny semakin membaik dan ia sudah mulai beraktivitas meski hanya di rumah saja. "Ayo aku temani." Austin membantu Kenny berjalan dengan memegangi lengannya."Aku bisa jalan sendiri. Oh iya, bagaimana dengan usaha yang Peter kelola? Apak
"Aku mohon hentikan, aku mohon." Kenny memberanikan diri memeluk Austin dari belakang, matanya terpejam, tak kuasa melihat penyiksaan yang Austin lakukan pada lawannya. Pelukan dan tangisan Kenny mengejutkan Austin, dalam hitungan detik api terserap kembali ke dalam telapak tangannya. Pria bertubuh kekar itu terbakar hingga tak terdengar teriakan lagi dari mulutnya. Sang rekan yang datang bersama dengan pria kekar itu membolakan mata, tak kuasa menolong temannya. Ia terpaku, menatap kesengsaraan yang disebabkan oleh kekuatan Austin."T-tangkap dia! Jangan biarkan dia lari!" teriak pengawal Thomson yang menyaksikan kekuatan Austin. Pengawal itu terkejut saat mengetahui sang majikan memiliki kekuatan yang luar biasa. Ia pun terpaku melihat kejadian naas di depannya, begitu pengawal Thomson mendapat kesadaran, mereka langsung mengejar rekan penjahat yang hendak menculik Kenny. Begitu Austin mendapatkan kesadaran, tubuhnya bergetar melihat manusia yang sudah tak bernyawa di depannya.
"Tenanglah, kau harus tenang," bisik Kenny meski takut.Para pengawal melindungi dirinya dari kobaran api yang memburu ke arah mereka. Mereka tak meyangka jika kekuatan itu bisa lebih besar dari yang tadi mereka lihat. Austin mendengar bisikan Kenny, ia memejamkan, mata berusaha mengontrol jiwa di dalam dirinya. Fokus itu masih ia lakukan karena bisikan-bisikan Kenny di telinganya. Wanitanya itu terus saja memberikan ketenangan dengan kata-katanya, bahkan pelukan wanita itu belum juga terlepas dari tubuh Austin. Tanpa disadari, air terangkat dari permukaan danau. Lagi-lagi Kenny tercengang melihat apa yang ada di hadapannya. Meski memejamkan mata, Austin mampu meraskan jika dirinya bisa mengontrol kekuatan. Hembusan angin yang keluar dari telapak tangan kirinya mengangkat air, dan membuat api yang berkobar semakin mengecil."Wow!... Keren!" gumam Kenny.Pujian Kenny membuat Austin membuka matanya, ia pun melihat apa yang Kenny lihat. Perlahan Kenny menyentuh pergelangan tangan Austi
"Cepat cari Clarissa!" perintah Austin pada rekannya. Baku tembak tak terelakan lagi, para pengawal Arthur dan Robert saling menunjukkan kemampuannya. Austin berjalan paling depan, kedua tangannya memegang pistol dan menembaki siapa saja yang menghalangi jalannya. Tanpa membuang waktu, Austin berlari dengan kecepatan penuh memasuki gedung markas sang paman. Semakin lama pengawal Robert semakin berdatangan dengan jumlah yang banyak, mereka melawan Austin tanpa memandang statusnya. Mereka tak peduli jika Austin adalah bagian dari Jacob, bagi mereka perintah sang Tuan yang menjadi keharusan. "Jangan membuang waktu! Kalian berpencar! Cari Clarissa dan pergi dari sini," perintah Austin lagi tanpa melepaskan arah pandangnya pada lawan. "Tuan, di bagian belakang ada begitu banyak tawanan wanita. Apakah kita akan membebaskannya juga?" tanya salah satu pengawal Arthur."Lepaskan semua, dan lindungi mereka," balas Austin. Austin memberikan kode pada Peter dengan anggukan kepala, ia mengaja
"Kau pikir kau bisa lari dariku?" balas supir yang kini telah menolehkan wajah ke belakang, sambil melepas tudung jaket yang ia kenakan."P-paman!" balas Austin terkejut.Tanpa Austin ketahui, Robert telah mengetahui rencanannya yang telah mengincar Clarissa. Ia sengaja tak menyerang Austin dalam waktu dekat, pria paruh baya itu telah mengintai pergerakan Austin.Keberuntungan berpihak padanya saat garmen yang menjadi incaran Austin memiliki hubungan dengan wanita yang ia sekap. Kelicikan Robert membuatnya mengambil keuntungan, ia sengaja melonggarkan penjagaan dan membocorkan lokasi Clarissa agar siapa saja mengetahui keberadaan wanita itu.Kailnya termakan oleh Austin, pria muda yang berstatus keponakan itu memakan umpan yang telah ia berikan. Bahkan Robert merampas jaket milik pengawal Austin dan mengambil alih mobil rombongan. Lagi-lagi keberuntungan berpihak pada pria licik itu, Austin memasuki mobil yang hendak ia kendarai. Tanpa membuang waktu, Robert melajukan mobil menuju hu
"Austin!...." Peter berlari menghampiri Austin sambil menembaki binatang buas yang hendak mendekat ke arahnya. Harimau yang menuntun jalan Peter juga tengah berkelahi dengan para hewan buas, yang hendak memangsa Austin. Peter merasa takjub dengan tingkah harimau yang membatunya. Para rekan Robert dan juga pengawal Arthur menyebar, membidik binatang buas dengan cermat. "Bantu harimau itu juga," pinta Peter pada rekannya. Suara tembakan menggema di dalam hutan yang gelap. Para hewan buas menyerah akan aksinya, dan berlari meninggalkan lokasi. Sedangkan harimau yang tengah membantu mereka terkapar lemah di tanah, meraung sambil menatap tubuh Austin yang masih tak sadarkan diri. "Bawa harimau itu juga, obati dia," pinta Peter sambil membopong tubuh Austin. Pengawal Arthur dan juga rekan Peter bekerja sama membawa tubuh harimau yang sangat berat. Tak ada tenaga bagi harimau itu untuk berjalan, hanya mampu berpasrah diri saat dibawa oleh mereka. Bahkan harimau itu mendapatkan banyak lu