"Kau pikir kau bisa lari dariku?" balas supir yang kini telah menolehkan wajah ke belakang, sambil melepas tudung jaket yang ia kenakan."P-paman!" balas Austin terkejut.Tanpa Austin ketahui, Robert telah mengetahui rencanannya yang telah mengincar Clarissa. Ia sengaja tak menyerang Austin dalam waktu dekat, pria paruh baya itu telah mengintai pergerakan Austin.Keberuntungan berpihak padanya saat garmen yang menjadi incaran Austin memiliki hubungan dengan wanita yang ia sekap. Kelicikan Robert membuatnya mengambil keuntungan, ia sengaja melonggarkan penjagaan dan membocorkan lokasi Clarissa agar siapa saja mengetahui keberadaan wanita itu.Kailnya termakan oleh Austin, pria muda yang berstatus keponakan itu memakan umpan yang telah ia berikan. Bahkan Robert merampas jaket milik pengawal Austin dan mengambil alih mobil rombongan. Lagi-lagi keberuntungan berpihak pada pria licik itu, Austin memasuki mobil yang hendak ia kendarai. Tanpa membuang waktu, Robert melajukan mobil menuju hu
"Austin!...." Peter berlari menghampiri Austin sambil menembaki binatang buas yang hendak mendekat ke arahnya. Harimau yang menuntun jalan Peter juga tengah berkelahi dengan para hewan buas, yang hendak memangsa Austin. Peter merasa takjub dengan tingkah harimau yang membatunya. Para rekan Robert dan juga pengawal Arthur menyebar, membidik binatang buas dengan cermat. "Bantu harimau itu juga," pinta Peter pada rekannya. Suara tembakan menggema di dalam hutan yang gelap. Para hewan buas menyerah akan aksinya, dan berlari meninggalkan lokasi. Sedangkan harimau yang tengah membantu mereka terkapar lemah di tanah, meraung sambil menatap tubuh Austin yang masih tak sadarkan diri. "Bawa harimau itu juga, obati dia," pinta Peter sambil membopong tubuh Austin. Pengawal Arthur dan juga rekan Peter bekerja sama membawa tubuh harimau yang sangat berat. Tak ada tenaga bagi harimau itu untuk berjalan, hanya mampu berpasrah diri saat dibawa oleh mereka. Bahkan harimau itu mendapatkan banyak lu
"Lebih baik nanti saja, kita lihat dulu perkembangan Austin," balas Tuan Arthur."Kenapa juga anak itu menyembunyikan statusnya dari keluarga Thomson?" tanya Tuan Jacob. "Entahlah, mungkin ia ingin menunjukkan kemampuannya sendiri, bahkan kekayaan yang aku berikan padanya selalu ditolak oleh anak itu," balas Tuan Arthur.Kedua pria tua itu masih saja memandangi Austin dari luar jendela, tak berbeda jauh dengan Peter. Peter dan rekannya masih saja menunggu Austin di rumah sakit. "Tuan, lebih baik kalian kembali ke hotel untuk beristirahat. Biar aku dan rekanku di sini yang menjaganya," ucap Peter. "Baiklah, kau jaga cucuku." Tuan Arthur mendorong kursi roda Tuan Jacob. Keduanya kembali ke hotel, tak banyak yang bisa mereka lakukan di rumah sakit, hanya mematung sambil menatap Austin.Dua hari sudah Austin tak sadarkan diri, Peter dan yang lainnya merasa cemas. Sedangkan ponsel yang ada pada Peter terus berdering menampilkan nama Kenny. "Bagaimana ini? Apakah aku harus mengabarinya
"Tidak, kami hanya sedang melintas dan melihat Peter berdiri di depan ruangan ini. Aku dan Jacob baru saja mengenal, ia meminta pertolonganku untuk terbebas dari anaknya, Robert. Kau tahu sendiri seburuk apa Robert," balas Tuan Arthur berlasan. Tuan Jacob yang berada di kursi roda menganggukkan kepalanya, membenarkan perkataan Tuan Arthur. Mereka masih ingin menjaga identitas Austin yang masih ditahasiakan, entah apa tujuannya, mereka pun tak tahu. 'Pintar juga Kakek bersandiwara,' batin Austin melihat kebohongan yang Tuan Arthur katakan. Tuan Thomson mengangguk paham, ia tak mempertanyakan lagi prihal kehadiran keduanya di ruangan Austin. Sedangkan Nyonya Thomson, ia melihat Austin dan Tuan Jacob secara bergantian. "Ada apa?" tanya Tuan Thomson pada istrinya. "Ah ... tidak, Aku hanya sedang melihat keadaan Austin saja," balas Nyonya Thomson dan langsung beralih ke arah Kenny. "Bagaimana keadaanmu, Nak?" tanya Nyonya Thomson pada Austin. "Sudah lebih baik, Nek," balas Austin sa
"Kenapa hewan itu kau bawa ke sini?" tanya Kenny takut. Austin tersenyum dan keluar dari mobil, sosok Austin terlihat oleh mata harimau itu. Dengan empat kaki yang gagah, harimau itu belari dengan kecepatan penuh, menghampiri Austin yang tengah berdiri menatapnya.begitu dekat harimau itu langsung melompat dan terbang ke arah tubuh Austin seperti ingin menerkam. Austin yang tak siap dengan pergerakan hewan itu terjatuh, hingga harimau tepat berada di atasnya. Kenny yang berada di dalam mobil tercengang melihat sikap harimau pada Austin. Terlihat harimau itu tengah menjilati wajah Austin tanpa henti. Ia keluar hendak menghampiri Austin, dan memukul-mukul kaki harimau yang kini berada di atas luka Austin. Kenny sangat mencemaskan keadaan suaminya. "Pergi kau! Kau melukainya!" bentak Kenny sambil memukuli kaki harimau dengan balok yang entah ia dapatkan dari mana. Sikap Kenny membuat harimau itu marah, ia mengaum dan memberontak. Dengan sigap Austin menahan pergerakan harimau yang he
"Kau mau ke mana?" teriak Austin saat Kenny keluar kamar dengan kemarahannya.Mata Austin menatap lekat kepergian Kenny, ia hendak mengejar istrinya, tapi tertahan saat mengingat ia hanya mengenakan handuk saja. Pandangannya pun teralihkan pada Lea dan Aurel yang masih ada di kamarnya. "Aku mohon mengertilah, bawa Aurel ke luar," pinta Austin sambil mengatupkan kedua tangan di hadapan Lea. Ia tak menyangka kehadiran Lea dan Aurel bisa membuat kemarahan Kenny semakin membesar. Austin tak ingin pernikahannya hancur hanya karena sebuah kecemburuan. Lea yang mendapatkan permohonan dari Austin mengajak anaknya keluar dari kamar itu. Tapi Aurel seakan tak peduli, anak itu masih saja memeluk kaki Austin, tak ingin mengikuti kemauan Lea. Austin merasa serba salah, ia tak mungkin membiarkan Kenny pergi begitu saja. "Aku mohon keluar dulu bersama Mommy, aku ingin mengganti pakaian," pinta Austin lembut pada Aurel.Aurel tak bergeming, ia menggelengkan kepalanya. " Tidak, jika aku keluar mak
"Aku mencintaimu, sangat mencintaimu," racau Kenny masih mengganggu Austin yang sedang fokus mengendarai mobil.Perkataan Kenny membuatnya terkejut, ia menghentikan laju mobil secara tiba-tiba. Lalu menatap wajah istrinya yang sudah berantakan karena pengaruh alkohol."Kau bilang apa tadi?" tanya Austin memastikan, ia tak ingin bahagia hanya karena salah mendengar. "Aku mencintaimu, aku mencintaimu!...." teriak Kenny lalu terkekeh sambil menatap wajah suaminya. "Apakah aku sedang bermimpi?" tanya Austin sambil menepuk-nepuk pipinya. Kenny merasa gemas dengan sikap Austin yang tak mempercayai ucapannya. Wanita yang kesadarannya hampir hilang itu mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir suaminya. "Kau tak bermimpi, aku benar-benar mencintaimu," ucapnya setelah memberikan kecupan pada bibir Austin. Austin membolakan matanya, ia tak menyangka akan mendapatkan cinta Kenny secepat ini. Ia menarik tengkuk istrinya dan kembali melumat bibir seksi Kenny yang tak henti meracau. "Kau sudah
"Siapa yang datang?!" teriak Kenny dari dalam kamar mandi."Kau tetaplah di sana, jangan keluar!" balas Austin dengan berteriak, lalu melanjutkan langkah mendekati pintu. Ia melihat dari layar pengintai yang ada di samping pintu, tapi tak menemukan orang di luar sana. Keningnya mengerut, ia pikir suara itu berasal dari orang yang iseng membunyikan bel kamarnya. Suara itu terdengar lagi saat Austin membalikkan tubuhnya, ia kembali melihat layar pengintai. Masih sama, tak ada orang di depan kamarnya."Siapa yang bermain-main di hotel mewah ini?!" kesal Austin.Dengan cepat ia membuka pintu, begitu pintu terbuka wajahnya dibekap dengan sapu tangan yang sudah diberikan obat bius. Austin kehilangan kesadarannya, tubuhnya dibawa paksa oleh beberapa orang bertubuh besar. Sedangkan Kenny, wanita itu baru saja keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk. Ia terkejut saat melihat beberapa orang bertubuh besar menyeret Austin dengan kasar. Beruntung para pria jahat itu tak melihat kehad