"Tidak, kami hanya sedang melintas dan melihat Peter berdiri di depan ruangan ini. Aku dan Jacob baru saja mengenal, ia meminta pertolonganku untuk terbebas dari anaknya, Robert. Kau tahu sendiri seburuk apa Robert," balas Tuan Arthur berlasan. Tuan Jacob yang berada di kursi roda menganggukkan kepalanya, membenarkan perkataan Tuan Arthur. Mereka masih ingin menjaga identitas Austin yang masih ditahasiakan, entah apa tujuannya, mereka pun tak tahu. 'Pintar juga Kakek bersandiwara,' batin Austin melihat kebohongan yang Tuan Arthur katakan. Tuan Thomson mengangguk paham, ia tak mempertanyakan lagi prihal kehadiran keduanya di ruangan Austin. Sedangkan Nyonya Thomson, ia melihat Austin dan Tuan Jacob secara bergantian. "Ada apa?" tanya Tuan Thomson pada istrinya. "Ah ... tidak, Aku hanya sedang melihat keadaan Austin saja," balas Nyonya Thomson dan langsung beralih ke arah Kenny. "Bagaimana keadaanmu, Nak?" tanya Nyonya Thomson pada Austin. "Sudah lebih baik, Nek," balas Austin sa
"Kenapa hewan itu kau bawa ke sini?" tanya Kenny takut. Austin tersenyum dan keluar dari mobil, sosok Austin terlihat oleh mata harimau itu. Dengan empat kaki yang gagah, harimau itu belari dengan kecepatan penuh, menghampiri Austin yang tengah berdiri menatapnya.begitu dekat harimau itu langsung melompat dan terbang ke arah tubuh Austin seperti ingin menerkam. Austin yang tak siap dengan pergerakan hewan itu terjatuh, hingga harimau tepat berada di atasnya. Kenny yang berada di dalam mobil tercengang melihat sikap harimau pada Austin. Terlihat harimau itu tengah menjilati wajah Austin tanpa henti. Ia keluar hendak menghampiri Austin, dan memukul-mukul kaki harimau yang kini berada di atas luka Austin. Kenny sangat mencemaskan keadaan suaminya. "Pergi kau! Kau melukainya!" bentak Kenny sambil memukuli kaki harimau dengan balok yang entah ia dapatkan dari mana. Sikap Kenny membuat harimau itu marah, ia mengaum dan memberontak. Dengan sigap Austin menahan pergerakan harimau yang he
"Kau mau ke mana?" teriak Austin saat Kenny keluar kamar dengan kemarahannya.Mata Austin menatap lekat kepergian Kenny, ia hendak mengejar istrinya, tapi tertahan saat mengingat ia hanya mengenakan handuk saja. Pandangannya pun teralihkan pada Lea dan Aurel yang masih ada di kamarnya. "Aku mohon mengertilah, bawa Aurel ke luar," pinta Austin sambil mengatupkan kedua tangan di hadapan Lea. Ia tak menyangka kehadiran Lea dan Aurel bisa membuat kemarahan Kenny semakin membesar. Austin tak ingin pernikahannya hancur hanya karena sebuah kecemburuan. Lea yang mendapatkan permohonan dari Austin mengajak anaknya keluar dari kamar itu. Tapi Aurel seakan tak peduli, anak itu masih saja memeluk kaki Austin, tak ingin mengikuti kemauan Lea. Austin merasa serba salah, ia tak mungkin membiarkan Kenny pergi begitu saja. "Aku mohon keluar dulu bersama Mommy, aku ingin mengganti pakaian," pinta Austin lembut pada Aurel.Aurel tak bergeming, ia menggelengkan kepalanya. " Tidak, jika aku keluar mak
"Aku mencintaimu, sangat mencintaimu," racau Kenny masih mengganggu Austin yang sedang fokus mengendarai mobil.Perkataan Kenny membuatnya terkejut, ia menghentikan laju mobil secara tiba-tiba. Lalu menatap wajah istrinya yang sudah berantakan karena pengaruh alkohol."Kau bilang apa tadi?" tanya Austin memastikan, ia tak ingin bahagia hanya karena salah mendengar. "Aku mencintaimu, aku mencintaimu!...." teriak Kenny lalu terkekeh sambil menatap wajah suaminya. "Apakah aku sedang bermimpi?" tanya Austin sambil menepuk-nepuk pipinya. Kenny merasa gemas dengan sikap Austin yang tak mempercayai ucapannya. Wanita yang kesadarannya hampir hilang itu mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir suaminya. "Kau tak bermimpi, aku benar-benar mencintaimu," ucapnya setelah memberikan kecupan pada bibir Austin. Austin membolakan matanya, ia tak menyangka akan mendapatkan cinta Kenny secepat ini. Ia menarik tengkuk istrinya dan kembali melumat bibir seksi Kenny yang tak henti meracau. "Kau sudah
"Siapa yang datang?!" teriak Kenny dari dalam kamar mandi."Kau tetaplah di sana, jangan keluar!" balas Austin dengan berteriak, lalu melanjutkan langkah mendekati pintu. Ia melihat dari layar pengintai yang ada di samping pintu, tapi tak menemukan orang di luar sana. Keningnya mengerut, ia pikir suara itu berasal dari orang yang iseng membunyikan bel kamarnya. Suara itu terdengar lagi saat Austin membalikkan tubuhnya, ia kembali melihat layar pengintai. Masih sama, tak ada orang di depan kamarnya."Siapa yang bermain-main di hotel mewah ini?!" kesal Austin.Dengan cepat ia membuka pintu, begitu pintu terbuka wajahnya dibekap dengan sapu tangan yang sudah diberikan obat bius. Austin kehilangan kesadarannya, tubuhnya dibawa paksa oleh beberapa orang bertubuh besar. Sedangkan Kenny, wanita itu baru saja keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk. Ia terkejut saat melihat beberapa orang bertubuh besar menyeret Austin dengan kasar. Beruntung para pria jahat itu tak melihat kehad
"Aku hanya menginginkan kesengsaraanmu, apakah kau lupa jika kau telah membunuh seluruh keluargaku dan juga membuat anakku cacat?" tanya Robert dengan mata penuh kebencian. "Itu semua bukan salahku, tapi salah istrimu sendiri yang terus menghina ibuku. Kau akan menyesal sudah menahanku di sini!" Austin kembali mengamati ruang penjara yang ia tempati, ia menemukan celah untuk membakar kamera pengintai dan juga speker yang sedari tadi membuatnya muak. Pergerakan kamera ia amati, terus menatap hingga membuat Robert bingung. "Apa yang kau lakukan?" tanya Robert melihat wajah serius Austin yang menatap kamera dengan wajah serius. 'Satu, dua, tiga,' batinnya menghitung, tepat angka tiga ia langsung menyemburkan api ke arah kamera dan juga speker secara bersamaan. Ia juga mengendalikan kekuatan anginya untuk mengempaskan air yang otomatis menyembur saat api keluar. Austin memokuskan gerakannya. Hingga kamera dan speaker berhasil dibakar olehnya. Gerakan tangan kirinya mengarah pada api
"Tidak! Jangan membunuhku, aku mohon," mohon Robet sambil menggelengkan kepalanya pada Tuan Jacob. Tuan Jacob melihat ketakutan di mata Robert, ia tak langsung menjawabnya. Pandangannya teralihkan pada Austin yang sudah dikabuti kemarahan. Austin masih menunggu jawaban sang Kakek, ia tak akan membunuh Robert begitu saja di hadapan Taun Jacob tanpa izin darinya. Mau bagaimanapun Robert tetaplah anak Tuan Jacob, darah dagingnya sendiri. Terlihat Tuan Jacob menghela napa kasar, tatapannya pun tak setajam sebelumnya. Tuan Jacob menggelengkan kepalanya, ia masih menaruh kasih pada Robert, terlepas dari kekejaman yang anaknya lakukan. "Aku akan memaafkanmu, tapi kau tak diizinkan menyandang nama Jacob pada namamu. Mulai saat ini kau bukan anakku, dan kau dikeluarkan dari kartu keluarga," ucap Tuan Jacob sambil menatap keterkejutan Robert.Robert tak mampu lagi berkata, lebih baik ia kehilangan seorang Ayah daripada ia kehilangan nyawanya. "Minggu depan akan aku umumkan pergantian kepemi
"Mereka hanya salah tangkap saja, Kek. Mereka langsung melepaskanku saat menyadari kesalahannya," balas Austin tanpa memberitahu kebenarannya. "Syukurlah, kami sudah sangat khawatir, apakah kau bertemu Arthur? Kenny memberitahunya dan meminta pertolongan darinya," tanya Tuan Thomson. "Ya, kami sudah bertemu tepat saat mereka melepaskanku. Tuan Arthur pria yang luar biasa, dia dengan cepat mengetahui keberadaanku," balas Austin sambil memuji kemampuan kakekmya sendiri. "Terima kasih," sambung Austin dengan berbisik di telinga Kenny. Wanita itu tersenyum, ia merangkul pinggang Austin dari samping, lalu menyandarkan kepala di pundak suaminya. Apa yang dilakukan Kenny membuat Tuan dan Nyonya Thomson terkekeh, ia tak melihat lagi Kenny yang kaku saat bersama dengan suaminya. "Sepertinya kalian sudah berbaikan, apakah kalian akan memberikan cicit untukku?" tanya Nyonya Thomson dengan kekehan kecilnya. "Tentu saja, Nek. Aku akan memberikan cicit yang banyak untukmu," balas Austin yang l