"Siapa yang datang?!" teriak Kenny dari dalam kamar mandi."Kau tetaplah di sana, jangan keluar!" balas Austin dengan berteriak, lalu melanjutkan langkah mendekati pintu. Ia melihat dari layar pengintai yang ada di samping pintu, tapi tak menemukan orang di luar sana. Keningnya mengerut, ia pikir suara itu berasal dari orang yang iseng membunyikan bel kamarnya. Suara itu terdengar lagi saat Austin membalikkan tubuhnya, ia kembali melihat layar pengintai. Masih sama, tak ada orang di depan kamarnya."Siapa yang bermain-main di hotel mewah ini?!" kesal Austin.Dengan cepat ia membuka pintu, begitu pintu terbuka wajahnya dibekap dengan sapu tangan yang sudah diberikan obat bius. Austin kehilangan kesadarannya, tubuhnya dibawa paksa oleh beberapa orang bertubuh besar. Sedangkan Kenny, wanita itu baru saja keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk. Ia terkejut saat melihat beberapa orang bertubuh besar menyeret Austin dengan kasar. Beruntung para pria jahat itu tak melihat kehad
"Aku hanya menginginkan kesengsaraanmu, apakah kau lupa jika kau telah membunuh seluruh keluargaku dan juga membuat anakku cacat?" tanya Robert dengan mata penuh kebencian. "Itu semua bukan salahku, tapi salah istrimu sendiri yang terus menghina ibuku. Kau akan menyesal sudah menahanku di sini!" Austin kembali mengamati ruang penjara yang ia tempati, ia menemukan celah untuk membakar kamera pengintai dan juga speker yang sedari tadi membuatnya muak. Pergerakan kamera ia amati, terus menatap hingga membuat Robert bingung. "Apa yang kau lakukan?" tanya Robert melihat wajah serius Austin yang menatap kamera dengan wajah serius. 'Satu, dua, tiga,' batinnya menghitung, tepat angka tiga ia langsung menyemburkan api ke arah kamera dan juga speker secara bersamaan. Ia juga mengendalikan kekuatan anginya untuk mengempaskan air yang otomatis menyembur saat api keluar. Austin memokuskan gerakannya. Hingga kamera dan speaker berhasil dibakar olehnya. Gerakan tangan kirinya mengarah pada api
"Tidak! Jangan membunuhku, aku mohon," mohon Robet sambil menggelengkan kepalanya pada Tuan Jacob. Tuan Jacob melihat ketakutan di mata Robert, ia tak langsung menjawabnya. Pandangannya teralihkan pada Austin yang sudah dikabuti kemarahan. Austin masih menunggu jawaban sang Kakek, ia tak akan membunuh Robert begitu saja di hadapan Taun Jacob tanpa izin darinya. Mau bagaimanapun Robert tetaplah anak Tuan Jacob, darah dagingnya sendiri. Terlihat Tuan Jacob menghela napa kasar, tatapannya pun tak setajam sebelumnya. Tuan Jacob menggelengkan kepalanya, ia masih menaruh kasih pada Robert, terlepas dari kekejaman yang anaknya lakukan. "Aku akan memaafkanmu, tapi kau tak diizinkan menyandang nama Jacob pada namamu. Mulai saat ini kau bukan anakku, dan kau dikeluarkan dari kartu keluarga," ucap Tuan Jacob sambil menatap keterkejutan Robert.Robert tak mampu lagi berkata, lebih baik ia kehilangan seorang Ayah daripada ia kehilangan nyawanya. "Minggu depan akan aku umumkan pergantian kepemi
"Mereka hanya salah tangkap saja, Kek. Mereka langsung melepaskanku saat menyadari kesalahannya," balas Austin tanpa memberitahu kebenarannya. "Syukurlah, kami sudah sangat khawatir, apakah kau bertemu Arthur? Kenny memberitahunya dan meminta pertolongan darinya," tanya Tuan Thomson. "Ya, kami sudah bertemu tepat saat mereka melepaskanku. Tuan Arthur pria yang luar biasa, dia dengan cepat mengetahui keberadaanku," balas Austin sambil memuji kemampuan kakekmya sendiri. "Terima kasih," sambung Austin dengan berbisik di telinga Kenny. Wanita itu tersenyum, ia merangkul pinggang Austin dari samping, lalu menyandarkan kepala di pundak suaminya. Apa yang dilakukan Kenny membuat Tuan dan Nyonya Thomson terkekeh, ia tak melihat lagi Kenny yang kaku saat bersama dengan suaminya. "Sepertinya kalian sudah berbaikan, apakah kalian akan memberikan cicit untukku?" tanya Nyonya Thomson dengan kekehan kecilnya. "Tentu saja, Nek. Aku akan memberikan cicit yang banyak untukmu," balas Austin yang l
"Sudah," balas Austin sambil tersenyum.Austin memutuskan akan mengenalkan Kenny pada kedua kakeknya, dengan antusias Kenny menerima ajakan Austin. Wanita itu juga sangat penasaran dengan keluarga sang suami. "Mau ke mana kalian?" tanya Julie saat melihat Austin dan Kenny sudah berpakaian rapi. Kenny tersenyum. "Aku akan menemui keluarga Austin, Mom." "Tidak! Hari ini aku sudah berjanji dengan seseorang untuk mengajakmu bertemu dengannya. Aku tak ingin menggagalkan rencanaku. Kau ikut denganku," ucap Julie sambil menarik tangan Kenny. "Lain kali saja, Mom. Aku sudah tak sabar ingin bertemu dengan keluarga suamiku," tolak Kenny. "Kau tak boleh bertemu dengan mereka, aku tak ingin para gembel itu menjadi kerabatku." Julie menarik paksa tangan anaknya, hingga Kenny terus memberontak dan meraih tangan Austin. Tatapannya memohon pada Austin agar menarik tangannya, menjauhkannya dari sang Ibu. "Kau tak bisa membawanya, Mom. Aku sudah berjanji pada keluargaku untuk mempertemukannya,"
"Hei... gembel sepertimu mana mungkin sanggup membayarnya," timpal Kenny sambil mengeratkan rangkulan di lengan suaminya. "Lagi pula Tuan Hery lebih dari mampu membayarnya bukan?" sambungnya lagi. Orangtua Hery merasa anaknya direndahkan, Nath merebut bill yang ada di tangan Hery dan melihat nominal yang harus dibayarkan. Betapa tercengangnya Nath saat melihat tagihan dengan nominal fantastis, hingga ia memegangi dadanya. "B-bagaimana mungkin harganya bisa sampai 3 milyar dollar? Pasti kau salah menghitungnya," ucap Nath pada pelayan restoran. "Maaf, Nyonya. Kami tak salah menghitung, wine yang kalian pesan seharga 600juta dollar per botolnya, dan steak yang Tuan ini pesan adalah steak terbaik yang kami miliki," balas pelayan sambil menunjuk Austin dengan Ibu jarinya. Julie membolakan mata saat mendengar harga wine yang ia teguk langsung dari botolnya memiliki harga fantastis, ia melirik Austin yang kini tengah tersenyum."Kenapa harganya mahal? Padahal itu hanya sebuah wine?" tan
"Kenapa berhenti?" tanya Kenny saat Austin menghentikan mobil tak jauh dari gerbang utama kediaman Jacob. "Apakah rumah kakekmu masih jauh?" sambungnya lagi. Austin terdiam sejenak sambil mengamati gerbang depan yang tak jauh dari pemberhentiannya. Banyak pengawal bersiaga dengan senjata laras panjang, bahkan terlihat pula dari luar jika di dalam ada begitu banyak penjagaan. "Sebentar lagi," balas Austin melanjutkan perjalannya. Kenny mengamati sekitarnya, tak ada rumah penduduk di sekitarannya. Hanya ada halaman luas dan pepohonan yang memenuhi penglihatannya. Dan juga sebuah gerbang berukuran besar dengan banyak penjaga."Mengapa banyak penjagaan di gerbang itu?" tanya Kenny lagi yang masih tak menyadari lokasi. Austin tersenyum, lalu mengelus puncak kepala istrinya. "Nanti kau tahu," balas Austin. Mobil yang mereka tumpangi berhenti tepat di depan gerbang, Austin menyadari jika penjagaan itu dilakukan oleh Tuan Arthur. Terlihat dari lambang Arthur pada jas yang dikenakan para
"Kau memiliki anak?!" Tanya Kenny terkejut dengan jawaban Austin. Kenny memundurkan tubuhnya, bahkan kini matanya telah mengembun, siap menurunkan air mata kesedihan. Rasanya sesak saat mengetahui pria yang telah dicintainya memiliki anak. Kesedihan itu tertangkap penglihat Austin, namun pria itu justru tersenyum ke arah istrinya. "Hei... Maksudku bukan anak seperti yang kau bayangkan. Maksudku, aku memiliki anak perusahaan yang akan aku berikan padamu. Kau tahu AK Company?" tanya Austin yang dibalas anggukan oleh istrinya. "Perusahaan itu adalah milikku, dan akan aku berikan kepadamu. Itu adalah anak yang aku maksud, dan itu juga kebohonganku yang lainnya," sambungnya lagi sambil memeluk tubuh istrinya. Kenny merasa kesal, ia terisak sambil memukuli dada suamimya, ia pikir Austin memiliki anak dari wanita lain sebelum menikahinya. Penjelasan Austin membuat hatinya semakin tenang, Kenny pun membalas pelukan Austin tak kalah erat. "Kau menakutiku saja, aku pikir kau memiliki anak