"Kenapa berhenti?" tanya Kenny saat Austin menghentikan mobil tak jauh dari gerbang utama kediaman Jacob. "Apakah rumah kakekmu masih jauh?" sambungnya lagi. Austin terdiam sejenak sambil mengamati gerbang depan yang tak jauh dari pemberhentiannya. Banyak pengawal bersiaga dengan senjata laras panjang, bahkan terlihat pula dari luar jika di dalam ada begitu banyak penjagaan. "Sebentar lagi," balas Austin melanjutkan perjalannya. Kenny mengamati sekitarnya, tak ada rumah penduduk di sekitarannya. Hanya ada halaman luas dan pepohonan yang memenuhi penglihatannya. Dan juga sebuah gerbang berukuran besar dengan banyak penjaga."Mengapa banyak penjagaan di gerbang itu?" tanya Kenny lagi yang masih tak menyadari lokasi. Austin tersenyum, lalu mengelus puncak kepala istrinya. "Nanti kau tahu," balas Austin. Mobil yang mereka tumpangi berhenti tepat di depan gerbang, Austin menyadari jika penjagaan itu dilakukan oleh Tuan Arthur. Terlihat dari lambang Arthur pada jas yang dikenakan para
"Kau memiliki anak?!" Tanya Kenny terkejut dengan jawaban Austin. Kenny memundurkan tubuhnya, bahkan kini matanya telah mengembun, siap menurunkan air mata kesedihan. Rasanya sesak saat mengetahui pria yang telah dicintainya memiliki anak. Kesedihan itu tertangkap penglihat Austin, namun pria itu justru tersenyum ke arah istrinya. "Hei... Maksudku bukan anak seperti yang kau bayangkan. Maksudku, aku memiliki anak perusahaan yang akan aku berikan padamu. Kau tahu AK Company?" tanya Austin yang dibalas anggukan oleh istrinya. "Perusahaan itu adalah milikku, dan akan aku berikan kepadamu. Itu adalah anak yang aku maksud, dan itu juga kebohonganku yang lainnya," sambungnya lagi sambil memeluk tubuh istrinya. Kenny merasa kesal, ia terisak sambil memukuli dada suamimya, ia pikir Austin memiliki anak dari wanita lain sebelum menikahinya. Penjelasan Austin membuat hatinya semakin tenang, Kenny pun membalas pelukan Austin tak kalah erat. "Kau menakutiku saja, aku pikir kau memiliki anak
"Aaa!...." teriak Kenny saat tubuhnya hampir terjatuh ke dalam danau. Beruntung Austin cepat sampai dan menangkap tubuh istrinya, pria itu masih mengeluarkan api dari tangannya untuk memukul mundur pergerakan buaya yang mendekati Kenny. Naasnya tak hanya satu buaya, terdapat belasan buaya besar di dalam danau itu. Austin mengerenyitkan keningnya heran, ia tak pernah memelihara binatang buas seperti buaya di danaunya. Kenny yang berada di dalam dekapan Austin bergetar hebat, ia takut dengan para buaya yang berjalan ke arah mereka. "Kau larilah ke dalam, panggil para pengawal," pinta Austin sambil menghalangi jalan para buaya dengan api dan angin dari tangannya. Kenny menggelengkan kepalanya, kakinya seperti terpaku di tempat dan tak bisa digerakkan. "A-aku takut," balas Kenny tanpa mau melihat para sekumpulan buaya. "Berengsek! Siapa yang menaruh buaya ini di sini? Pasti ini perbuatan paman," maki Hugo mengingat sikap buruk pamannya. "Cepatlah!... aku tak bisa menahan mereka jika
"Aku juga belum bisa memastikannya, lebih baik kalian pulang dulu ke Racoon, bawahanku sedang menyelidikinya," balas Tuan Arthur. Terlihat kesedihan di wajah Kenny, ekspresi itu membuat ketiga pria yang ada didekatnya merasa heran. Entah apa yang tengah Kenny rasakan. "Kenapa kau bersedih? Tenanglah, siapapun itu pasti kami akan mendapatkannya," ucap Tuan Arthur. "Bukan begitu, Kek. Aku hanya sedih jika harus meninggalkan kalian. Maafkan aku yang belum bisa mebemani kalian tinggal di sini," balas Kenny dengan wajah tertunduk. Tuan Jacob terkekeh, begitupun dengan Tuan Arthur. "Aku pikir kenapa, kami tak masalah, asal kau dan Austin tak melupakan kami," ucap Tuan Jacob. "Aku pasti akan merindukan kalian," balas Kenny. "Habiskan makananmu," perintah Tuan Arthur. Semuanya melanjutkan makan dalam diam, sesekali Kenny melirik ke arah suaminya. Terlihat Austin sedang serius dengan makanannya, bahkan pria itu makan dengan lahap. Kenny dan Austin akhirnya kembali ke Racoon City, Kenny
"Ya, aku yakin. Aku ingin memberikan pelajaran pada Mommy jika sesuatu tak harus diukur dengan materi," balas Kenny. Austin tak banyak bicara lagi, ia terus mengemudikan mobilnya menuju kantor AK Fashion. Peter dan para desainer sudah mulai memenuhi ruang rapat, mereka semua cemas karena desain yang seharusnya menjadi produk utama dicuri. Austin dan Kenny sudah tiba di kantor, dan langsung menuju ruang rapat. Terlihat para pegawai dengan antusias menyambut kedatangan Austin. "Akhirnya kau datang juga," ucap Peter lega saat Austin memasuki ruangan. "Berapa desain yang telah dicuri?" tanya Austin. "Tiga, dan ketiga desain itu adalah desain utama kita untuk peluncuran edisi bulan depan," balas Peter. "Apa kau sudah dapat pelakunya?" "Laura Prigel, wanita yang kau selamatkan dari sekapan pamanmu," balas Peter yakin. Karena Laura menghilang setelah desain itu dicuri. Terlebih lagi Peter mendapati pergerakan Laura yang mengacu pada Robert, sudah bisa dipastikan jika Laura bekerja sa
"Sudah aku duga, sekarang kau ada di mana?" tanya Austin. "Aku sekarang berada di kantor polisi, aku sudah memohon pada Hery tapi ia bersikeras dengan keinginannya.""Kau pulanglah, nanti aku urus. Kemungkinan besok aku pulang," balas Austin. 'Semoga saja aku yang memenangkan pemilihan itu,' sambungnya dalam hati. "Baiklah, kau hati-hati di sana." Sambungan telpon tertutup, tanpa Austin sadari Tuan Arthur sudah tak ada di tempatnya lagi. Austin langsung ke ruang kerja kakeknya, dan mencari data para pemegang saham. Tak boleh ada waktu yang terbuang sia-sia, ia masih sayang dengan nyawanya. "Semoga mereka mau memihakku," batin Austin saat sudah menemukan data para pemegang saham Jacob Company. Pria itu membawa berkas bersamanya, mendatangi satu persatu para pemegang saham. Mobil melintas diiringi oleh para pengawal Arthur, sepanjang perjalanan ia merasa cemas. Belum lagi dengan Julie yang berada di dalam penjara."Maaf, Mom. Bukan aku tak ingin membebaskanmu sekarang, tapi ada hal
"Kakek! Jadi kau pemilik saham terbesar itu?" tanya Austin terkejut. Keterkejutan Austin membuat tubuh Robert bergetar, ia mentap Austin dan Tuan Arthur bergantian. Pria paruh baya itu menggelengkan kepalanya, tak percaya dengan kenyataan yang kini dihadapi. Tuan Arthur mendapatkan saham Jacob dari perjanjiannya dulu dengan Robert. Tuan Jacob yang sudah mengetahuinya langsung mempercayakan sahamnya pada Tuan Arthur. Ia tak mungkin mengurusi perusahaan dengan kondisinya, terlebih Austin tak mau memimpin perusahaan setelah ia mengusir Robert. "Ya, aku pemilik saham terbesar di sini. Bahkan saham Jacob sudah beralih padaku," balas Tuan Arthur sambil tersenyum pada Austin. "K-kakek?" ucap Robert dengan tubuh bergetar. Tuan Arthur mendekat dengan memberikan tatapan tajamnya pada Robert. "Ya, aku kakeknya. Dan aku tak akan membiarkan cucuku meminum racun pemberianmu. Enak saja kau ingin merampas nyawanya setelah lama aku tak menemukannya." "B-bagaimana bisa?" Tuan Arthur menyunggingka
"Mana menantuku yang kaya raya itu?" tanya Julie saat sudah sadarkan diri. Wanita itu langsung mencari keberadaan Austin di kediaman Thomson. Austin dan yang lainnya sedang berada di ruang keluarga, tentu saja Austin mendengar suara teriakan Julie yang menggema di mansion itu. "Lihatlah anakmu, dia sangat antusias sekali mencari menantunya," ucap Tuan Thomson pada istrinya. Nyonya Thomson mengembuskan napasnya lelah. Ia menatap Tuan Jacob dan juga Tuan Arthur. " Maafkan perbuatan putriku pada cucu kalian, kami pun tak tahu harus bersikap bagaimana dengan sifatnya," ucap Nyonya Thomson sambil menundukkan pandangannya. Wanita tua itu merasa sedih dengan sikap yang Julie miliki, ia tak tahu harus meletakkan wajahnya di mana pada Tuan Jacob dan Tuan Arthur. Julie semakin mendekat, bahkan langkahnya terskesan terburu-buru. Sorot matanya berbinar bahagia melihat menantu yang status sosialnya tak pernah ia bayangkan. "Kenapa kau tak bilang jika kau adalah pewaris Jacob dan Arthur Compan