"Tenanglah, kau harus tenang," bisik Kenny meski takut.Para pengawal melindungi dirinya dari kobaran api yang memburu ke arah mereka. Mereka tak meyangka jika kekuatan itu bisa lebih besar dari yang tadi mereka lihat. Austin mendengar bisikan Kenny, ia memejamkan, mata berusaha mengontrol jiwa di dalam dirinya. Fokus itu masih ia lakukan karena bisikan-bisikan Kenny di telinganya. Wanitanya itu terus saja memberikan ketenangan dengan kata-katanya, bahkan pelukan wanita itu belum juga terlepas dari tubuh Austin. Tanpa disadari, air terangkat dari permukaan danau. Lagi-lagi Kenny tercengang melihat apa yang ada di hadapannya. Meski memejamkan mata, Austin mampu meraskan jika dirinya bisa mengontrol kekuatan. Hembusan angin yang keluar dari telapak tangan kirinya mengangkat air, dan membuat api yang berkobar semakin mengecil."Wow!... Keren!" gumam Kenny.Pujian Kenny membuat Austin membuka matanya, ia pun melihat apa yang Kenny lihat. Perlahan Kenny menyentuh pergelangan tangan Austi
"Cepat cari Clarissa!" perintah Austin pada rekannya. Baku tembak tak terelakan lagi, para pengawal Arthur dan Robert saling menunjukkan kemampuannya. Austin berjalan paling depan, kedua tangannya memegang pistol dan menembaki siapa saja yang menghalangi jalannya. Tanpa membuang waktu, Austin berlari dengan kecepatan penuh memasuki gedung markas sang paman. Semakin lama pengawal Robert semakin berdatangan dengan jumlah yang banyak, mereka melawan Austin tanpa memandang statusnya. Mereka tak peduli jika Austin adalah bagian dari Jacob, bagi mereka perintah sang Tuan yang menjadi keharusan. "Jangan membuang waktu! Kalian berpencar! Cari Clarissa dan pergi dari sini," perintah Austin lagi tanpa melepaskan arah pandangnya pada lawan. "Tuan, di bagian belakang ada begitu banyak tawanan wanita. Apakah kita akan membebaskannya juga?" tanya salah satu pengawal Arthur."Lepaskan semua, dan lindungi mereka," balas Austin. Austin memberikan kode pada Peter dengan anggukan kepala, ia mengaja
"Kau pikir kau bisa lari dariku?" balas supir yang kini telah menolehkan wajah ke belakang, sambil melepas tudung jaket yang ia kenakan."P-paman!" balas Austin terkejut.Tanpa Austin ketahui, Robert telah mengetahui rencanannya yang telah mengincar Clarissa. Ia sengaja tak menyerang Austin dalam waktu dekat, pria paruh baya itu telah mengintai pergerakan Austin.Keberuntungan berpihak padanya saat garmen yang menjadi incaran Austin memiliki hubungan dengan wanita yang ia sekap. Kelicikan Robert membuatnya mengambil keuntungan, ia sengaja melonggarkan penjagaan dan membocorkan lokasi Clarissa agar siapa saja mengetahui keberadaan wanita itu.Kailnya termakan oleh Austin, pria muda yang berstatus keponakan itu memakan umpan yang telah ia berikan. Bahkan Robert merampas jaket milik pengawal Austin dan mengambil alih mobil rombongan. Lagi-lagi keberuntungan berpihak pada pria licik itu, Austin memasuki mobil yang hendak ia kendarai. Tanpa membuang waktu, Robert melajukan mobil menuju hu
"Austin!...." Peter berlari menghampiri Austin sambil menembaki binatang buas yang hendak mendekat ke arahnya. Harimau yang menuntun jalan Peter juga tengah berkelahi dengan para hewan buas, yang hendak memangsa Austin. Peter merasa takjub dengan tingkah harimau yang membatunya. Para rekan Robert dan juga pengawal Arthur menyebar, membidik binatang buas dengan cermat. "Bantu harimau itu juga," pinta Peter pada rekannya. Suara tembakan menggema di dalam hutan yang gelap. Para hewan buas menyerah akan aksinya, dan berlari meninggalkan lokasi. Sedangkan harimau yang tengah membantu mereka terkapar lemah di tanah, meraung sambil menatap tubuh Austin yang masih tak sadarkan diri. "Bawa harimau itu juga, obati dia," pinta Peter sambil membopong tubuh Austin. Pengawal Arthur dan juga rekan Peter bekerja sama membawa tubuh harimau yang sangat berat. Tak ada tenaga bagi harimau itu untuk berjalan, hanya mampu berpasrah diri saat dibawa oleh mereka. Bahkan harimau itu mendapatkan banyak lu
"Lebih baik nanti saja, kita lihat dulu perkembangan Austin," balas Tuan Arthur."Kenapa juga anak itu menyembunyikan statusnya dari keluarga Thomson?" tanya Tuan Jacob. "Entahlah, mungkin ia ingin menunjukkan kemampuannya sendiri, bahkan kekayaan yang aku berikan padanya selalu ditolak oleh anak itu," balas Tuan Arthur.Kedua pria tua itu masih saja memandangi Austin dari luar jendela, tak berbeda jauh dengan Peter. Peter dan rekannya masih saja menunggu Austin di rumah sakit. "Tuan, lebih baik kalian kembali ke hotel untuk beristirahat. Biar aku dan rekanku di sini yang menjaganya," ucap Peter. "Baiklah, kau jaga cucuku." Tuan Arthur mendorong kursi roda Tuan Jacob. Keduanya kembali ke hotel, tak banyak yang bisa mereka lakukan di rumah sakit, hanya mematung sambil menatap Austin.Dua hari sudah Austin tak sadarkan diri, Peter dan yang lainnya merasa cemas. Sedangkan ponsel yang ada pada Peter terus berdering menampilkan nama Kenny. "Bagaimana ini? Apakah aku harus mengabarinya
"Tidak, kami hanya sedang melintas dan melihat Peter berdiri di depan ruangan ini. Aku dan Jacob baru saja mengenal, ia meminta pertolonganku untuk terbebas dari anaknya, Robert. Kau tahu sendiri seburuk apa Robert," balas Tuan Arthur berlasan. Tuan Jacob yang berada di kursi roda menganggukkan kepalanya, membenarkan perkataan Tuan Arthur. Mereka masih ingin menjaga identitas Austin yang masih ditahasiakan, entah apa tujuannya, mereka pun tak tahu. 'Pintar juga Kakek bersandiwara,' batin Austin melihat kebohongan yang Tuan Arthur katakan. Tuan Thomson mengangguk paham, ia tak mempertanyakan lagi prihal kehadiran keduanya di ruangan Austin. Sedangkan Nyonya Thomson, ia melihat Austin dan Tuan Jacob secara bergantian. "Ada apa?" tanya Tuan Thomson pada istrinya. "Ah ... tidak, Aku hanya sedang melihat keadaan Austin saja," balas Nyonya Thomson dan langsung beralih ke arah Kenny. "Bagaimana keadaanmu, Nak?" tanya Nyonya Thomson pada Austin. "Sudah lebih baik, Nek," balas Austin sa
"Kenapa hewan itu kau bawa ke sini?" tanya Kenny takut. Austin tersenyum dan keluar dari mobil, sosok Austin terlihat oleh mata harimau itu. Dengan empat kaki yang gagah, harimau itu belari dengan kecepatan penuh, menghampiri Austin yang tengah berdiri menatapnya.begitu dekat harimau itu langsung melompat dan terbang ke arah tubuh Austin seperti ingin menerkam. Austin yang tak siap dengan pergerakan hewan itu terjatuh, hingga harimau tepat berada di atasnya. Kenny yang berada di dalam mobil tercengang melihat sikap harimau pada Austin. Terlihat harimau itu tengah menjilati wajah Austin tanpa henti. Ia keluar hendak menghampiri Austin, dan memukul-mukul kaki harimau yang kini berada di atas luka Austin. Kenny sangat mencemaskan keadaan suaminya. "Pergi kau! Kau melukainya!" bentak Kenny sambil memukuli kaki harimau dengan balok yang entah ia dapatkan dari mana. Sikap Kenny membuat harimau itu marah, ia mengaum dan memberontak. Dengan sigap Austin menahan pergerakan harimau yang he
"Kau mau ke mana?" teriak Austin saat Kenny keluar kamar dengan kemarahannya.Mata Austin menatap lekat kepergian Kenny, ia hendak mengejar istrinya, tapi tertahan saat mengingat ia hanya mengenakan handuk saja. Pandangannya pun teralihkan pada Lea dan Aurel yang masih ada di kamarnya. "Aku mohon mengertilah, bawa Aurel ke luar," pinta Austin sambil mengatupkan kedua tangan di hadapan Lea. Ia tak menyangka kehadiran Lea dan Aurel bisa membuat kemarahan Kenny semakin membesar. Austin tak ingin pernikahannya hancur hanya karena sebuah kecemburuan. Lea yang mendapatkan permohonan dari Austin mengajak anaknya keluar dari kamar itu. Tapi Aurel seakan tak peduli, anak itu masih saja memeluk kaki Austin, tak ingin mengikuti kemauan Lea. Austin merasa serba salah, ia tak mungkin membiarkan Kenny pergi begitu saja. "Aku mohon keluar dulu bersama Mommy, aku ingin mengganti pakaian," pinta Austin lembut pada Aurel.Aurel tak bergeming, ia menggelengkan kepalanya. " Tidak, jika aku keluar mak