Home / Romansa / Menantu Buruk Rupa Idaman Oma / Kumpul Bersama Mertua

Share

Kumpul Bersama Mertua

Author: Aquarius_Girl
last update Last Updated: 2023-11-21 16:51:19

Perintah konyol nan aneh sang suami masih terekam jelas di otak. Kala perintah tersebut nyatanya bak sulap belaka. Perintah diucapkan terkesan serius, nyatanya mengalahkan bisa ular bagi hati. Perintah itu nyatanya mengecoh niat, keihklasan, dan ketulusan beribu-ribu persen takarannya. Bak makhluk hidup diciptakan tanpa otak atau, mungkin terlampau kecewa hingga memilih abai.

Tangan gempal dengan jari bantet itu seketika bergeming kemarin, kala memastikan yang di dengar semu-semu sang indera pendengar. Tak yakin dengan indera pendengar saat itu. Theresia memberanikan diri menekan kenop pintu kamar lantai tiga milik Sean. Hampa, kosong, sunyi, dan rapi. Tampaknya pergerakan Sean sang cerdik bak kancil, demi tak diketahui oleh Theresia. Bodohnya saat itu Theresia tak mengamati bila koper Sean masih berada di posisi sama, tak berkutik dan digeser sedikitpun.

Tempat yang sama kala keberangkatan kembali Theresia pijak. Seluruh tubuh Theresia memang terbalut busana lengkap, tetapi bagian tubuh yang tak terlihat tengah bercucuran darah. Angin ruang tunggu bandara memang masih bersih, tanpa adanya polusi asap rokok maupun bau anyir darah. Tetapi hunusan mata orang-orang sekitar memandang kompak memandang rendah, membuat Theresia lupa kapan terakhir kali mendongakkan kepala.

"Hai, anak babi kemarilah!"

Pekikan dari pria bertubuh kekar dengan busana serba hitam, membuat seluruh pasang mata berada di ruang tunggu seketika berfokus pada satu titik. Titik yang semula mereka lirik sekilas. Theresia mendongak merasa janggal, dia mengamati notifikasi dari Oma sekilas.

Oma Sean

| Nak maafkan Oma tak bisa ikut menjemput.

| Oma telah menyuruh menantu agar menjemput.

Theresia mengigit bibir tebalnya erat-erat sekaligus meneguk ludah kasar. Rasa cemas hinggap membuat Theresia ketakutan.

"Anak babi cepatlah! Apakah kau kira tak lelah berdiri?! Jangan susahkan saya karena tak membawa tali tambang!"

"Cepat, Nyonya dan Tuan menunggu!"

Tanpa menggunakan rasa kemanusiaan, iba, hormat, apalagi tanggungjawab. Supir yang diperintah oleh Mama Sean, mengabaikan Theresia yang keberatan membawa koper. Bagaimana tidak berat bila dua koper ditarik bersamaan. Samping kiri miliknya, sedangkan kanan milik Sean.

Sang supir membanting pintu belakang mobil, yang lupa ditutup oleh Theresia. Theresia terperanjat dengan hati bersyukur tak terjepit. Pria berpakaian hitam itu melirik spion dalam mobil, melirik ekspresi Theresia, tersenyum miring, lalu berdecak.

"Cih, sok tersakiti sekali."

"Sudah buruk rupa banyak drama pula."

"Anak babi-anak babi beruntung sekali kau dilirik Nyonya besar jadi cucu menantu."

Menjelma bak penyandang tuna rungu, Theresia tak menggubris ejekan sang supir yang sayangnya realita. Theresia menatap kosong jendela hingga berujung tiba di kediaman orang tua Sean. Seluruh tubuh Theresia bergetar ketakutan. Alarm siaga, putaran kenangan beberapa hari lalu berputar jelas.

"Masuk bodoh! Apa yang kau tunggu?!"

"Kau harap saya membantu membawakan sampahmu itu? Oh mustahil, toh kau lebih rendah dibanding saya yang supir."

"Hai, kalian! Kau... Masuklah cepat!" sela salah satu asisten rumah tangga orang tua Sean, memotong barisan hinaan masih panjang dari mulut sang supir.

Ruangan bernuansa biru dan coklat kembali Theresia pandang begitu masuk. Deja vu sekilas terjadi kala depan pintu Theresia pijak. Bayangan dirinya di belakang bahu pengawal Oma terbesit, sebelum seseorang menariknya secara kasar.

"Buruk rupa, gendut, tuli, bodoh, lambat. Apa sih keuntungan yang di dapat Nyonya memiliki menantu seperti kau! Mimpi apa seisi rumah ini!"

"Saya memang memiliki keindahan paras apalagi badan, tetapi saya memiliki keindahan lisan."

Beberapa detik sang asisten rumah tangga dibuat kagum hingga tak bisa berkata-kata. Tetapi hal itu tertepis jauh sebelum sang Nyonya yang berteriak. Theresia kembali lanjut dengan bimbingan asisten rumah tangga ke ruang keluarga. Kedua mertuanya, Sean, dan Laura berada di sana. Tak ada bau minyak yang siap membakar, dan mengobarkan api memang. Tetapi keadaan ruang tamu berubah jadi memanas setelah kehadiran Theresia.

"Oh sudah sampai ternyata." Bukan dengan sapaan hangat yang Papa Sean berikan. Melainkan hanyalah lirikan sekilas.

"Loh ini Mi, yang kata Mommy akan menjadi Bibi tambahan yang baru?" ejek Laura, tak lupa dengan senyum penghinaan.

"Iya Sayang, bagaimana menurut Lau? Tak pantas, ya?"

Laura melepaskan genggaman tangan Sean, mendekati Theresia, berputar mengamati secara rinci penampilan Theresia. Laura memiringkan kepala, mengusap dagu, lalu tersenyum miring. "Cocok sekali, Mi. Bolehkah kapan-kapan Lalu pekerjakan di rumah Lau dan Sean?"

Theresia membelalakkan mata terkejut. Dia memang telah biasa diinjak-injak, tetapi ntah mengapa hinaan kali ini bertubi-tubi jauh menyakitkan. Hatinya memang sakit, otak menuntut protes, tetapi lisan tak berani.

"Saya permisi," tutur Theresia berpamitan.

Suara tawa terdengar nyaring, merasa sangat puas melihat reaksi yang diberikan Theresia. Tawa tersebut kala menyadari suatu hal. "Ratu drama dan lancang sekali kau. Para Tuan dan Nyonya masih dimari belum mempersilakan, sudah bak anjing liar yang berlarian."

"Babe, kau tak lupa bukan apabila Oma asal memilihkan istri karena melihat sampah masyarakat ini."

"Ah, kau benar juga. Hanya satu pesawat dengannya saja sudah membuatku lupa, Babe. Terima kasih telah mengingatkanku." Sean mengecup singkat dahi Laura.

Senyum culas terukir di mulut mungil Laura. Yang layak menjadi pendamping Sean hanyalah dirinya. Yang layak menjadi menantu pula juga adalah diam. Theresia lebih pantas menjadi sampah masyarakat layaknya dulu. Patung? Menurut Laura , Theresia adalah patung tak jadi sehingga tak indah sama sekali.

"Nak biarkanlah dia beristirahat sejenak. Toh bukankah setelah istirahat dia harus langsung memasak untuk kita?" ejek Mama Sean seraya melirik Theresia.

"Oh ya, kau tanya saja sisa kamar ke Bibi yang kau temui senggang," perintah Mama Sean.

Theresia kembali mencari kopernya mencari ART yang sekiranya senggang, dan tentu berkenan dirinya tanyai. Ntah berapa banyak lagi Sang Pencipta hendak menguji. Karena tampaknya seisi rumah ini kompak diisi orang-orang dengan wataknya yang sama. Terkesan bodoh dan asal memang, tetapi Theresia mempercepat langkah kala melihat anak berusia delapan tahun asyik bermain.

"Hai, adik kecil."

Gadis kecil berusia delapan tahun yang merupakan salah satu anak ART, seketika meletakkan mainan di rumput palsu dalam rumah. Anak kecil tersebut menatap Theresia takut-takut. "I--Iya?"

"Apakah kau--"

"Jangan dekati putriku! Menyingkirlah kau babi!"

Anak kecil yang semula berniat Theresia jadikan narasumber, seketika ditarik paksa oleh ART yang tadi menuntun ke ruang keluarga. "Ibu, Tante ini manusia seperti kita bukan babi. Mengapa Ibu menyebut babi? Di sekitar kita juga tak ada babi?" balas sang anak dengan polos.

Memang bukan pembelaan secara langsung. Tetapi sudut hati Theresia dibuat tersenyum, merasakan ketulusan dan kepolosan gadis kecil di depannya.

"Intinya kalau Ibu bilang jangan maka jangan! Mengerti?"

Sang anak melirik Theresia takut-takut, lalu menganggukkan kepala.

Related chapters

  • Menantu Buruk Rupa Idaman Oma    Perintah Menyiapkan Sarapan

    Jam telah menunjukkan pukul delapan pagi, biasanya kediaman keluarga Sean telah kompak diisi dengan para asisten rumah tangga. Tetapi Mama Sean meminta agar para ART libur pulang kampung dadakan dengan waktu tak diketahui. Kecuali apabila sang Nyonya telah menghubungi agar segera kembali. Tanpa satu petak pun terlewat apalagi satu ruang, seluruh rumah masih dipadati oleh debu-debu.Bahkan suara mesin cuci piring masih sunyi, tak sinkron dengan tumpukan piring yang menanti. Meja makan biasanya telah tersaji aneka makanan sarapan, pun masih sunyi tanpa sepiring hidangan. Tak menyisakan satu ART pun membuat kondisi rumah kian mencekam dan horor. Rumah ini masih dihuni oleh orang-orang, tetapi tidak dengan suasana berubah karena seseorang.Hanya suara kipas angin yang mengisi keheningan ruangan sepetak kecil ini. Masih terbalut selimut tebal yang robek-robek dan sedikit mengempis, Theresia terlena walau keadaan yang tak sebanding dengan penghuni kamar lain. Ya, setidaknya dia harus bersyu

    Last Updated : 2023-11-21
  • Menantu Buruk Rupa Idaman Oma    Pembicaraan Arisan Sosialita

    Bukan kilauan mata kecantikan bola mata terpancar. Bukan juga teriknya mentari membuat yang dipantul atau terpantul. Melainkan kilauan berlian berbagai negara, yang selalu berbaris di depan netra selalu menjadi topik pembahasan. Desain yang selalu berganti tiap bulan, dan harga yang bisa menembus saldo hingga sesak nafas kecuali pemilik kartu unlimited.Bukan di diskotik dengan gemerlap lampu remang-remang. Bukan ramainya ibu-ibu bernegosiasi di pasar. Bukan juga pertikaian dengan berbagai hal memacu emosi di pinggir jalan. Melainkan rumah Mama Sean mengalahkan keramaian diskotik dan pasar.Bagaimana tidak ramai apabila pemilik-pemilik lisan itu tak ada seorang pun lelah berbincang. Tak ada pula yang membuat topik pembahasan berhenti. Entah dengan topik pembahasan sama kala di panggillan, pesan, ataupun bulan lalu, ntah kenapa anehnya topik itu selalu dibahas selagi mulut belum terkena stroke total. Ntah membahas kepintaran cucu, kemampuan menantu, kesusksesan anak

    Last Updated : 2023-12-13
  • Menantu Buruk Rupa Idaman Oma    Ulang Tahun Papa Sean dan Sean

    Seminggu sudah suasana rumah terasa damai, tanpa kekerasan dilakukan oleh Sean dan orang tuanya. Bukan karena ketiga penghuni rumah yang sakit. Bukan pula sang samsak emosi terkapar, bebas kekerasan hanya berlaku tak lebih seminggu. Dikarenakan mereka pindah inap sementara ke hotel. Kembar beda usia itulah Sean dan sang Papa. Hotel mewah di jantung kota menjadi pilihan perayaan ulang tahun pria berusia 75 tahun dan 35 tahun. Ditemani dengan orang terkasih agar hari kian terasa istimewa, bahkan senyum dua pria itu tak henti terukir. Wanita yang rela menghamburkan saldo demi sang pria.Kedua orang tua Sean telah mempersiapkan cincin pernikahan untuk Sean dan Laura. Theresia? Gadis gempal itu ada di lantai paling bawah berbeda dengan mereka, satu lantai bersama para pelayan yang akan melayani acara. Acara tampaknya akan terasa damai dan meriah, mengingat Oma tengah menjalankan pengobatan di luar sedari bulan lalu."Apakah semuanya sudah aman?" Layaknya Nyonya pemilik acara yang mendanai

    Last Updated : 2023-12-13
  • Menantu Buruk Rupa Idaman Oma    Tak Pulang Rumah

    Mentari telah seutuhnya larut dalam kegelapan malam. Bukan terik mentari membuat terperanjat, melainkan kilatan petir yang menyambar tak kalah membuat terkejut. Agaknya berbeda dengan ramalan orang pintar sebatas keuntungan, dengan peluang kecil adalah kenyataan. Ramalan cuaca pada layar handphone jauh memiliki peluang sungguhan.Memang netranya tak melihat secara langsung. Lisan meminta izin untuk memastikan handphone tetangga pun, tak diizinkan oleh sang pemilik. Putaran jarum pendek dan panjang telah berulang kali bertemu pada titik yang sama. Si kecil nan lembut tak kasar mata penunjuk derik, menemani langit kian pekatnya malam.Kilatan petir belum juga membuat gadis gempal itu beranjak. Sang gadis masih terpaku di sebrang rumah mewah, naungan lebih baik tetapi juga tak begitu baik. Tidak-tidak. Bukannya dia tak bersyukur bertemu Oma, hanya saja rumah mewah ini membuatnya terlena mengharapkan hal lebih. Hal yang tetap saja tak Theresia dapatkan yaitu kasih dan

    Last Updated : 2023-12-15
  • Menantu Buruk Rupa Idaman Oma    Tiga Bulan Tak Pulang

    Jarum jam masih bergerak menuntut menit. Menit menemani pergerakan jarum pertanda jam, walau tak secepat si detik. Layaknya minggu dan bulan lalu. Hari berganti minggu, Minggu berganti hari. Sederhana tetapi menampar pemikiran.Jarum saja ditemani oleh jarum lain. Hari berganti minggu, hingga tergenapi 365 hari dalam setahun. Seseorang bisa berubah seiring waktu, ntah layaknya pergerakan jarum jam atau pergerakan hari. Baik mampu menjadi jahat, dan berlaku sebaliknya secara singkat. Bisa jadi bak sekedip mata, bisa jadi bak menyimak kura-kura berlari dari Indonesia ke Belanda.Konon kata orang menanti itu membosankan, bahkan jauh di level atasnya yaitu jenuh. Menanti atau menunggu selalu menjadi hal bak lomba. Bisa juga bagai les atau pelatihan, yaps kesabaran hal itulah yang dilibatkan. Ntah sekadar bosan atau hingga menyentuh si jenuh. Bosan memang masih mampu diulur atau dihilangkan, tetapi bagaimana kabar si jenuh? Selain menghilang tanpa kabar dengan alasan ke

    Last Updated : 2023-12-23
  • Menantu Buruk Rupa Idaman Oma    Pertemuan Kedua

    Ntah mengapa si gelapnya kelabu selalu sukses membuat langkah ragu. Apalagi bila si kelabu yang keras ditusuk kilat dari sang sinar kuning. Terkesan janggal memang sekeras kelabu mampu ditusuk si kuning. Luas dan hampa jalan komplek perumahan, telah terasa sejak beberapa meter lampau jauhnya. Jalanan perumahan terasa lenggang kala siang hari, membuat sang mentari kian menantang. Di atas sana sang bundar menyilaukan, kian menusuk kulit dan netra bagi umat bawah. Benda dengan terselimuti baja dan aluminium, yang menjadi sedikit pemanis kesunyian tampak memantulkan mentari kala di dekati. Kulit spontan akan dibuat bak manula dengan keriput hanya pada satu titik saja. Atau bisa juga layaknya kulit jeruk yang terdapat keriput.Dahi bagian itulah yang menjadi korban tak langsung si mentari. Kerutan samar-samar menghilang kala menatap pinggiran jalan. Layaknya sihir menghipnotis netra dan lisan untuk menuturkan kekaguman. Perpaduan antara rindangnya pohon tanjung, berbau

    Last Updated : 2024-01-01
  • Menantu Buruk Rupa Idaman Oma    Perintah Berbelanja

    Tanpa perlu disambung dengan melibatkan solasi agar memanjang bak ular. Kertas-kertas diberikan ke gadis bertelapak tangan lebar, itu asli dengan panjang bisa jadi mengalahkan rel kereta. Tebal dan panjang itulah selembar benda, agaknya sukar terbawa angin karena sepanjang jalan tol. Hampir saja harapan bodoh terbit, sebelum gulungan itu berbaik hati memutuskan pita tipis.Mengira berisi makanan mewah nan lezat rasanya, kertas pengisi apa yang diinginkan dan harapkan, atau setidaknya rentetan kalimat maaf. Bukan-bukan-- Bukan hal manis dalam khayalan terealisasikan. Khayalan tetaplah khayalan sebatas gumpalan tak kasat mata, bahkan walau telah mengembang sekian besarnya. Bodoh dan konyol rasanya berharap lebih ekspetasi sebanding dengan realita.Mana mungkin seseorang lebih layak menjadi sosok itu sadar. Mana bisa juga jiwa keras mengalahkan batu itu terpecah. Bukan dingin bisa mencair bak es tengah pada gurun, tidak pula psikopat mendapat hikmah tiba-tiba tersadar. Ntahlah Theresia p

    Last Updated : 2024-01-04
  • Menantu Buruk Rupa Idaman Oma    Curiga Kian Pertajam

    Tak puas dengan panjangnya barisan belanja di pasar dengan ongkos minimalis. Hal serupa kembali dialami oleh Theresia dalam hitungan waktu ke depan. Barang-barang hasil pindahan orang tua Laura disimpan ke gudang, kian menyesakkan isi kamar Theresia. Semua perabot di kamar Laura akan diganti menjadi baru. Theresia diminta ke salah satu toko, yang terkenal dengan barang-barang kualitas tinggi, serta hasil dari tangan profesional luar negeri."Babi!""Woy pemalas!""Apa yang kau lakukan di dalam?!""Kau bodoh tadi aku suruh apa?!""Cepat cepat cepat!""Lemak saja menumpuk tetapi tenaga seuprit! Cih, apa gunanya jatah beras ART juga untukmu!"Theresia melengkungkan senyum kakunya, sembari melangkah perlahan karena sempitnya ruang. Ruang tak begitu longgar, kian terasa menyesakkan. Ranjang menjadi alas kasur tipis telah tak lagi mampu berada di gudang. Ntah kemana nasib jelas sang ranjang pun Theresia tak tahu.Ser

    Last Updated : 2024-01-27

Latest chapter

  • Menantu Buruk Rupa Idaman Oma    Posisi

    Masih dalam keheningan sama, penindasan juga berlaku sama tiap menitnya. Hanya satu yang berbeda yaitu waktu berubah, tetapi tak kunjung membuat hati orang-orang dia kumpul berubah. Dengan pintu masih belum diperbaiki, membuat netra melintas ruang tersebut akan memanaskan hati.Apabila masakan tanpa garam kurang sedap rasanya. Maka apabila menurut orang sekitar Theresia tak geram dengan Theresia maka kurang sedap. Seperti Laura beralasan hendak menyusul sang suami. Namun langkahnya justru dibelokkan ke kamar Theresia. Senyum licik penuh kepuasan tercetak di pahatan wajah Laura.Engsel pintu telah diujung tanduk membuat, cukup dengan sekali sentuhan semata agar pintu seutuhnya terlepas. Bak mimpi buruk menyandang Theresia. Tubuh gempalnya seketika terlonjak terkejut"Hai babi!""Woy babi!"Theresia bukan bergeming karena terima diperlakukan lebih manusiawi dibanding hewan. Tetapi dia justru tengah menahan rasa geram menggebu-gebu. Kukunya meremas kuat walau sadar dia tak bisa meluapkan

  • Menantu Buruk Rupa Idaman Oma    Kumpul Bersama-Sama

    Tak lagi bersama polusi udara bertebaran dimana-mana. Kebisingan masing-masing kendaraan juga tak menyapa telinga. Disiplinnya aturan lalu lintas terasa bebas. Padat nan bisingnya jalan tak lagi terasa, terganti dengan lenggangnya jalan area perumahan.Polusi suara dan udara membaur abstrak pun ikut berganti menjadi keheningan. Pepohonan berseragam sedari masuk area perumahan, menyejukkan netra sehabis penat dengan jalan raya. Mesin mobil mulai dimatikan oleh sang pengemudi. Sang pengemudi berputar ke arah kursi pintu sampingnya. Bak membantu orang berdarah kuning turun dari kendaraan.Kupu-kupu terasa berterbangan ke sana kemari. Bunga-bunga juga terasa bak ditabur untuk menyambut kedatangan keduanya. Aura pengantin baru masih mengguar dari keduanya. Sang lelaki dengan posesif merangkul pemilik pinggang kecil, hingga jarak keduanya tak tersisa sedikitpun.Lelah membuat keduanya merasa hendak menjadi pemakan antar sesama. Bel telah berulangkali ditekan, te

  • Menantu Buruk Rupa Idaman Oma    Lebih Layak Dari Pembantu

    "Hei babi! Ayo cepat bergegas!""Cih, apa sih yang kau lakukan hingga lambat?!""Kau tuli kah?" "Tak tahukah bila di luar panas?""Babi bodoh!"Dengan langkah tergopoh-gopoh, nafas tersengal-sengal, dan peluh tak henti menetes. Peluh menetes merata dari tiap inci kulit. Baju yang lembab kian tampak lepek oleh keringat. Bukan melalui leher jenjang dengan keringat mengalir, melainkan dadalah menjelma menjadi bak kawah peluh.Mama Sean menatap penampilan gadis gempal di hadapannya. Dirinya membuang pandangan lalu menuntut kerjasama hidung dan mulut dengan mengerut. Mengalahkan abstraknya semerbak bau memusingkan di pasar bercampur, antara amis darah hewan dan daging hewan. Begitulah menurut Mama Sean kala bau tubuh Theresia menusuk indera penciumannya."Kau tak mandi berapa hari hah?! Busuk sekali baumu!"Theresia tersenyum sendu, hatinya berdenyut nyeri. Sakit nan sesak menyerang menyapa tiap sudut hati tanpa mel

  • Menantu Buruk Rupa Idaman Oma    Curiga Kian Pertajam

    Tak puas dengan panjangnya barisan belanja di pasar dengan ongkos minimalis. Hal serupa kembali dialami oleh Theresia dalam hitungan waktu ke depan. Barang-barang hasil pindahan orang tua Laura disimpan ke gudang, kian menyesakkan isi kamar Theresia. Semua perabot di kamar Laura akan diganti menjadi baru. Theresia diminta ke salah satu toko, yang terkenal dengan barang-barang kualitas tinggi, serta hasil dari tangan profesional luar negeri."Babi!""Woy pemalas!""Apa yang kau lakukan di dalam?!""Kau bodoh tadi aku suruh apa?!""Cepat cepat cepat!""Lemak saja menumpuk tetapi tenaga seuprit! Cih, apa gunanya jatah beras ART juga untukmu!"Theresia melengkungkan senyum kakunya, sembari melangkah perlahan karena sempitnya ruang. Ruang tak begitu longgar, kian terasa menyesakkan. Ranjang menjadi alas kasur tipis telah tak lagi mampu berada di gudang. Ntah kemana nasib jelas sang ranjang pun Theresia tak tahu.Ser

  • Menantu Buruk Rupa Idaman Oma    Perintah Berbelanja

    Tanpa perlu disambung dengan melibatkan solasi agar memanjang bak ular. Kertas-kertas diberikan ke gadis bertelapak tangan lebar, itu asli dengan panjang bisa jadi mengalahkan rel kereta. Tebal dan panjang itulah selembar benda, agaknya sukar terbawa angin karena sepanjang jalan tol. Hampir saja harapan bodoh terbit, sebelum gulungan itu berbaik hati memutuskan pita tipis.Mengira berisi makanan mewah nan lezat rasanya, kertas pengisi apa yang diinginkan dan harapkan, atau setidaknya rentetan kalimat maaf. Bukan-bukan-- Bukan hal manis dalam khayalan terealisasikan. Khayalan tetaplah khayalan sebatas gumpalan tak kasat mata, bahkan walau telah mengembang sekian besarnya. Bodoh dan konyol rasanya berharap lebih ekspetasi sebanding dengan realita.Mana mungkin seseorang lebih layak menjadi sosok itu sadar. Mana bisa juga jiwa keras mengalahkan batu itu terpecah. Bukan dingin bisa mencair bak es tengah pada gurun, tidak pula psikopat mendapat hikmah tiba-tiba tersadar. Ntahlah Theresia p

  • Menantu Buruk Rupa Idaman Oma    Pertemuan Kedua

    Ntah mengapa si gelapnya kelabu selalu sukses membuat langkah ragu. Apalagi bila si kelabu yang keras ditusuk kilat dari sang sinar kuning. Terkesan janggal memang sekeras kelabu mampu ditusuk si kuning. Luas dan hampa jalan komplek perumahan, telah terasa sejak beberapa meter lampau jauhnya. Jalanan perumahan terasa lenggang kala siang hari, membuat sang mentari kian menantang. Di atas sana sang bundar menyilaukan, kian menusuk kulit dan netra bagi umat bawah. Benda dengan terselimuti baja dan aluminium, yang menjadi sedikit pemanis kesunyian tampak memantulkan mentari kala di dekati. Kulit spontan akan dibuat bak manula dengan keriput hanya pada satu titik saja. Atau bisa juga layaknya kulit jeruk yang terdapat keriput.Dahi bagian itulah yang menjadi korban tak langsung si mentari. Kerutan samar-samar menghilang kala menatap pinggiran jalan. Layaknya sihir menghipnotis netra dan lisan untuk menuturkan kekaguman. Perpaduan antara rindangnya pohon tanjung, berbau

  • Menantu Buruk Rupa Idaman Oma    Tiga Bulan Tak Pulang

    Jarum jam masih bergerak menuntut menit. Menit menemani pergerakan jarum pertanda jam, walau tak secepat si detik. Layaknya minggu dan bulan lalu. Hari berganti minggu, Minggu berganti hari. Sederhana tetapi menampar pemikiran.Jarum saja ditemani oleh jarum lain. Hari berganti minggu, hingga tergenapi 365 hari dalam setahun. Seseorang bisa berubah seiring waktu, ntah layaknya pergerakan jarum jam atau pergerakan hari. Baik mampu menjadi jahat, dan berlaku sebaliknya secara singkat. Bisa jadi bak sekedip mata, bisa jadi bak menyimak kura-kura berlari dari Indonesia ke Belanda.Konon kata orang menanti itu membosankan, bahkan jauh di level atasnya yaitu jenuh. Menanti atau menunggu selalu menjadi hal bak lomba. Bisa juga bagai les atau pelatihan, yaps kesabaran hal itulah yang dilibatkan. Ntah sekadar bosan atau hingga menyentuh si jenuh. Bosan memang masih mampu diulur atau dihilangkan, tetapi bagaimana kabar si jenuh? Selain menghilang tanpa kabar dengan alasan ke

  • Menantu Buruk Rupa Idaman Oma    Tak Pulang Rumah

    Mentari telah seutuhnya larut dalam kegelapan malam. Bukan terik mentari membuat terperanjat, melainkan kilatan petir yang menyambar tak kalah membuat terkejut. Agaknya berbeda dengan ramalan orang pintar sebatas keuntungan, dengan peluang kecil adalah kenyataan. Ramalan cuaca pada layar handphone jauh memiliki peluang sungguhan.Memang netranya tak melihat secara langsung. Lisan meminta izin untuk memastikan handphone tetangga pun, tak diizinkan oleh sang pemilik. Putaran jarum pendek dan panjang telah berulang kali bertemu pada titik yang sama. Si kecil nan lembut tak kasar mata penunjuk derik, menemani langit kian pekatnya malam.Kilatan petir belum juga membuat gadis gempal itu beranjak. Sang gadis masih terpaku di sebrang rumah mewah, naungan lebih baik tetapi juga tak begitu baik. Tidak-tidak. Bukannya dia tak bersyukur bertemu Oma, hanya saja rumah mewah ini membuatnya terlena mengharapkan hal lebih. Hal yang tetap saja tak Theresia dapatkan yaitu kasih dan

  • Menantu Buruk Rupa Idaman Oma    Ulang Tahun Papa Sean dan Sean

    Seminggu sudah suasana rumah terasa damai, tanpa kekerasan dilakukan oleh Sean dan orang tuanya. Bukan karena ketiga penghuni rumah yang sakit. Bukan pula sang samsak emosi terkapar, bebas kekerasan hanya berlaku tak lebih seminggu. Dikarenakan mereka pindah inap sementara ke hotel. Kembar beda usia itulah Sean dan sang Papa. Hotel mewah di jantung kota menjadi pilihan perayaan ulang tahun pria berusia 75 tahun dan 35 tahun. Ditemani dengan orang terkasih agar hari kian terasa istimewa, bahkan senyum dua pria itu tak henti terukir. Wanita yang rela menghamburkan saldo demi sang pria.Kedua orang tua Sean telah mempersiapkan cincin pernikahan untuk Sean dan Laura. Theresia? Gadis gempal itu ada di lantai paling bawah berbeda dengan mereka, satu lantai bersama para pelayan yang akan melayani acara. Acara tampaknya akan terasa damai dan meriah, mengingat Oma tengah menjalankan pengobatan di luar sedari bulan lalu."Apakah semuanya sudah aman?" Layaknya Nyonya pemilik acara yang mendanai

DMCA.com Protection Status