POV Sang CEO Playboy
Tiga hari kemudian, Javier akhirnya menerima telepon dari Derek Williams, ayah kandung Ella. Javier menyuruh orang yang dibayarnya untuk menemukan Derek, cuma memberikan nomor ponsel Javier kepada Derek, tanpa memberitahu siapa dia sebenarnya. Alasannya sederhana, dia tidak ingin Derek mencari hal-hal tentang dirinya di internet yang bisa membuatnya menelepon kantornya. Ella tidak akan mengetahuinya sampai hari di mana Javier akan mengatur agar mereka berdua, ayah dan anak, akhirnya bertemu.
"Halo," Javier menjawab telepon setelah memastikan nomor telepon si penelepon sama persis dengan yang diberitahukan oleh penyelidik pribadinya tadi malam.
“Oh, maaf, kupikir aku memutar nomor yang salah. Aku kira aku menelpon putriku.”
“Tidak, jangan ditutup, Tuan Williams,” kata Javier segera. “Jika kau mencari Ella, kau telah menghubungi nomor yang benar.”
“Siapa kau?” Nada suara Derek berubah seratus delapan puluh derajat. Dia bersikap sopan pada awalnya, tetapi sekarang, dia terdengar seolah-olah Javier telah menghentikan kakinya. “Bagaimana kau tahu namaku? Bagaimana kau tahu putriku?”
“Mungkin karena aku akan menikahinya beberapa minggu lagi?" Javier mengatakan sambil perlahan duduk di kursinya. “Aku telah mencarimu, Tuan Williams.”
“Menikah? Putriku akan menikah? Itukah sebabnya kau mencariku? Apakah dia ingin aku mendampinginya dilorong gereja ? Apakah semuanya tentang ini?”
Derek Williams terdengar sangat bersemangat dan Javier tidak tega untuk mengatakan 'tidak'. Meskipun demikian, dia juga tidak bisa mengatakan 'ya' ketika dia jelas tidak dapat memprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya sehingga, pada akhirnya, dia memutuskan untuk tidak menjawab pertanyaan pria yang lebih tua itu. "Apakah kau bersedia dengan bertemu putrimu?"
“Tentu saja. Aku telah mencarinya selama ini. Ibunya, Eleanor, membawanya pergi tanpa meninggalkan jejak sama sekali. Aku telah pergi mencari mereka dan satu atau dua kali aku menemukannya dan memintanya untuk mendiskusikan berbagai hal tetapi dia kembali melarikan diri.” Derek menghela napas lelah, dan ketika dia berbicara lagi, dia terdengar jauh lebih tua dari usianya. “Pada titik tertentu, aku akhirnya menyerah. Meskipun jauh di lubuk hati aku tidak pernah ingin menyerah tetapi sangat jelas bagiku bahwa dia tidak ingin berhubungan denganku. Aku akhirnya menetap dan menemukan cinta dalam hidupku. Kami berkeluarga di Washington sini.” Pria itu berhenti sejenak sebelum melontarkan pertanyaan kepada Javier, “Bagaimana keadaannya? Bagaimana gadis kecilku? Apakah dia masih suka diusap punggungnya ? Biasanya dia memintaku untuk menggosok punggungnya setiap malam sebelum dia tidur.”
Dari nada suaranya, Javier bisa tahu bahwa Derek mungkin sedang tersenyum saat mengingat kenangan indah putrinya. Sangat menyakitkan bagi Javier memikirkan bagaimana kesalahpahaman itu terjadi yang menyebabkan Ella membenci ayahnya. Ella selalu berpikir bahwa ayahnya telah meninggalkan dia dan ibunya. Andai saja dia tahu bahwa ibunyalah yang kabur dari rumah. Meskipun pikiran ini membuatnya bertanya-tanya mengapa Eleanor melarikan diri?
“Kenapa dia melarikan diri?” Javier memutuskan untuk bertanya daripada memikirkan semua kemungkinan yang terjadi. Setidaknya, jika dia mengetahui bahwa Derek bukan pria yang baik dan telah melakukan kekerasan atau sesuatu yang menyebabkan Eleanor melarikan diri dengan putri mereka, maka Javier bisa melupakan seluruh reuni ini. Dia bisa dengan mudah memutuskan tilpon dan merencanakan apa pun di belakang Ella. Bahkan jika ada indikasi kecil bahwa Derek adalah pria yang jahat, Javier tidak akan pernah membiarkannya menemui Ella. Terlepas dari kenyataan bahwa ibu Ella telah berbohong dengan memberinya cerita yang salah.
Derek menjadi sedikit defensif ketika dia menjawab, “Mengapa aku harus memberi tahumu? Aku ingin berbicara dengan putriku.”
“Sayangnya, tidak ada kemungkinan kau dapat berbicara dengan putrimu kecuali aku mengizinkannya, jadi kusarankan kau mulai berterus terang dan meletakkan semua kartumu di atas meja.” Javier menatap pintu dengan cemas, berharap Ella tidak akan menerobos masuk sebentar lagi. “Jangan biarkan aku bertanya dua kali, Tuan Williams. Aku bukan orang yang sabar.”
“Dan ternyata kau adalah pria yang tidak mudah percaya karena kau belum memberitahuku namamu, anak muda,” kata Derek menggerutu dengan kesal.
Javier tersenyum. Dia bertanya-tanya kapan Derek akan menyadari bahwa Javier telah menghindari pertanyaannya sepuluh menit yang lalu. “Berceritalah, Tuan Williams. Seperti yang kukatakan, jika kau ingin bertemu atau mengenal putrimu, kau harus menjawab pertanyaanku. Kau tidak tahu aku dan namaku. Jika saat aku mengakhiri panggilan ini dan kau belum menjawab pertanyaanku, maka kau tidak akan pernah bertemu dengannya.”
“Kau pintar, dan juga licik,” ejek Derek, diikuti dengan tawa kering. “Eleanor pergi karena saudara perempuannya yang jahat." Tawanya berhenti dan Javier bisa merasakan suasana telah berubah. “Aku tidak yakin apa yang terjadi dan Eleanor selalu berteriak setiap kali aku mencoba mengungkitnya. Matanya, sial, dia terlihat trauma dan aku tidak tahu apa yang salah. Yang kutahu adalah bahwa saat aku pulang pagi itu setelah bekerja shift malam di rumah sakit di daerah kami. Setelah malam melelahkan dan melakukan dua operasi caesar yang rumit, yang kuinginkan hanyalah berbaring di ranjang dan tidur. Sebaliknya, aku menemukan Eleanor terisak-isak di dapur. Aku tahu ada yang tidak beres ketika kulihat saudara perempuannya ada di sana bersamanya. Kakaknya, Rachelle, punya pengaruh yang buruk. Aku tidak pernah menyukainya. Aku menoleransi dia karena ada Eleanor.”
Javier belum pernah bertemu Rachelle jadi dia tidak tahu apapun tentang dia. "Lalu apa yang terjadi?"
“Aku bertanya kepada mereka apa yang salah dan mereka tidak mengatakan apa-apa. Rachelle mengatakan bahwa Eleanor merasa sedih setelah menonton film tetapi aku tidak percaya padanya, jadi kutanya Eleanor. Dia tidak mengatakan apa-apa tapi aku melihat rasa bersalah di matanya. Sampai hari ini, aku tidak tahu apa yang telah dia lakukan, dan meskipun ketika aku menemukannya dua puluh tahun yang lalu, aku telah mengatakan padanya untuk kembali dan aku akan memaafkannya, dia masih tidak mau pulang. Dia terus melarikan diri dan aku—" Suara pria itu pecah dan dia mencoba untuk tenang ketika dia menarik napas dalam-dalam lalu melanjutkan, "Aku merasa kasihan padanya. Aku merasa kasihan pada gadis kecilku karena terus pindah hanya agar ibunya dapat menghindariku. Jadi ya, seperti yang kukatakan sebelumnya, aku memutuskan untuk berhenti. Dan terakhir kali aku bertemu Eleanor, aku mengatakan kepadanya bahwa aku tidak akan pergi mencarinya lagi. Kupikir dia tidak akan percaya, tetapi aku sangat berharap dia berhenti melarikan diri sehingga gadis kecilku dapat memiliki sebuah rumah.”
Ini bukan makan malam Summers jika tidak ada drama, terlebih kembalinya putra mereka yang hilang, Draven. Sepuluh tahun yang lalu, saat usia tujuh belas tahun, Javier memiliki tekad yang sangat besar. Draven telah dijebak dan telah beberapa kali dia mencoba menjelaskan,tetapi tidak ada yang mempercayainya. Kecuali Javier dan ibunya. Lebih buruk lagi, kakek mereka telah menghapus nama Draven dari surat wasiatnya yang berarti bahwa dia bukan lagi bagian dari keluarga Summers. Sebagai kakak laki-laki, Javier telah mencoba untuk berbicara dengan Thornton dan Piers, tetapi Thornton telah memihak Piers dan kakek mereka dan menganggap adik laki-laki mereka sebagai 'bajingan yang tidak tahu berterima kasih'. Javier adalah satu-satunya orang yang diam-diam membantu Draven mendapatkan tempat dan pekerjaan di London. Mereka tetap berhubungan meskipun tidak sering karena keduanya sibuk dengan kehidupan dan pekerjaan masing masi
Malam harinya, Ella berbaring di pelukan Javier, dalam kehangatan tempat tidur mereka dan cahaya lembut dari lilin. Dia pergi bersama Damon dan Tanner sepulang kerja untuk berbelanja dan pada saat dia tiba di flatnya, Javier sudah mengenakan celemek. Ya, Javier Summers, CEO Summers Entertainment Industry telah mengenakan celemek miliknya dan berdiri di dapur memasak steak. Tampaknya selama dia berbelanja dengan Damon dan Tanner, Javier telah mengatur segalanya mulai dari makan malam dengan cahaya lilin di balkon yang dikelilingi oleh bunga dan tanaman indahnya hingga kamar tidur dengan cahaya lilin. Sejujurnya, Javier akan menyiapkan kamar mandi yang dipenuhi cahaya lilin juga, tetapi karena Ella hanya memakai shower tanpa bak mandi dan Javier telah berjanji tidak akan mengeluh, jadi dia batalkan rencana itu.Dengan punggung Ella ditekan ke dadanya, Javier mengusap lengan mulus gadis itu sampai ke pergelangan tangannya dan dengan halus menyentuh cincin pertunangannya. "Kau tahu, kita
"Anggap saja apa yang kau katakan padaku sejauh ini adalah kebenaran, apakah kau punya bukti?" Javier bertanya sambil memeriksa emailnya di komputer. Ketika ayah Ella belum menjawab, dia menambahkan dengan nada yang lebih mendesak, “Tolong ingatlah baik-baik karena ini mungkin percakapan kita yang terakhir jika kau tidak memiliki bukti sama sekali.”“Aku tidak punya bukti." Pria itu mengatakan kalimat yang terdengar seperti desahan. "Aku khawatir kau hanya bisa memegang kata-kataku saja, anak muda."Javier memikirkannya. “Kalau begitu kurasa aku tidak bisa membawamu menemui Ella. Terima kasih telah memberi tahuku sisi ceritamu. Aku sangat menghargainya….-““Tunggu dulu !” Derek Williams menyela dengan suara keras. “Kau tidak bisa hanya mengharapkan ku memiliki bukti ketika aku tidak tahu apa yang terjadi malam itu dengan Eleanor. Tapi aku tahu pasti bahwa Rachelle pasti tahu apa yang terjadi. Jadi jika kau memintaku untuk membuktikannya kepadamu, maka kau bisa bertanya pada Eleanor ata
Ella menatap tangannya yang gemetar dan mengepalkan tangannya.Ini tidak mungkin terjadi. Ketika hidupnya mulai membaik dan semuanya tepat pada tempatnya, hidup memberinya cobaan lagi. Setetes air mata meluncur dari ujung matanya dan dengan cepat dia mengusapnya. Yang lebih menyakitkan adalah bahwa Javier melakukannya tanpa memberitahunya terlebih dahulu. Dia tidak menanyakan pendapat Ella padahal jelas jelas masa lalu Ella yang diselidikinya. Javier tidak berhak melakukannya. Seharusnya dia megatakan pada Ella, menanyakan pendapat Ella dulu. Mereka adalah partner. Seharusnya mereka duduk bersama dan membicarakannya, tetapi Javier membuat keputusan tanpa bertanya pada Ella dulu. Apakah ini akhir dari hubungan mereka ? Keputusan Javier untuk mencoba sesuatu tanpa mengajaknya bicara, hanya dengan asumsi itu adalah sesuatu yang benar menurut pria ituMenutup matanya, Ella bersandar pada kursi taksi dan menangkupkan kedua tangannya diatas pangkuannya, sementara sopir taksi sibuk menyetir
Saat Javier memasuki apartemen Ella, dia tahu bahwa Ella barusan disana dan tanpa mencar atau memanggil namanya, dia juga tahu bahwa Ella telah pergi. Pertanyaannya adalah kemana dia pergi. Dia mulai mengeliminasi tempat dimana Ella mungkin berada, seperti kantor dan apartemen Damon dan Tanner karena saat itu masih jam kerja dan tak ada seorangpun di apartemen mereka. Saat berikutnya yang muncul adalah rumah ibu Ella yang tepat berada diluar Seattle.Dia cepat cepat mengambil tilponnya dan mengirim pesan ke Ella, menanyakan dia berada dimana. Dia ingin menilponnya tetapi karena dia tidak melihat mobil Ella di parkiran, dia tahu Ella masih menyetir dan dia tidak ingin konsentrasi Ella hilang. Dengan pesan singkat, Ella dapat membacanya nanti. Kemudian dia menghubungi nomor Eleanor. Dering pertama masuk ke kotak suara tetapi Eleanor mengangkat tilponnya yang kedua. “Hello.”“Eleanor, ini Javier dan aku ingin tahu apakah Ella disana.”Sebelum dia memberikan jawaban pada Javier, dia menari
Javier mondar-mandir di lantai ruang tunggu, jari-jarinya menelusuri rambutnya yang acak-acakan. Ini bukan pertama kalinya dia melakukan ini. Dasinya dibuang di suatu tempat sembarangan di mobil. Dia terus berjalan, tetapi dia tidak bisa memikirkan hal lain untuk dilakukan. Dia perlu melakukan sesuatu, apa saja.“Javier?”Dia melompat dan berhenti mondar-mandir saat dia melirik Draven yang berjalan ke arahnya. Javier berjuang untuk menahan isak tangisnya dan langsung menuju ke arahnya, lengannya melingkari adiknya dalam pelukan erat. Dia menempelkan wajahnya ke leher adiknya dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis. Draven melingkarkan lengannya pada saudaranya dan memeluknya erat-erat sambil bergumam, “Maafkan aku. Aku datang ke sini secepat mungkin. Jangan khawatir, kak. Dia akan baik-baik saja. Ella akan baik-baik saja.”Kemudian kedua pria itu duduk di kursi plastik tidak nyaman yang berjajar di ruang tunggu. Ruangan itu berwarna putih polos, warna yang hanya menambah sakit
POV Sang CEO Liar “Aku tahu kau tidak percaya padaku, Javier,” kata Aimee begitu Perawat Jo pergi. Aimee duduk di sofa dengan tangan tergenggam di pangkuannya sementara Javier duduk di kursi di sebelah tempat tidur Ella. “Dan aku tidak menyalahkanmu setelah apa yang terjadi di antara kita, tetapi kau harus tahu bahwa ini adalah pekerjaan. Aku tidak akan pernah melibatkan kehidupan atau kesehatan siapa pun.” Ketika Javier tidak mengatakan apa-apa dan masih menatap Ella, gadis itu terus berbicara, “Sudah sepuluh tahun. Kau seharusnya sudah memaafkan dan melupakannya. Aku telah lupa menghitung berapa kali aku mengatakan aku minta maaf. Itu adalah kesalahan yang bodoh. Aku seharusnya tidak melakukannya. Jika itu tidak terjadi, mungkin—" dia mengambil jeda dan menghela nafas sedih, "mungkin kau dan aku masih bersama. Mungkin kita bahkan sudah menikah dan memiliki satu atau dua anak.”Tanpa menatapnya, Javier bergumam pelan, cukup keras untuk didengarnya, "Berhentilah bicara."Namun Aimee m
Rasanya ini semua seperti mimpi. Kecuali fakta bahwa Javier tidak tidur sepanjang malam dan ketika matahari terbit, semuanya masih tetap sama. Ella masih terbaring tak sadarkan diri di ranjang. Laki-laki itu terus menjaganya, mengawasinya sepanjang malam dan berharap gadis itu akan menggerakkan ototnya atau bahkan lebih baik lagi, membuka matanya, namun sejauh ini tidak ada apa-apa. Javier khawatir akan kehilangan Ella dan jika bukan karena ritme detak jantungnya yang stabil di monitor, dia sudah kehilangan akal. Mengalihkan pandangannya dari Ella, dia melihat Damon dan Tanner tertidur di sofa. Tanner sedang tidur dalam posisi duduk sementara Damon meletakkan kepalanya di paha Tanner sedangkan tubuhnya terbaring di sofa. Tanner meletakkan satu lengan di atas mata dan dahi Damon dan apabila di lain waktu, Javier akan tertawa membayangkan Damon sebagai anak nakal yang nakal dan Tanner sebagai ibunya yang mencoba membuatnya tertidur. Ella mempunyai teman-teman yang baik. Javier sangat b
❗ W A R N I N G ❗This chapter contains explicit content. Bab ini mengandung konten eksplisit.E L L A S T A N F O R D“Ella, aku tahu kau sudah bangun.” Suara pria itu lembut bak beludru dan Ella bisa merasakan tulang punggungnya menegang. Kulitnya merinding dalam kenikmatan saat dirinya merasakan tangan Javier di bahunya dan napas pria itu di rambutnya yang diikatnya menjadi kuncir kuda. Bulu kuduknya berdiri.Ella menggigit bibir bawahnya dengan giginya tatkala ia merasakan ujung jari Javier membelai dari bahunya ke lengannya dengan cukup hati-hati dan lembut hingga membuat bulu-bulu halus di kulitnya berdiri tegak, dan putingnya pun mulai menegang menjadi dua titik yang menjulang di balik gaun tidurnya. “Ella, ayolah,” bisik pria itu lagi, suaranya sama sensualnya seperti sebelumnya dan seluruh tubuh gadis itu dapat merasakan aliran listrik serta kimia di antara keduanya.Itu adalah reaksi fisik yang ia rasakan setipa kali Javier menyentuhnya, Ella tahu, karena terlepas dari semu
Ternyata tidak mengingat satu pun rekan kerja menjadi salah satu permasalahan yang harus dihadapi Ella di hari pertama nya kembali bekerja. Entah bagaimana hal itu mengingatkannya kembali akan masa kecil nya, tatkala dirinya harus pindah sekolah setiap selang beberapa bulan karena ibu nya tanpa pemberitahuan akan mengemasi barang barang mereka dan pergi ke kota baru, lingkungan baru. Saat itu, Ella harus mengetahui nama semua orang dan mencoba mengingat nama mereka setidaknya selama beberapa bulan ke depan sebelum ibunya membawa dirinya pindah ke tempat yang baru lagi. Selama dua hari pertama, Clarabelle berada di sana bersama nya dan membantu gadis itu kembali bekerja. Tampaknya tidak banyak orang yang menyadari bahwa Ella telah kehilangan ingatannya karena sesekali ada yang bertanya kepada gadis itu tentang hal-hal yang Ella tidak ingat. Tampaknya Javier hampir tidak berbagi apa pun dengan karyawannya, yang mereka tahu hanyalah Ella mengalami kecelakaan dan gadis itu sedang memulih
Ketika kata-kata itu keluar dari bibirnya, Ella langsung ingin menariknya kembali. Namun semuanya sudah terlambat tatkala ia menyadari betapa kedengeran nya komentarnya itu. Mengingat percikan seksual yang terjadi di antara mereka seperti gelombang panas, Javier mungkin dengan mudah salah mengartikan maksud nya. Bukan berarti gadis itu bisa menyalahkan Javier jika pria itu salah paham. Ella tidak bisa. Ketegangan di antara mereka adalah kesalahan Ella sebagaimana itu juga merupakan kesalahan pria itu.“Itu kah yang kau inginkan?” Javier terdengar sedikit menggeram tatkala mengucapkan pertanyaan itu padanya."Ya. Tidak,” jawab Ella, terdengar bingung.“Jadi yang mana, Nona Stanford?” Pria itu menyelipkan sehelai rambut yang terurai ke belakang telinga Ella, menelusuri daun telinga gadis itu dengan ujung jarinya. “Apakah iya? Atau kah tidak?"“Aku—” Ella menggigil saat Javier menarik garis di leher gadis itu. Hasrat mulai berputar lagi di nadinya, memperkeruh proses berpikirnya. Ia haru
J A V I E RDua hari kemudian, sambil duduk di belakang mejanya di kantor pusat Summers Entertainment, Javier terus berkata pada dirinya sendiri selama dua jam terakhir bahwa mungkin cukup bagi Ella untuk menginginkannya. Meskipun kotak masuknya penuh dengan email dari berbagai departemen yang menuntut perhatiannya, ia mengabaikan itu semua dan menatap kosong ke depan.Keinginannya muncul di perutnya saat dia mengingat rasa dan sentuhannya. Setiap sel dalam dirinya telah menjerit agar dia membawanya kembali ke kamar tidur atau membawanya ke sofa, untuk berjatuhan bersamanya, dan memuaskan rasa lapar yang telah menahan mereka berdua dalam cengkeramannya. Kedatangan Damon dua hari yang lalu terjadi tepat pada waktunya, karena dia nyaris melakukan hal itu, dan jika dia melakukannya, itu adalah sebuah kesalahan. Karena dia menginginkan lebih darinya daripada agar dia merasakan hasrat padanya. Dia ingin dia mempercayainya, itulah sebabnya dia bangun lebih awal dari biasanya dan bergegas ke
E L L A S T A N F O R D Saat Javier mengenakan mantelnya, Ella membantu Damon membawa piring dan meletakkannya di wastafel. Sahabatnya selama sepuluh tahun memberinya tatapan tajam dan berkata, "Kau." Ia menyikut lengannya dengan sikunya sambil melanjutkan, “Aku tidak butuh bantuanmu di sini, Sayang, pergilah dan kenakan sesuatu yang cantik.” Ia melirik ke arah Javier yang sedang merapikan dirinya di dekat gantungan jas dan menambahkan, "Mungkin kita bisa pergi ke klub. Kau bisa bertemu dengan beberapa orang tampan yang bisa ditawarkan kota ini." Javier tidak memberikan reaksi sama sekali. Jelas, ia tidak kekanak-kanakan seperti yang diinginkan Damon. "Baiklah. Aku akan membacanya sebentar lagi," jawab Ella sambil berjalan menuju kamar tidurnya. Saat ia sedang berjalan-jalan di ruang tamu, Javier memanggilnya. "Ya?" Ia mendatanginya dalam tiga langkah panjang lalu mencium pelipisnya. "Saya berangkat kerja." Lalu sambil tersenyum, ia menambahkan, "Selamat berbelanja." Membiarkannya
J A V I E R S U M M E R SJavier terbangun dengan sakit punggung yang menyakitkan. Sofa itu terlalu kecil untuk tubuhnya yang besar tetapi tetap saja, ia bertahan sepanjang malam, mengetahui bahwa Ella aman dan sehat di kamar tidurnya yang hanya berjarak beberapa meter darinya. Setelah meregangkan tubuhnya yang lelah, ia bangkit dan pergi ke kamar mandi. Dalam waktu kurang dari setengah jam, ia sudah mandi dan mengenakan satu handuk besar di pinggangnya ketika ia menyadari bahwa ia membutuhkan pakaian ganti baru dan sebagian besar pakaiannya sudah ada di dalam koper di mobilnya di ruang bawah tanah. Ia telah meninggalkan sekitar lima pasang pakaian di lemari tetapi bagian yang sulit adalah lemari itu terletak di dalam kamar tidur.Jadi, pada akhirnya, ia tidak punya pilihan lain selain menunggu sampai Ella bangun sebelum ia bisa mengambil pakaian barunya. Lagi pula, menyelinap ke kamar tidur saat ia sedang tidur pasti tidak akan mendapatkan kepercayaannya. Ia menemukan jubah mandinya
E L L A S T A N F O R DElla mengalihkan pandangannya ke arah Javier yang cemberut dan menyaksikan dengan frustrasi saat pria itu berjalan ke sisinya dalam hitungan detik. "Aku sedang mencari kruk saya, tetapi aku tidak dapat menemukannya."Amarah terbentuk di alis pria itu. "Aku sudah memberitahumu untuk menungguku."“Aku tidak sepenuhnya tak berdaya, Javier, dan aku tidak ingin diperlakukan seperti bayi. Kurasa aku bisa berjalan ke tempat tidur, jika kau meminjamkan lenganmu.”"Tidak. Aku akan menggendongmu.”"Tapi—""Tidak ada tapi," katanya dengan tegas. Melepaskan napas, Javier menutup matanya sedetik, dan ketika dia membukanya lagi, ekspresinya telah melunak. “Dengar, aku tahu kau dapat melakukannya sendiri. Tapi ini adalah hari pertama kau keluar dari rumah sakit dan tubuhmu perlu menyesuaikan diri. Kau koma dua minggu yang lalu, Nona Stanford. Jadi tolong, tidak ada lagi argumen.”Ella ingin berdebat, akan, tetapi permohonan di mata pria itu membuatnya mengalah. "Baiklah. Aku
"Apa?" tanya Ella, melakukan yang terbaik untuk menghilangkan kabut sensual yang masih mencengkeramnya. Dia mencoba berkonsentrasi untuk bernafas normal lagi yang bukan tugas yang mudah mengingat tubuhnya terasa sesak dan geli dan pikirannya sepertinya berubah menjadi agar-agar. Kerutan mengernyit di wajahnya. "Ada noda di wajahmu dan sekarang sudah hilang," ulangnya, suaranya masih terdengar serak. Jari-jari Ella bergerak ke mulutnya, masih hangat dan basah karena ciumannya, dan dia bisa merasakan rona merah merayapi pipinya. Dia merasa sangat malu karena sebagian dari dirinya ingin merunduk di bawah meja dan bersembunyi sementara sebagian dirinya ingin naik ke pangkuan laki-laki itu dan membuatnya menciumnya sekali lagi. Pada akhirnya ia tidak melakukan keduanya dan memutuskan bahwa kedua reaksi itu tidaklah masuk akal. Javier adalah tunangannya, pasti ia pernah menciumnya seperti ini sebelumnya. Lalu mengapa ia tidak ingat sensasi ciumannya, panasnya sentuhannya, dan betapa bergai
Mengejutkannya Javier justru tertawa terbahak-bahak. “Percayalah padaku, Miss Stanford. Uangku jelas bukanlah nilai plus yang kau khawatirkan."Aku senang kau menganggap hal ini lucu." Ella menggigit bibir bawahnya sejenak sambil memikirkan kata-katanya dengan hati-hati. “Sejujurnya, aku telah mencoba memikirkan alasan mengapa aku setuju berkencan denganmu dan bahkan setuju untuk menikah denganmu meskipun kau adalah bosku, dan aku tidak dapat menemukan penjelasan yang masuk akal. Kemudian aku mencari tentangmu secara online dan mendapatkan informasi tentang kekayaan dan kesuksesanmu. Aku tahu masa kecilku tidak mudah, jadi satu-satunya alasan yang bisa aku simpulkan adalah bahwa aku setuju karena aku lelah hidup berkesusahan dan ingin hidup nyaman.” Gadis itu dengan cepat mengambil segelas anggur dan hampir mengosongkan isinya tatkala menunggu dengan cemas bagaimana Javier akan bereaksi.Alih-alih marah, Javier melepaskan gelas dari jarinya dan meletakkannya di atas meja, kemudian menc