Aloha, gimana kabarnya, arek-arek? Beberapa ada yang DM aku di IG, thank you lhoh!
POV Sang CEO Liar “Aku tahu kau tidak percaya padaku, Javier,” kata Aimee begitu Perawat Jo pergi. Aimee duduk di sofa dengan tangan tergenggam di pangkuannya sementara Javier duduk di kursi di sebelah tempat tidur Ella. “Dan aku tidak menyalahkanmu setelah apa yang terjadi di antara kita, tetapi kau harus tahu bahwa ini adalah pekerjaan. Aku tidak akan pernah melibatkan kehidupan atau kesehatan siapa pun.” Ketika Javier tidak mengatakan apa-apa dan masih menatap Ella, gadis itu terus berbicara, “Sudah sepuluh tahun. Kau seharusnya sudah memaafkan dan melupakannya. Aku telah lupa menghitung berapa kali aku mengatakan aku minta maaf. Itu adalah kesalahan yang bodoh. Aku seharusnya tidak melakukannya. Jika itu tidak terjadi, mungkin—" dia mengambil jeda dan menghela nafas sedih, "mungkin kau dan aku masih bersama. Mungkin kita bahkan sudah menikah dan memiliki satu atau dua anak.”Tanpa menatapnya, Javier bergumam pelan, cukup keras untuk didengarnya, "Berhentilah bicara."Namun Aimee m
Rasanya ini semua seperti mimpi. Kecuali fakta bahwa Javier tidak tidur sepanjang malam dan ketika matahari terbit, semuanya masih tetap sama. Ella masih terbaring tak sadarkan diri di ranjang. Laki-laki itu terus menjaganya, mengawasinya sepanjang malam dan berharap gadis itu akan menggerakkan ototnya atau bahkan lebih baik lagi, membuka matanya, namun sejauh ini tidak ada apa-apa. Javier khawatir akan kehilangan Ella dan jika bukan karena ritme detak jantungnya yang stabil di monitor, dia sudah kehilangan akal. Mengalihkan pandangannya dari Ella, dia melihat Damon dan Tanner tertidur di sofa. Tanner sedang tidur dalam posisi duduk sementara Damon meletakkan kepalanya di paha Tanner sedangkan tubuhnya terbaring di sofa. Tanner meletakkan satu lengan di atas mata dan dahi Damon dan apabila di lain waktu, Javier akan tertawa membayangkan Damon sebagai anak nakal yang nakal dan Tanner sebagai ibunya yang mencoba membuatnya tertidur. Ella mempunyai teman-teman yang baik. Javier sangat b
POV Sang Sekretaris Tidak ada hitungan hari maupun malam. Hanya ada kegelapan. Hanya hitam pekat yang bisa ia lihat. Sekarang setelah dipikir-pikir, Ella yakin bahwa ia tidak bisa melihat apa-apa. Matanya hanya bisa tertutup, dan gadis itu hanya bisa menatap kelopak matanya. Terdengar suara-suara samar. Meskipun ia sendiri bahkan tidak yakin apakah itu betul suara seseorang atau hanya imajinasinya belaka. Kadang-kadang suara-suara itu sangat lemah, sampai-sampai mereka tidak bisa terdengar sama sekali. Itu hampir seolah-olah dia sedang berimajinasi saja. Tapi di lain waktu, suaranya sangat lantang. Begitu keras sehingga gadis itu merasa ia akan menjadi tuli karenanya. Namun ia tidak pernah bisa mendapatkan suara dengan volume yang cukup. Selalu terlalu pelan, atau terlalu keras sehingga ia tidak bisa benar-benar memahami dengan betul apa yang mereka katakan, atau bicarakan. Tapi gadis itu yakin bahwa suara itu bukan hanya berasal dari satu orang saja atau suara yang berbeda pada wa
Matanya menyipit meskipun keinginan masih berkilauan dalam kebiruan mata pria itu tatkala memperhatikannya dengan intensitas yang sama seperti ketika ia menciumnya. Entah dari mana, muncul bayangan pemangsa yang sedang mengintai mangsanya melintas di kepala Ella. Siapa pun pria ini, dia berbahaya. Mungkin tidak secara fisik, karena Ella tidak berpikir pria itu akan menyakitinya, tetapi pada tingkat yang lebih dalam dan lebih intim. “Aku bertanya siapa kamu,” katanya, terkesima oleh keheningannya. “Javier.” “Javier,” ulangnya, mencicipi nama pria itu di bibirnya. Dia menunggu beberapa saat sembari berharap beberapa memori akan pria itu muncul di benaknya. Ketika tidak ada yang datang, kepalanya mulai berdenyut-denyut. Sembari menekan jari-jari ke pelipisnya, Ella memejamkan mata dan mencari-cari nama pria itu, wajahnya, ciumannya di benaknya lagi. Tidak ada apa-apa. Bahkan tidak ada firasat bahwa dia mengenal pria itu, bahwa dia mengingat Javier. Yang gadis itu temukan justru lebih b
Ella menatap ibunya, Eleanor Stanford, selama beberapa detik sebelum akhirnya mengalihkan pandangannya kembali ke ayahnya, Derek Williams. Kedua orang tuanya menatap kembali padanya dengan penuh harap seolah menunggu jawabannya namun dia tidak memilikinya. Pada akhirnya, gadis itu malah mengajukan pertanyaan kepada mereka, “Hal apa yang kamu minta aku memaafkanmu?”Ibunya berkedip. Satu kali. Dua kali. Kemudian ibunya menoleh ke ayahnya. “Berapa banyak yang sudah kamu ceritakan padanya, Derek?” “Aku tidak mendapat kesempatan untuk bercerita banyak padanya. Aku pikir Javier mungkin telah memberitahunya sesuatu sebelumnya,” jawab Ayah Ella dan ketika dia melihat Eleanor hendak menyela, ia dengan cepat menambahkan, “yang aku tidak tahu apa itu.” Ella mengerutkan kening, tiba-tiba kepalanya pusing. “Bisakah kalian berdua menjelaskan kepadaku apa yang sebenarnya terjadi? Yang aku dapat ingat hanyalah bahwa Anda,” gadis itu menunjuk ayahnya, kerutannya semakin dalam ketika ia mencoba dan
POV Sang CEO Liar | JAVIER “Kak?” Clarabelle memiringkan kepalanya dan mengerutkan kening sebelum memanggil kakaknya lagi dengan nama lengkapnya, kali ini lebih keras. “Javier Rainard Summers!” Kakaknya yang selama sepuluh menit terakhir tengah menatap kosong ke depan dengan ekspresi sedih di wajahnya berkedip kemudian mengalihkan pandangannya ke Clarabelle. “Apakah kau mencoba memberiku serangan jantung, Clarabelle Anneliese Summers?" “Tentu saja tidak,” jawabnya kembali dengan gusar. “Berhenti memanggilku dengan nama lengkapku. Kakak kan tahu aku benci nama tengahku.” “Kau dulu yang memulainya,” komentar Javier pelan. “Hanya karena kau tidak menggubrisku. Aku sudah berbicara padamu selama setengah jam dan saya telah bertanya dua kali. Tak satu pun dari pertanyaanku yang kau jawab.” Javier memberinya senyum sedih. “Aku menyesal.” “Aku tahu kau tidak ingin memikirkan skenario terburuk, Kakak,” Clarabelle mengulurkan tangan dan meletakkan tangannya dengan hati-hati di atas tanga
POV Sang Sekretaris Ella terbangun dan melihat Javier dan seorang perawat saling berpegangan tangan. Gadis itu menunggu sejenak sambil terus menatap mereka namun tidak ada yang datang. Tidak ada perasaan apapun. Jika Javier benar-benar tunangannya seperti yang telah pria itu klaim, pasti Ella akan merasakan sesuatu. Mungkin bukan rasa memiliki tapi setidaknya sedikit kecemburuan. Namun tidak ada. Gadis itu menunggu selama beberapa saat sebelum memutuskan untuk menyela mereka. “Ada apa dengan semua suara itu?” “Ella,” Javier menyapa balik dan menarik tangannya dari genggaman Aimee. “Ini Aimee Sonata. Dia adalah seorang perawat di sini.” “Dan kenapa kalian berdua terlihat seperti sudah lama saling kenal?” Ella bertanya karena penasaran dan juga karena ada sesuatu di mata Perawat Aimee yang dianggapnya menjengkelkan. Ada tampilan yang tidak terlalu ia sukai meskipun ia tidak bisa menentukan apa maksud dari tatapan Perawat Aimee itu. “Kami dulu sempat berhubungan sampai aku menemukann
Ella dengan hati -hati mengayunkan kakinya ke samping dan mulai keluar dari mobil ketika Javier tiba-tiba merengkuhnya ke dalam pelukan pria itu. “Apa yang sedang kau lakukan?” Ella menuntut, tubuhnya kaku bahkan ketika lengannya sendiri melingkari leher pria itu. “Kau baru saja pulih. Biarkan aku membawamu masuk,” Javier memberi tahu Ella sembari berjalan ke arah gedung, mengabaikan tatapan yang diberikan oleh orang-orang yang berlalulalang di jalanan. “Jangan konyol.” Ella bisa merasakan pipinya memanas dan mencoba yang terbaik untuk menyembunyikan wajahnya. “Aku benar-benar bisa berjalan sendiri.” “Just humor me,” goda Javier sembari menaiki tangga teras. “Hal ini membuatku merasa berguna.” “Tapi itu konyol. Aku benar -benar tidak membutuhkan—” Javier memotong protes gadis itu dengan mulutnya. Ciuman itu hanya refleks, cara pria itu untuk mencegah Ella memberitahunya apa yang sudah Javier ketahui, bahwa gadis itu tidak membutuhkannya. Ella tidak pernah membutuhkannya, bukan se