Share

4. "Dan siapa wanita ini yang berhasil meluluhkan hatimu yang beku?"

Malam harinya, Ella berbaring di pelukan Javier, dalam kehangatan tempat tidur mereka dan cahaya lembut dari lilin. Dia pergi bersama Damon dan Tanner sepulang kerja untuk berbelanja dan pada saat dia tiba di flatnya, Javier sudah mengenakan celemek. Ya, Javier Summers, CEO Summers Entertainment Industry telah mengenakan celemek miliknya dan berdiri di dapur memasak steak. Tampaknya selama dia berbelanja dengan Damon dan Tanner, Javier telah mengatur segalanya mulai dari makan malam dengan cahaya lilin di balkon yang dikelilingi oleh bunga dan tanaman indahnya hingga kamar tidur dengan cahaya lilin. Sejujurnya, Javier akan menyiapkan kamar mandi yang dipenuhi cahaya lilin juga, tetapi karena Ella hanya memakai shower tanpa bak mandi dan Javier telah berjanji tidak akan mengeluh, jadi dia batalkan rencana itu.

Dengan punggung Ella  ditekan ke dadanya, Javier mengusap lengan mulus gadis itu sampai ke pergelangan tangannya dan dengan halus menyentuh cincin pertunangannya. "Kau tahu, kita tidak pernah membicarakan tanggal pernikahan." Dia berhenti selama beberapa detik dan ruangan itu menjadi sunyi sekali lagi. "Apakah kau ingin pesta pernikahan, Nona Stanford?"

Butuh beberapa saat baginya untuk memberikan balasan. Sejujurnya, Ella tidak yakin apakah dia harus mengadakan pernikahan sebelum kehamilannya terlihat atau setelah dia melahirkan bayinya. Ibunya bersikeras bahwa dia harus mengadakan pernikahan dalam waktu maksimal satu bulan, tetapi Ella menyukai situasi saat ini. Hubungannya dengan Javier tampak terburu-buru. Meskipun benar bahwa mereka sudah saling kenal selama lebih dari lima tahun, tetapi mereka baru berkencan selama beberapa bulan dan dia ingin terus berkencan dengannya jika itu masuk akal.

"Aku tidak yakin," akhirnya dia memberikan jawaban yang jujur. “Aku ingin berkeluarga dan aku ingin menikahimu. Tapi entahlah, ini hanya terasa terburu-buru. Aku merasa kita bergerak terlalu cepat dan aku ingin kita sedikit santai tentang segalanya.”

“Bayinya akan segera lahir, Ella,” kata Javier dengan lembut dan membiarkan kata-katanya tercerna sebelum melanjutkan, “Aku tahu saat ini banyak pasangan yang memiliki anak bersama tanpa menikah, tetapi aku, yah, kau telah bertemu keluargaku. Kami masih kuno. Jika kau bertemu dengan almarhum kakekku, aku yakin dia akan menghukumku karena membuatmu hamil sebelum menikah.”

"Aku tahu dan aku menyukaimu." Ella bergeser sehingga dia bisa melihatnya. "Aku ingin melakukannya dengan benar, Jiev." Dia menghela nafas kecil lalu memejamkan matanya. "Beri aku waktu seminggu untuk memikirkan ini, oke?"

"Jangan khawatir." Javier menggerakkan kepalanya dan mendaratkan ciuman di dahinya. “Santai saja. Kita memiliki Maxon, Reed, dan saudara laki-lakiku yang lain sehingga dapat kukatakan bahwa tempat dan kateringnya siap sedia. Kita  juga memiliki Clarabelle yang akan berusaha keras untuk mendapatkan gaun pengantin yang kau suka. Jadi, jangan khawatir, oke?” Pria itu memberinya senyum meyakinkan dan memberikan ciuman lagi.

"Oke." Ella juga tersenyum.

Malam itu ketika Ella tertidur, Javier mengusap punggungnya. Kerutan dalam terbentuk di dahinya saat dia memikirkan apa yang dikatakan Derek Williams kepadanya sore ini. Berapa banyak dari kata katanya adalah kebenaran? Apa yang terjadi malam itu yang menyebabkan ibu Ella kabur? Ada begitu banyak pertanyaan di dalam kepalanya yang belum terjawab.

Ella bergerak dalam tidurnya sebelum membuka matanya dan tangannya berhenti. "Ada yang salah?" Javier bertanya padanya saat dia melihat kebingungan di wajah gadis itu.

"Tidak apa-apa." Ella menggelengkan kepalanya, wajahnya tampak sedih. "Aku tidak pernah memikirkan dia lama sekali tapi aku—" dia berkedip, "Aku tidak tahu. Aku tiba-tiba teringat padanya dan itu membuatku heran.” Suara gadis itu menghilang dan meskipun dia menatap ke depan, Javier tahu bahwa pikirannya sedang melayang ke tempat lain.

“Heran tentang apa?” pria itu bertanya dengan suara lembut.

“Aku heran di mana dia, apa yang dia lakukan dan apakah dia masih mengingatku. Karena walaupun aku ingin melupakannya dan berpura-pura dia tidak pernah ada, aku tidak bisa melakukannya. Semua hal kecil ini terus mengingatkanku padanya.” Ella menghela napas putus asa. Ada ekspresi pasrah di wajahnya.

Meskipun Javier tahu betul siapa yang  dimaksud Ella, dia ingin mencairkan suasana. Ia benci melihat gadis itu sedih seperti ini. “Apakah kau baru saja mengenang mantan kekasihmu, Nona Stanford? Terlebih di tempat tidur kita. Tepat setelah apa yang telah kita lakukan lima belas menit yang lalu.”

Gelak tawa keluar dari mulut Ella. "Tidak. Sudah kubilang, aku hanya punya satu mantan pacar. Leroy.”

"Dan kau pernah mendengar Clarabelle mengatakan bahwa itu tidak mungkin dan sulit dipercaya," godanya.

"Yah, sesi kencan acak di pesta sekolah menengah tidak dihitung dan kau tahu itu."

“Bagaimana kau melakukannya? Bagaimana kau tidak berkencan dengan siapa pun selama masa sekolah atau kuliahmu? ” tanya Javier karena penasaran.

Ella meletakkan satu tangan di sisi wajahnya, menangkup dan membelai pipinya saat dia menjawab, “Seperti yang kukatakan sebelumnya, aku sering berpindah tempat ketika aku masih remaja. Ibuku dan aku jarang tinggal di satu tempat lebih dari tiga bulan. Itu menyebalkan karena aku harus mengenal semua orang lagi tetapi setelah beberapa saat, aku jadi terbiasa. ” Dia mengangkat bahu kecil. “Kurasa aku hanya berpikir bahwa aku akan menyakiti jika aku berkencan dengan seseorang hanya untuk waktu yang singkat. Ini bisa membuang-buang waktu untuk kami berdua juga karena waktuku tinggal di satu tempat terbatas. Aku tidak pernah tahu kapan ibuku akan mengemasi barang-barang kami dan pergi. Aku pulang dan menemukannya sudah berkemas setidaknya dua kali. ” Ekspresinya berubah saat dia tersenyum. “Beruntung bagimu, aku hanya punya satu mantan pacar. Kalau aku, hmm,” Ella pura-pura berpikir, “berapa banyak mantan kekasih yang kau miliki, Pak?”

"Tidak ada yang perlu kau khawatirkan." Dia memutar matanya. "Aku hanya memiliki dua hubungan serius tetapi aku hanya jatuh cinta sekali."

"Ah, benarkah?" Gadis itu memiringkan kepalanya ke satu sisi dan mengetuk hidungnya dengan jari telunjuknya. "Dan siapa wanita ini yang berhasil meluluhkan hatimu yang beku?"

“Wanita yang akan kuajak berbagi sisa hidupku,” jawab Javier dengan ketulusan yang dalam. “Seseorang yang membuatku beruntung menjadi miliknya dan yang tidak akan pernah kulepaskan."

"Sampai maut memisahkan kita?" Ella menggodanya sebagai balasan, mengacu pada pertanyaannya tentang tanggal pernikahan mereka.

“Ya, Nona Stanford. Aku mau." Javier mengangkat tangan Ella ke bibirnya dan mencium punggung buku-buku jarinya.

* * *

Clarabelle menelan makanannya dan memaksa diri untuk menghabiskan sashiminya. Alisnya terangkat saat menatap kakaknya dengan tatapan kosong. “Oke, ayo kita dengarkan."

“Dengarkan apa?” Javier menjawab setelah menyesap tehnya. Biasanya dia  makan dengan Ella, tetapi hari ini dia meminta saudara perempuannya untuk menemaninya ke restoran Jepang favoritnya. Dia diam-diam telah bertanya pada Reed restoran favorit adiknya karena Clarabelle biasanya pergi makan bersama Reed dan Maxon. Masalahnya karena memiliki terlalu banyak saudara tidak mungkin  mereka berdelapan bisa pergi ke mana-mana bersama. Apalagi mereka semua memiliki kepribadian yang berbeda. Ada yang cocok dengan yang lain tetapi tidak semua orang. Clarabelle kebetulan dekat dengan Reed dan Maxon daripada saudaranya yang lain. Javier tidak mempermasalahkannya. Dia juga lebih dekat dengan Piers daripada yang lain. Itu tidak masalah. Yang penting sekarang adalah dia membutuhkan pendapat Clarabelle. Tidak mungkin dia meminta pendapat dari sudut pandang seorang gadis pada Piers.

Adiknya memutar matanya dan meletakkan sumpitnya. Dia menyesap Ocha (teh hijau) panasnya lalu dengan hati-hati meletakkan cangkir keramik di atas meja. "Tiba-tiba, kau meneleponku dan mengajakku makan siang denganmu." Dia menudigkan jari telunjuknya pada kakaknya dan kemudian pada dirinya sendiri. “Walaupun biasanya kita tidak berbaur, Kak, kecuali kalau kita membutuhkan bantuan. Jadi mengapa kau  tidak memberi tahuku apa yang terjadi ? ” Dengan  senyum manisnya, adknya memiringkan kepala dan menyapu rambutnya ke satu sisi. “Aku akan membantumu.”

Javier menggelengkan kepalanya, menahan diri untuk tidak tersenyum. “Tentu saja kau harus membantuku. Aku telah membantumu tempo hari. ” Dia kemudian menambahkan karena penasaran. “Ngomong-ngomong, bagaimana kabar pria itu? Apa kau masih menyukainya?”

"Ya tapi ugh, aku benci temannya."  Adiknya menusuk sushi Tamago dengan sumpitnya dan memasukkannya ke mulutnya dengan kesal. "Aku benci wajahnya yang bodoh dan kabar baiknya  dia juga membenciku jadi aku tidak harus sering melihatnya."

"Seorang pria yang tidak jatuh di kakimu?" Javier mengangkat alisnya karena terkejut. Dia tahu adiknya dan bagaimana tingkah lakunya. Dia cantik dan dia menyadarinya. Adiknya seseorang yang menyadari kelasnya, dan dia tahu dia pantas mendapatkan pria yang akan memperlakukannya dengan benar dan menghormatinya. Dia tidak akan pernah puas dengan sesuatu yang kurang. Meskipun dia sedikit gadis yang buruk. Sama seperti anak muda lainnya yang berjiwa bebas, dia suka berpetualang. Dia sering pergi ke pesta dan terkadang dia membawa pulang seorang pria. Seharusnya tak ada orang tidak menghakiminya. Itu semua tentang kesetaraan gender.

"Tidak semua pria jatuh di kakiku," dia terdengar agak tersinggung. “Tapi ya, yang ini alien, menurutku. Aku tidak ingin dia jatuh di kakiku, aku  hanya ingin dia bersikap ramah atau setidaknya tidak mengganggu seperti saat ini.”

Javier tetap diam selama beberapa detik sambil melahap salad wakame-nya lalu menenggaknya dengan segelas teh lemon segar. "Bolehkah aku bertanya? Lagi lagi karena penasaran.”

Adiknya mengangguk. "Tentu."

"Apakah kau pernah tidur dengan pria ini?"

Adiknya akan memasukkan California gulung ke dalam mulutnya dan berhenti di udara. "Pria yang mana?"

"Orang ini yang membencimu."

"Tentu saja tidak!" Adiknya segera menjawab, nadanya terperanjat. “Apakah kau tidak mendengarkanku? Dia membenciku dan aku juga membencinya. Kemarin adalah pertama kalinya Brett memperkenalkannya kepadaku, namun dia tampaknya sudah membenciku.”

"Pertama-tama, kau berkencan dengan seseorang bernama Brett?" Javier menggelengkan kepalanya seolah tidak percaya dengan apa yang dikatakan adiknya. “Kedua, kupikir kau mungkin telah menyinggung orang ini sebelumnya. Siapa namanya lagi?”

"Dean," jawab adiknya lalu menambahkan, "Kenapa?"

"Dean siapa?"

"Aku tidak mengerti mengapa kau sangat tertarik dengan douchebag ini, kak." Dia menghela nafas putus asa sebelum memberikan jawaban, "Dean Westminster."

Javier mengerutkan kening dan kerutannya semakin dalam setiap detik yang menyebabkan Clarabelle merasa gugup. "Apakah kau mengenalnya ?" adiknya bertanya  dengan cemas.

Kerutan di dahinya menghilang saat mulutnya membentuk senyuman. Kemudian senyum itu berkembang menjadi seringai. "Aku tidak berharap kau mengingatnya, tetapi bukankah kau punya tetangga bernama Dean Westminster saat kau tinggal di apartemen di Toronto itu?"

Pada awalnya, Adiknya tidak mengingatnya tetapi kemudian dia terperanjat seperti tersengat petir. “Oh, sial!”

Kakaknya tertawa. "Ingat dia sekarang?"

Alih-alih tertawa bersamanya, Clarabelle menatap dengan rasa ngeri di matanya. "Aku memang tidur dengannya."

"Dan kau lupa." Javier menggelengkan kepalanya dan menghela nafas. “Kurasa kita sudah tahu kenapa dia membencimu, ya?”

“Sialan!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status