Ini bukan makan malam Summers jika tidak ada drama, terlebih kembalinya putra mereka yang hilang, Draven. Sepuluh tahun yang lalu, saat usia tujuh belas tahun, Javier memiliki tekad yang sangat besar. Draven telah dijebak dan telah beberapa kali dia mencoba menjelaskan,tetapi tidak ada yang mempercayainya. Kecuali Javier dan ibunya. Lebih buruk lagi, kakek mereka telah menghapus nama Draven dari surat wasiatnya yang berarti bahwa dia bukan lagi bagian dari keluarga Summers. Sebagai kakak laki-laki, Javier telah mencoba untuk berbicara dengan Thornton dan Piers, tetapi Thornton telah memihak Piers dan kakek mereka dan menganggap adik laki-laki mereka sebagai 'bajingan yang tidak tahu berterima kasih'. Javier adalah satu-satunya orang yang diam-diam membantu Draven mendapatkan tempat dan pekerjaan di London. Mereka tetap berhubungan meskipun tidak sering karena keduanya sibuk dengan kehidupan dan pekerjaan masing masing.
Beberapa hari yang lalu dia mengundang adik laki-lakinya untuk bergabung dalam makan malam keluarga. Semua orang akan hadir termasuk ibu mereka. Namun, tidak ada yang tahu Draven akan hadir. Mereka mengira itu adalah makan malam keluarga untuk merayakan Javier dan Ella akan menjadi orang tua.
Javier akan membuatnya menjadi kejutan, tetapi entah bagaimana dia merasa bahwa dia harus memberi tahu Piers, karena Piers adalah alasan Draven melarikan diri dari rumah. Sambil mendesah keras, Javier mengambil telepon dan memutuskan untuk memutar nomor Thornton. Thornton adalah kakak tertua mereka dan dia telah mengetahui kembalinya Draven. Dia bisa memberikan pendapatnya tentang ini.
"Ya? Ada apa ?” jawab Thornton pada dering kedua. Sepertinya kakak sulungnya tidak sibuk. Biasanya, dia tidak akan menjawab telepon dan membiarkannya langsung masuk ke pesan suara.
"Tony, aku butuh pendapatmu."
Hampir tidak ada jeda. "Ya?"
"Aku mengundang Draven untuk makan malam ini." Ketika Thornton tidak mengatakan apa-apa, Javier meletakkan teleponnya untuk memeriksa apakah koneksi telah terputus tapi ternyata tilponnya masih terhubung. "Toni, apakah kau di sana?"
"Ya. Aku sedang berpikir, ”jawab saudaranya dengan desahan putus asa. "Apakah dia mau datang?"
"Ya."
"Bagaimana kau membujuknya?" tanya Thornton penasaran tanpa nada menuduh.
Namun, karena Javier masih menyembunyikan fakta bahwa dialah yang membantu Draven sepanjang waktu, dia merasa seperti sedang dituduh. “Dia saudara kita. Dia akan datang pada akhirnya. ” Akhirnya Javier menjawab tanpa memberikan jawaban yang sebenarnya.
“Kau telah mendengarnya sendiri. Dia bilang dia bukan keluarga Summers, dia memilih nama Cromwell.” Thornton menghela napas lagi. Meskipun dia tidak mau mengakuinya, dia sakit hati dengan penolakan adiknya. “Ngomong-ngomong, kau telah mengundangnya. Jadi mengapa kau masih menanyakan pendapatku ? ”
“Aku belum memberi tahu yang lain tentang hal ini. Apakah menurutmu kita harus memberi tahu Piers?”
“Terus terang, aku juga belum memberi tahu saudara-saudara kita. Aku tahu aku harus memberi tahu mereka bahwa kita telah menemukan Draven tetapi dia bersikap tidak ramah jadi aku tidak tahu apakah kita harus memberi tahu saudara kita yang lain . Aku merasa itu akan menempatkan Ibu dalam posisi yang sulit. Bagaimana jika Ayah mengetahui bahwa Ibu telah membantu Draven selama ini? Ayah membenci Cromwell karena membuat Ibu sedih dengan memutuskan hubungan keluarga.”
Javier memahami pandangan saudaranya tentang hal ini. "Tapi cepat atau lambat, mereka akan mengetahui kebenarannya, Tone."
"Oh aku tahu. Tetap saja itu tidak membuatnya menjadi lebih mudah.”
“Kembali ke pertanyaanku,” kata Javier sambil menghela nafas. "Haruskah kita memberi tahu Piers kalau begitu?"
"Kupikir mungkin lebih baik untuk memberi tahu dia sebelumnya," Thornton setuju. “Kurasa dia merindukan adik kita juga.”
“Ya, aku berharap mereka akur kembali. Kuharap Declan ada di sini bersama kita daripada berada di sisi lain dunia.” Javier berpikir sejenak apakah dia harus menelepon Declan saudara kembar Draven dan memberi tahu tentang kepulangan Draven. Declan merasa bersalah karena lemah ketika Draven kabur sepuluh tahun lalu. Butuh waktu bertahun-tahun sebelum dia akhirnya bisa melepaskan rasa bersalahnya, tetapi bahkan Javier ragu Declanmampu memaafkan dirinya sendiri. "Aku akan meneleponnya."
“Aku yakin dia akan mengejar penerbangan pertama dari China ke Washington begitu kau meneleponnya," komentar Thornton. "Reuni keluarga tidak akan sempurna tanpa dia."
"Benar. Aku akan menelepon Piers sekarang. Terima kasih, kak”
"Kapan saja," kata Thornton sebelum mengakhiri panggilan.
Javier menatap layar ponselnya selama beberapa detik, memikirkan hidup akan berubah sekarang setelah Draven kembali. Dia merasa khawatir karena ada begitu banyak kebohongan dan juga kebenaran yang belum terungkap tentang apa yang telah terjadi sepuluh tahun yang lalu. Saat ini, dia berharap bahwa itu tidak akan membuat keluarganya hancur. Saat dia menutup matanya sebentar, dia membiarkan pikirannya kembali ke tahun-tahun yang lalu ketika mereka semua masih anak-anak, tertawa bebas di taman yang luas di rumah keluarga mereka. Mereka masih muda dan bebas. Mereka tidak pernah memiliki keterikatan dengan orang lain kecuali keluarga mereka dan tidak ada masalah materi. Hidup sangat mudah saat itu dan dia merindukannya. Dia sangat merindukan kehidupan yang sederhana itu. Ketika dia membuka kembali matanya, dia memutar nomor Piers dan menunggu sampai kakak laki-lakinya menerima teleponnya.
“Tepat ketika kupikir kau telah melupakanku, bro,” goda Piers saat menjawab panggilannya. "Ada apa?"
“Aku perlu memberitahumu sesuatu. Ini adalah masalah yang mendesak.”
* * *
Ella bisa merasakan bahwa Javier merasa gugup ketika beberapa kali dia memperbaiki dasinya dan melirik ke pintu masuk ruang makan. Dengan hati-hati dia meletakkan tangannya di atas paha pria itu dan Javier hampir melompat. "Tenang. Aku tahu kau gugup, tapi semua akan baik-baik saja,” kata Ella meyakinkannya.
Javier berbalik ke arahnya dan memberinya senyum kecil. "Kuharap begitu."
“Nikmati saja supmu atau keluargamu akan berpikir ada yang salah.” Ella menunjuk ke mangkuk sup jamur yang belum tersentuh di depannya.
"Oke," jawab pria itu sambil mengambil sendoknya dan mulai mencicipi makanan pembukanya. Dia melirik ayahnya di ujung meja panjang dengan Tiffany, ibunya, di sebelah kanannya, dan Thornton, putra tertua, di sebelah kirinya. Ayahnya tersenyum sepanjang waktu ketika saudaranya memberinya kabar terbaru tentang bisnis keluarga mereka. Sudah lima tahun sejak ayahnya memilih untuk pensiun dan membiarkan anak-anak menjalankan kerajaannya yang dibangunnya. Javier bertanya-tanya apakah senyum ayahnya akan hilang atau berubah menjadi seringai jika dia bertemu Draven.
Akhirnya apa yang dinanti-nantikannya selama satu jam terakhir telah datang ketika sosok tinggi mengenakan kemeja kasmir abu-abu dan celana hitam berjalan ke ruang makan.
“Sudah sepuluh tahun,” kata Draven dengan sedikit aksen Inggris dan senyum masam, “Aku tidak yakin apakah aku harus memulai dengan perkenalan atau langsung masuk. Kepala pelayan kita Yeremia, hampir tidak mengenaliku dan hampir menyuruhku keluar dikawal petugas keamanan. Kupikir usianya telah membuatnya pikun. Mungkin yang terbaik adalah memintanya pensiun, jika bertanya kepadaku.” Dia mengangkat bahu, seperti tidak menyadari bagaimana semua orang di ruangan itu terpana dan menatapnya selama ini. Matanya mengamati seluruh ruangan sebelum akhirnya mendarat di Javier dan dia mulai tersenyum. “Here I am, Brother. Bolehkah aku memberimu ucapan selamat?”Siapa tokoh favoritmu dari Keluarga Summers?
Malam harinya, Ella berbaring di pelukan Javier, dalam kehangatan tempat tidur mereka dan cahaya lembut dari lilin. Dia pergi bersama Damon dan Tanner sepulang kerja untuk berbelanja dan pada saat dia tiba di flatnya, Javier sudah mengenakan celemek. Ya, Javier Summers, CEO Summers Entertainment Industry telah mengenakan celemek miliknya dan berdiri di dapur memasak steak. Tampaknya selama dia berbelanja dengan Damon dan Tanner, Javier telah mengatur segalanya mulai dari makan malam dengan cahaya lilin di balkon yang dikelilingi oleh bunga dan tanaman indahnya hingga kamar tidur dengan cahaya lilin. Sejujurnya, Javier akan menyiapkan kamar mandi yang dipenuhi cahaya lilin juga, tetapi karena Ella hanya memakai shower tanpa bak mandi dan Javier telah berjanji tidak akan mengeluh, jadi dia batalkan rencana itu.Dengan punggung Ella ditekan ke dadanya, Javier mengusap lengan mulus gadis itu sampai ke pergelangan tangannya dan dengan halus menyentuh cincin pertunangannya. "Kau tahu, kita
"Anggap saja apa yang kau katakan padaku sejauh ini adalah kebenaran, apakah kau punya bukti?" Javier bertanya sambil memeriksa emailnya di komputer. Ketika ayah Ella belum menjawab, dia menambahkan dengan nada yang lebih mendesak, “Tolong ingatlah baik-baik karena ini mungkin percakapan kita yang terakhir jika kau tidak memiliki bukti sama sekali.”“Aku tidak punya bukti." Pria itu mengatakan kalimat yang terdengar seperti desahan. "Aku khawatir kau hanya bisa memegang kata-kataku saja, anak muda."Javier memikirkannya. “Kalau begitu kurasa aku tidak bisa membawamu menemui Ella. Terima kasih telah memberi tahuku sisi ceritamu. Aku sangat menghargainya….-““Tunggu dulu !” Derek Williams menyela dengan suara keras. “Kau tidak bisa hanya mengharapkan ku memiliki bukti ketika aku tidak tahu apa yang terjadi malam itu dengan Eleanor. Tapi aku tahu pasti bahwa Rachelle pasti tahu apa yang terjadi. Jadi jika kau memintaku untuk membuktikannya kepadamu, maka kau bisa bertanya pada Eleanor ata
Ella menatap tangannya yang gemetar dan mengepalkan tangannya.Ini tidak mungkin terjadi. Ketika hidupnya mulai membaik dan semuanya tepat pada tempatnya, hidup memberinya cobaan lagi. Setetes air mata meluncur dari ujung matanya dan dengan cepat dia mengusapnya. Yang lebih menyakitkan adalah bahwa Javier melakukannya tanpa memberitahunya terlebih dahulu. Dia tidak menanyakan pendapat Ella padahal jelas jelas masa lalu Ella yang diselidikinya. Javier tidak berhak melakukannya. Seharusnya dia megatakan pada Ella, menanyakan pendapat Ella dulu. Mereka adalah partner. Seharusnya mereka duduk bersama dan membicarakannya, tetapi Javier membuat keputusan tanpa bertanya pada Ella dulu. Apakah ini akhir dari hubungan mereka ? Keputusan Javier untuk mencoba sesuatu tanpa mengajaknya bicara, hanya dengan asumsi itu adalah sesuatu yang benar menurut pria ituMenutup matanya, Ella bersandar pada kursi taksi dan menangkupkan kedua tangannya diatas pangkuannya, sementara sopir taksi sibuk menyetir
Saat Javier memasuki apartemen Ella, dia tahu bahwa Ella barusan disana dan tanpa mencar atau memanggil namanya, dia juga tahu bahwa Ella telah pergi. Pertanyaannya adalah kemana dia pergi. Dia mulai mengeliminasi tempat dimana Ella mungkin berada, seperti kantor dan apartemen Damon dan Tanner karena saat itu masih jam kerja dan tak ada seorangpun di apartemen mereka. Saat berikutnya yang muncul adalah rumah ibu Ella yang tepat berada diluar Seattle.Dia cepat cepat mengambil tilponnya dan mengirim pesan ke Ella, menanyakan dia berada dimana. Dia ingin menilponnya tetapi karena dia tidak melihat mobil Ella di parkiran, dia tahu Ella masih menyetir dan dia tidak ingin konsentrasi Ella hilang. Dengan pesan singkat, Ella dapat membacanya nanti. Kemudian dia menghubungi nomor Eleanor. Dering pertama masuk ke kotak suara tetapi Eleanor mengangkat tilponnya yang kedua. “Hello.”“Eleanor, ini Javier dan aku ingin tahu apakah Ella disana.”Sebelum dia memberikan jawaban pada Javier, dia menari
Javier mondar-mandir di lantai ruang tunggu, jari-jarinya menelusuri rambutnya yang acak-acakan. Ini bukan pertama kalinya dia melakukan ini. Dasinya dibuang di suatu tempat sembarangan di mobil. Dia terus berjalan, tetapi dia tidak bisa memikirkan hal lain untuk dilakukan. Dia perlu melakukan sesuatu, apa saja.“Javier?”Dia melompat dan berhenti mondar-mandir saat dia melirik Draven yang berjalan ke arahnya. Javier berjuang untuk menahan isak tangisnya dan langsung menuju ke arahnya, lengannya melingkari adiknya dalam pelukan erat. Dia menempelkan wajahnya ke leher adiknya dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis. Draven melingkarkan lengannya pada saudaranya dan memeluknya erat-erat sambil bergumam, “Maafkan aku. Aku datang ke sini secepat mungkin. Jangan khawatir, kak. Dia akan baik-baik saja. Ella akan baik-baik saja.”Kemudian kedua pria itu duduk di kursi plastik tidak nyaman yang berjajar di ruang tunggu. Ruangan itu berwarna putih polos, warna yang hanya menambah sakit
POV Sang CEO Liar “Aku tahu kau tidak percaya padaku, Javier,” kata Aimee begitu Perawat Jo pergi. Aimee duduk di sofa dengan tangan tergenggam di pangkuannya sementara Javier duduk di kursi di sebelah tempat tidur Ella. “Dan aku tidak menyalahkanmu setelah apa yang terjadi di antara kita, tetapi kau harus tahu bahwa ini adalah pekerjaan. Aku tidak akan pernah melibatkan kehidupan atau kesehatan siapa pun.” Ketika Javier tidak mengatakan apa-apa dan masih menatap Ella, gadis itu terus berbicara, “Sudah sepuluh tahun. Kau seharusnya sudah memaafkan dan melupakannya. Aku telah lupa menghitung berapa kali aku mengatakan aku minta maaf. Itu adalah kesalahan yang bodoh. Aku seharusnya tidak melakukannya. Jika itu tidak terjadi, mungkin—" dia mengambil jeda dan menghela nafas sedih, "mungkin kau dan aku masih bersama. Mungkin kita bahkan sudah menikah dan memiliki satu atau dua anak.”Tanpa menatapnya, Javier bergumam pelan, cukup keras untuk didengarnya, "Berhentilah bicara."Namun Aimee m
Rasanya ini semua seperti mimpi. Kecuali fakta bahwa Javier tidak tidur sepanjang malam dan ketika matahari terbit, semuanya masih tetap sama. Ella masih terbaring tak sadarkan diri di ranjang. Laki-laki itu terus menjaganya, mengawasinya sepanjang malam dan berharap gadis itu akan menggerakkan ototnya atau bahkan lebih baik lagi, membuka matanya, namun sejauh ini tidak ada apa-apa. Javier khawatir akan kehilangan Ella dan jika bukan karena ritme detak jantungnya yang stabil di monitor, dia sudah kehilangan akal. Mengalihkan pandangannya dari Ella, dia melihat Damon dan Tanner tertidur di sofa. Tanner sedang tidur dalam posisi duduk sementara Damon meletakkan kepalanya di paha Tanner sedangkan tubuhnya terbaring di sofa. Tanner meletakkan satu lengan di atas mata dan dahi Damon dan apabila di lain waktu, Javier akan tertawa membayangkan Damon sebagai anak nakal yang nakal dan Tanner sebagai ibunya yang mencoba membuatnya tertidur. Ella mempunyai teman-teman yang baik. Javier sangat b
POV Sang Sekretaris Tidak ada hitungan hari maupun malam. Hanya ada kegelapan. Hanya hitam pekat yang bisa ia lihat. Sekarang setelah dipikir-pikir, Ella yakin bahwa ia tidak bisa melihat apa-apa. Matanya hanya bisa tertutup, dan gadis itu hanya bisa menatap kelopak matanya. Terdengar suara-suara samar. Meskipun ia sendiri bahkan tidak yakin apakah itu betul suara seseorang atau hanya imajinasinya belaka. Kadang-kadang suara-suara itu sangat lemah, sampai-sampai mereka tidak bisa terdengar sama sekali. Itu hampir seolah-olah dia sedang berimajinasi saja. Tapi di lain waktu, suaranya sangat lantang. Begitu keras sehingga gadis itu merasa ia akan menjadi tuli karenanya. Namun ia tidak pernah bisa mendapatkan suara dengan volume yang cukup. Selalu terlalu pelan, atau terlalu keras sehingga ia tidak bisa benar-benar memahami dengan betul apa yang mereka katakan, atau bicarakan. Tapi gadis itu yakin bahwa suara itu bukan hanya berasal dari satu orang saja atau suara yang berbeda pada wa