Javier Summers meletakkan cangkirnya di atas meja lalu berdiri. Saat dia berkeliling di kantornya, dia merasa bersalah karena melakukan sesuatu tanpa sepengetahuan Ella Stanford, tunangannya. Keputusannya berisiko namun diperlukan. Setidaknya dari sudut pandangnya, dia percaya bahwa perlu bagi Ella untuk bertemu dengan orang tuanya. Menurutnya, agak tidak adil bagi Ella untuk menilai ayah kandungnya begitu keras tanpa pernah bertemu dengannya. Lagi pula, ada dua sisi dari setiap cerita dan sejauh ini, Ella hanya mendengarkan cerita dari sisi ibunya.
Tapi tidak peduli bagaimana dia mencoba membenarkan tindakannya, dia diliputi perasaan bersalah di dalam hatinya. Itu mengganggunya terus-menerus seperti penagih utang. Dia tahu bahwa begitu Ella mengetahui apa yang telah dia lakukan selama dua minggu terakhir, gadis itu bisa marah dan itu tidak baik untuk bayi mereka. Dia harus memberitahunya. Dia harus mengatakan nya dan minta maaf. Namun entah bagaimana, instingnya mengatakan jika dia memberi tahu gadis itu tentang pencarian ayah kandungnya, gadis itu tidak akan mau menemui ayahnya.
Ella membenci pria itu. Dia membenci ayahnya karena meninggalkan dia dan ibunya. Javier membenci pria ini juga, tetapi pikirannya menolak untuk memendam emosinya pada seseorang tanpa mengetahui semua fakta yang sebenarnya. Mungkin sebaiknya dia tidak memberitahu Ella. Paling tidak sampai ayahnya setuju untuk bertemu. Kemudian dia akan memberitahu Ella dan minta maaf. Untuk saat ini, lebih baik merahasiakannya.
Ada ketukan di pintu kantornya sebelum pegangan diputar dan pintu terbuka. Ella melangkah masuk dengan senyum kecil di wajahnya. “Apakah kau siap untuk janji dengan dokter?"
Javier menelan ludah di tenggorokannya dan memaksa untuk tersenyum. "Tentu saja. Aku tidak akan melewatkannya.”
* * *
“Bayinya sehat dan anda dalam kondisi baik sehingga tidak ada masalah,” kata Dr. Marc sambil tersenyum menenangkan. Meskipun dia jelas seorang ginekolog, dia tampak cocok sebagai dokter gigi juga dengan gigi putih kristalnya yang sempurna. "Apakah kalian berdua sudah memikirkan nama untuk bayi itu—"
“Maaf, tapi aku harus menghentikan anda, Dok,” kata Ella sambil tersenyum. “Kita tidak ingin tahu jenis kelaminnya. Kita ingin ini menjadi sebuah kejutan.”
Dr Marc Bordeau memberinya senyum pengertian. "Aku akan mencoba yang terbaik untuk tidak kelepasan kata yang mengungkapkan jenis kelamin bayi."
"Terima kasih."
Seorang perawat datang tak lama kemudian dan menawarkan Ella segelas air hangat yang di terima dengan senyuman dan ucapan terima kasih. Ella meminum setengah gelas kemudian meletakkannya di atas meja.
“Oke, apakah ada pertanyaan atau kekhawatiran? Aku tahu pasangan muda biasanya punya banyak.” Dr. Marc melirik Javier lalu menambahkan, "Aku tahu sepuluh pertanyaan yang diajukan Tuan Summers kepadaku sebelum kita mulai hanya firasat tentang apa yang akan terjadi."
“Aku sudah melakukan penelitian, Dok, jadi aku tidak punya pertanyaan untuk saat ini.” Kemudian seolah-olah Ella tiba-tiba mengingat apa yang terjadi sekitar seminggu yang lalu, dengan cepat dia menambahkan, “Meskipun ada satu hal yang aku tahu tidak akan menjadi masalah tetapi Javier tetap khawatir.”
"Apakah itu?"
Seketika, Ella bisa merasakan pipinya panas. Dia tidak bisa mengatakannya meskipun dia tahu bahwa dokter adalah ginekolognya dan telah melihatnya dalam keadaan paling rentan, tetapi dia tidak bisa memaksakan diri untuk mengatakan pertanyaannya. Dr Marc, di sisi lain, terus mengalihkan pandangannya dari Ella ke Javier.
Dengan ekspresi kosong di wajahnya, Javier melakukan kontak mata dengan dokter dan berkata, "Kami hanya ingin tahu pasti apakah aman untuk bayi apabila kita, eh," Javier berhenti sejenak untuk batuk lalu melanjutkan, " melakukan hubungan seksual.”
Ada kilatan kecil di mata abu-abu Dr. Marc tapi dia terlihat profesional dan tenang. “Aku dapat meyakinkan anda bahwa berhubungan seks tidak akan menyakiti bayinya. Penis atau mainan seks penetratif tidak dapat menembus ke luar vagina anda, dan bayinya benar-benar tidak mengetahui apa yang terjadi sehingga kalian berdua tidak perlu khawatir. Meskipun…“
Dr Marc tampak agak ragu-ragu tapi Javier, yang telah mendengarkan setiap kata, langsung tegang. “Meskipun, apa…?”
Kali ini giliran dokter yang batuk dan melirik Ella dengan gugup. “Meskipun normal jika dorongan seks anda berubah selama kehamilan. Ini mungkin bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan, tapi aku yakin akan sangat membantu jika kalian berdua membicarakannya.”
"Apakah dokter mengatakan bahwa aku mungkin menganggap Ella menjijikkan hanya karena dia hamil?" Javier menyipitkan matanya, tampak tersinggung. “Jika ya, maka aku dapat meyakinkan anda bahwa tidak ada perubahan sama sekali buatku. Dia terlihat lebih berseri-seri dan cantik saat ini karena dia hamil dan mengandung bayi kami.”
Ella tahu maksud dokter tidak seperti itu, tetapi Ella menerima genggaman tangan Javier dan membalas meremas tangannya sambil berusaha untuk tidak tersenyum.
“Tidak, aku minta maaf, mungkin aku harus mengatakannya lebih jelas. Aku berbicara tentang Ella di sini,” jawab Dr. Marc. “Dia mungkin merasa berhubungan seks sangat menyenangkan selama kehamilan, atau dia merasa dia tidak ingin. Anda berdua dapat menemukan cara lain untuk saling mencintai atau bercinta. Yang paling penting adalah mengatakan perasaan anda dengan pasanganmu.”
"Oh." Javier memberi anggukan kepada dokter itu. " Akan kuingat."
Dr Marc memberikan senyum yang ramah. “Kalian tidak perlu khawatir tentang seks selama kehamilan sejauh ini kecuali saat hamil tua mungkin orgasme atau seks dapat menyebabkan kontraksi Braxton Hicks. Tapi untuk saat ini, semuanya baik-baik saja.” Dokter memandang Javier dan kemudian Ella sebelum bertanya, "Jadi, apakah ada pertanyaan lain yang anda ingin saya jawab?"
* * *
Setelah mereka berterima kasih kepada dokter dan membayar tagihan, mereka berjalan keluar dari klinik ke tempat Pedro telah menunggu. Javier membuka dan menutup pintu penumpang untuk Ella sebelum Pedro membukakan pintu untuk bosnya.
“Hendak kemana, Pak?” Dia bertanya begitu dia duduk di belakang kemudi.
Javier bergeser di kursinya dan menghadap Ella. “Apakah kau masih ingin makan ramyeon keju pedas yang kau katakan tadi malam?”
Ella dengan bersemangat mengangguk seperti anak kecil membuat Javier tersenyum lebar. "Ya please.”
“Ke restoran Korea, Pedro. Terima kasih."
“Baik, Bos.”
Saat mobil perlahan memasuki jalan raya dan menuju restoran Korea favorit mereka di pusat kota, Javier menekan tombol di antara kursi mereka dan kaca privasi menutup antara kursi penumpang dan pengemudi.
“Ella, aku ingin menanyakan sesuatu padamu dan aku ingin kau jujur.” Javier meraih tangan Ella dan meremasnya dengan lembut. “Kau tidak perlu memikirkan perasaanku atau apa pun. Katakan saja terus terang.”
Ella mengerutkan kening tetapi dia menurutinya. “Oke. Apa itu?”
“Apakah kau—” Pria itu menghela nafas, tampak seolah-olah dia kesulitan mengucapkan kata-kata itu. "Apakah kau kehilangan hasrat seksualmu ?" Melihat bagaimana Ella melirik dengan gugup ke kaca privasi, pria itu menambahkan, “Jangan khawatir. Pedro tidak akan bisa mendengar apa-apa.”
“Sejujurnya, tidak.”
“Tidak?”
“Tidak. Kau dan aku sama-sama ada di sana malam itu. Aku benar-benar menginginkannya tetapi kau yang menahan diri. ” Ella mencondongkan tubuh ke depan dan memberikan ciuman kecil di hidungnya.
“Aku khawatir kita mungkin tidak sengaja melukai bayinya.”
“Aku sudah memberitahumu bahwa kita tidak akan melukainya.” Ella menangkup wajah pria itu dengan kedua tangannya. “Kau tahu, seharusnya aku yang bertanya padamu, Tuan.” Menyeka sedikit keringat dari dahi Javier, Ella menyadari bahwa pria itu gugup untuk bertanya dan Ella merasa itu sangat manis. “Apakah seks masih ada di menu malam ini?”
Bibir Javier melumat bibirnya dalam ciuman yang panas, kasar, dan menekan. Bibir Ella segera terbuka dan lidahnya menyelinap masuk dan terjerat dengan lidahnya. Gadis itu mengeluarkan erangan lembut, berhati-hati untuk tidak mengejutkan Pedro, karena jari-jari Javier berada di rambutnya dan gigi pria itu menggigit bibir bawah Ella. Javier mencengkeram pinggulnya dan mengangkatnya sampai Ella duduk di pangkuannya. Salah satu lengan Javier melingkari pinggang Ella saat tangannya yang lain menarik rambutnya sambil menciumnya dengan ganas. Javier mengeluarkan geraman pelan sebelum melepaskan ciuman untuk menarik napas dan memberi jawaban pada pertanyaan Ella. “Ya pasti.”
Aloha~ akhirnya update lagi yakk~ jangan lupa kasih review dong. Matur nuwun!
POV Sang CEO PlayboyTiga hari kemudian, Javier akhirnya menerima telepon dari Derek Williams, ayah kandung Ella. Javier menyuruh orang yang dibayarnya untuk menemukan Derek, cuma memberikan nomor ponsel Javier kepada Derek, tanpa memberitahu siapa dia sebenarnya. Alasannya sederhana, dia tidak ingin Derek mencari hal-hal tentang dirinya di internet yang bisa membuatnya menelepon kantornya. Ella tidak akan mengetahuinya sampai hari di mana Javier akan mengatur agar mereka berdua, ayah dan anak, akhirnya bertemu."Halo," Javier menjawab telepon setelah memastikan nomor telepon si penelepon sama persis dengan yang diberitahukan oleh penyelidik pribadinya tadi malam.“Oh, maaf, kupikir aku memutar nomor yang salah. Aku kira aku menelpon putriku.”“Tidak, jangan ditutup, Tuan Williams,” ka
Ini bukan makan malam Summers jika tidak ada drama, terlebih kembalinya putra mereka yang hilang, Draven. Sepuluh tahun yang lalu, saat usia tujuh belas tahun, Javier memiliki tekad yang sangat besar. Draven telah dijebak dan telah beberapa kali dia mencoba menjelaskan,tetapi tidak ada yang mempercayainya. Kecuali Javier dan ibunya. Lebih buruk lagi, kakek mereka telah menghapus nama Draven dari surat wasiatnya yang berarti bahwa dia bukan lagi bagian dari keluarga Summers. Sebagai kakak laki-laki, Javier telah mencoba untuk berbicara dengan Thornton dan Piers, tetapi Thornton telah memihak Piers dan kakek mereka dan menganggap adik laki-laki mereka sebagai 'bajingan yang tidak tahu berterima kasih'. Javier adalah satu-satunya orang yang diam-diam membantu Draven mendapatkan tempat dan pekerjaan di London. Mereka tetap berhubungan meskipun tidak sering karena keduanya sibuk dengan kehidupan dan pekerjaan masing masi
Malam harinya, Ella berbaring di pelukan Javier, dalam kehangatan tempat tidur mereka dan cahaya lembut dari lilin. Dia pergi bersama Damon dan Tanner sepulang kerja untuk berbelanja dan pada saat dia tiba di flatnya, Javier sudah mengenakan celemek. Ya, Javier Summers, CEO Summers Entertainment Industry telah mengenakan celemek miliknya dan berdiri di dapur memasak steak. Tampaknya selama dia berbelanja dengan Damon dan Tanner, Javier telah mengatur segalanya mulai dari makan malam dengan cahaya lilin di balkon yang dikelilingi oleh bunga dan tanaman indahnya hingga kamar tidur dengan cahaya lilin. Sejujurnya, Javier akan menyiapkan kamar mandi yang dipenuhi cahaya lilin juga, tetapi karena Ella hanya memakai shower tanpa bak mandi dan Javier telah berjanji tidak akan mengeluh, jadi dia batalkan rencana itu.Dengan punggung Ella ditekan ke dadanya, Javier mengusap lengan mulus gadis itu sampai ke pergelangan tangannya dan dengan halus menyentuh cincin pertunangannya. "Kau tahu, kita
"Anggap saja apa yang kau katakan padaku sejauh ini adalah kebenaran, apakah kau punya bukti?" Javier bertanya sambil memeriksa emailnya di komputer. Ketika ayah Ella belum menjawab, dia menambahkan dengan nada yang lebih mendesak, “Tolong ingatlah baik-baik karena ini mungkin percakapan kita yang terakhir jika kau tidak memiliki bukti sama sekali.”“Aku tidak punya bukti." Pria itu mengatakan kalimat yang terdengar seperti desahan. "Aku khawatir kau hanya bisa memegang kata-kataku saja, anak muda."Javier memikirkannya. “Kalau begitu kurasa aku tidak bisa membawamu menemui Ella. Terima kasih telah memberi tahuku sisi ceritamu. Aku sangat menghargainya….-““Tunggu dulu !” Derek Williams menyela dengan suara keras. “Kau tidak bisa hanya mengharapkan ku memiliki bukti ketika aku tidak tahu apa yang terjadi malam itu dengan Eleanor. Tapi aku tahu pasti bahwa Rachelle pasti tahu apa yang terjadi. Jadi jika kau memintaku untuk membuktikannya kepadamu, maka kau bisa bertanya pada Eleanor ata
Ella menatap tangannya yang gemetar dan mengepalkan tangannya.Ini tidak mungkin terjadi. Ketika hidupnya mulai membaik dan semuanya tepat pada tempatnya, hidup memberinya cobaan lagi. Setetes air mata meluncur dari ujung matanya dan dengan cepat dia mengusapnya. Yang lebih menyakitkan adalah bahwa Javier melakukannya tanpa memberitahunya terlebih dahulu. Dia tidak menanyakan pendapat Ella padahal jelas jelas masa lalu Ella yang diselidikinya. Javier tidak berhak melakukannya. Seharusnya dia megatakan pada Ella, menanyakan pendapat Ella dulu. Mereka adalah partner. Seharusnya mereka duduk bersama dan membicarakannya, tetapi Javier membuat keputusan tanpa bertanya pada Ella dulu. Apakah ini akhir dari hubungan mereka ? Keputusan Javier untuk mencoba sesuatu tanpa mengajaknya bicara, hanya dengan asumsi itu adalah sesuatu yang benar menurut pria ituMenutup matanya, Ella bersandar pada kursi taksi dan menangkupkan kedua tangannya diatas pangkuannya, sementara sopir taksi sibuk menyetir
Saat Javier memasuki apartemen Ella, dia tahu bahwa Ella barusan disana dan tanpa mencar atau memanggil namanya, dia juga tahu bahwa Ella telah pergi. Pertanyaannya adalah kemana dia pergi. Dia mulai mengeliminasi tempat dimana Ella mungkin berada, seperti kantor dan apartemen Damon dan Tanner karena saat itu masih jam kerja dan tak ada seorangpun di apartemen mereka. Saat berikutnya yang muncul adalah rumah ibu Ella yang tepat berada diluar Seattle.Dia cepat cepat mengambil tilponnya dan mengirim pesan ke Ella, menanyakan dia berada dimana. Dia ingin menilponnya tetapi karena dia tidak melihat mobil Ella di parkiran, dia tahu Ella masih menyetir dan dia tidak ingin konsentrasi Ella hilang. Dengan pesan singkat, Ella dapat membacanya nanti. Kemudian dia menghubungi nomor Eleanor. Dering pertama masuk ke kotak suara tetapi Eleanor mengangkat tilponnya yang kedua. “Hello.”“Eleanor, ini Javier dan aku ingin tahu apakah Ella disana.”Sebelum dia memberikan jawaban pada Javier, dia menari
Javier mondar-mandir di lantai ruang tunggu, jari-jarinya menelusuri rambutnya yang acak-acakan. Ini bukan pertama kalinya dia melakukan ini. Dasinya dibuang di suatu tempat sembarangan di mobil. Dia terus berjalan, tetapi dia tidak bisa memikirkan hal lain untuk dilakukan. Dia perlu melakukan sesuatu, apa saja.“Javier?”Dia melompat dan berhenti mondar-mandir saat dia melirik Draven yang berjalan ke arahnya. Javier berjuang untuk menahan isak tangisnya dan langsung menuju ke arahnya, lengannya melingkari adiknya dalam pelukan erat. Dia menempelkan wajahnya ke leher adiknya dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis. Draven melingkarkan lengannya pada saudaranya dan memeluknya erat-erat sambil bergumam, “Maafkan aku. Aku datang ke sini secepat mungkin. Jangan khawatir, kak. Dia akan baik-baik saja. Ella akan baik-baik saja.”Kemudian kedua pria itu duduk di kursi plastik tidak nyaman yang berjajar di ruang tunggu. Ruangan itu berwarna putih polos, warna yang hanya menambah sakit
POV Sang CEO Liar “Aku tahu kau tidak percaya padaku, Javier,” kata Aimee begitu Perawat Jo pergi. Aimee duduk di sofa dengan tangan tergenggam di pangkuannya sementara Javier duduk di kursi di sebelah tempat tidur Ella. “Dan aku tidak menyalahkanmu setelah apa yang terjadi di antara kita, tetapi kau harus tahu bahwa ini adalah pekerjaan. Aku tidak akan pernah melibatkan kehidupan atau kesehatan siapa pun.” Ketika Javier tidak mengatakan apa-apa dan masih menatap Ella, gadis itu terus berbicara, “Sudah sepuluh tahun. Kau seharusnya sudah memaafkan dan melupakannya. Aku telah lupa menghitung berapa kali aku mengatakan aku minta maaf. Itu adalah kesalahan yang bodoh. Aku seharusnya tidak melakukannya. Jika itu tidak terjadi, mungkin—" dia mengambil jeda dan menghela nafas sedih, "mungkin kau dan aku masih bersama. Mungkin kita bahkan sudah menikah dan memiliki satu atau dua anak.”Tanpa menatapnya, Javier bergumam pelan, cukup keras untuk didengarnya, "Berhentilah bicara."Namun Aimee m