Javier Summers meletakkan cangkirnya di atas meja lalu berdiri. Saat dia berkeliling di kantornya, dia merasa bersalah karena melakukan sesuatu tanpa sepengetahuan Ella Stanford, tunangannya. Keputusannya berisiko namun diperlukan. Setidaknya dari sudut pandangnya, dia percaya bahwa perlu bagi Ella untuk bertemu dengan orang tuanya. Menurutnya, agak tidak adil bagi Ella untuk menilai ayah kandungnya begitu keras tanpa pernah bertemu dengannya. Lagi pula, ada dua sisi dari setiap cerita dan sejauh ini, Ella hanya mendengarkan cerita dari sisi ibunya.
Tapi tidak peduli bagaimana dia mencoba membenarkan tindakannya, dia diliputi perasaan bersalah di dalam hatinya. Itu mengganggunya terus-menerus seperti penagih utang. Dia tahu bahwa begitu Ella mengetahui apa yang telah dia lakukan selama dua minggu terakhir, gadis itu bisa marah dan itu tidak baik untuk bayi mereka. Dia harus memberitahunya. Dia harus mengatakan nya dan minta maaf. Namun entah bagaimana, instingnya mengatakan jika dia memberi tahu gadis itu tentang pencarian ayah kandungnya, gadis itu tidak akan mau menemui ayahnya.
Ella membenci pria itu. Dia membenci ayahnya karena meninggalkan dia dan ibunya. Javier membenci pria ini juga, tetapi pikirannya menolak untuk memendam emosinya pada seseorang tanpa mengetahui semua fakta yang sebenarnya. Mungkin sebaiknya dia tidak memberitahu Ella. Paling tidak sampai ayahnya setuju untuk bertemu. Kemudian dia akan memberitahu Ella dan minta maaf. Untuk saat ini, lebih baik merahasiakannya.
Ada ketukan di pintu kantornya sebelum pegangan diputar dan pintu terbuka. Ella melangkah masuk dengan senyum kecil di wajahnya. “Apakah kau siap untuk janji dengan dokter?"
Javier menelan ludah di tenggorokannya dan memaksa untuk tersenyum. "Tentu saja. Aku tidak akan melewatkannya.”
* * *
“Bayinya sehat dan anda dalam kondisi baik sehingga tidak ada masalah,” kata Dr. Marc sambil tersenyum menenangkan. Meskipun dia jelas seorang ginekolog, dia tampak cocok sebagai dokter gigi juga dengan gigi putih kristalnya yang sempurna. "Apakah kalian berdua sudah memikirkan nama untuk bayi itu—"
“Maaf, tapi aku harus menghentikan anda, Dok,” kata Ella sambil tersenyum. “Kita tidak ingin tahu jenis kelaminnya. Kita ingin ini menjadi sebuah kejutan.”
Dr Marc Bordeau memberinya senyum pengertian. "Aku akan mencoba yang terbaik untuk tidak kelepasan kata yang mengungkapkan jenis kelamin bayi."
"Terima kasih."
Seorang perawat datang tak lama kemudian dan menawarkan Ella segelas air hangat yang di terima dengan senyuman dan ucapan terima kasih. Ella meminum setengah gelas kemudian meletakkannya di atas meja.
“Oke, apakah ada pertanyaan atau kekhawatiran? Aku tahu pasangan muda biasanya punya banyak.” Dr. Marc melirik Javier lalu menambahkan, "Aku tahu sepuluh pertanyaan yang diajukan Tuan Summers kepadaku sebelum kita mulai hanya firasat tentang apa yang akan terjadi."
“Aku sudah melakukan penelitian, Dok, jadi aku tidak punya pertanyaan untuk saat ini.” Kemudian seolah-olah Ella tiba-tiba mengingat apa yang terjadi sekitar seminggu yang lalu, dengan cepat dia menambahkan, “Meskipun ada satu hal yang aku tahu tidak akan menjadi masalah tetapi Javier tetap khawatir.”
"Apakah itu?"
Seketika, Ella bisa merasakan pipinya panas. Dia tidak bisa mengatakannya meskipun dia tahu bahwa dokter adalah ginekolognya dan telah melihatnya dalam keadaan paling rentan, tetapi dia tidak bisa memaksakan diri untuk mengatakan pertanyaannya. Dr Marc, di sisi lain, terus mengalihkan pandangannya dari Ella ke Javier.
Dengan ekspresi kosong di wajahnya, Javier melakukan kontak mata dengan dokter dan berkata, "Kami hanya ingin tahu pasti apakah aman untuk bayi apabila kita, eh," Javier berhenti sejenak untuk batuk lalu melanjutkan, " melakukan hubungan seksual.”
Ada kilatan kecil di mata abu-abu Dr. Marc tapi dia terlihat profesional dan tenang. “Aku dapat meyakinkan anda bahwa berhubungan seks tidak akan menyakiti bayinya. Penis atau mainan seks penetratif tidak dapat menembus ke luar vagina anda, dan bayinya benar-benar tidak mengetahui apa yang terjadi sehingga kalian berdua tidak perlu khawatir. Meskipun…“
Dr Marc tampak agak ragu-ragu tapi Javier, yang telah mendengarkan setiap kata, langsung tegang. “Meskipun, apa…?”
Kali ini giliran dokter yang batuk dan melirik Ella dengan gugup. “Meskipun normal jika dorongan seks anda berubah selama kehamilan. Ini mungkin bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan, tapi aku yakin akan sangat membantu jika kalian berdua membicarakannya.”
"Apakah dokter mengatakan bahwa aku mungkin menganggap Ella menjijikkan hanya karena dia hamil?" Javier menyipitkan matanya, tampak tersinggung. “Jika ya, maka aku dapat meyakinkan anda bahwa tidak ada perubahan sama sekali buatku. Dia terlihat lebih berseri-seri dan cantik saat ini karena dia hamil dan mengandung bayi kami.”
Ella tahu maksud dokter tidak seperti itu, tetapi Ella menerima genggaman tangan Javier dan membalas meremas tangannya sambil berusaha untuk tidak tersenyum.
“Tidak, aku minta maaf, mungkin aku harus mengatakannya lebih jelas. Aku berbicara tentang Ella di sini,” jawab Dr. Marc. “Dia mungkin merasa berhubungan seks sangat menyenangkan selama kehamilan, atau dia merasa dia tidak ingin. Anda berdua dapat menemukan cara lain untuk saling mencintai atau bercinta. Yang paling penting adalah mengatakan perasaan anda dengan pasanganmu.”
"Oh." Javier memberi anggukan kepada dokter itu. " Akan kuingat."
Dr Marc memberikan senyum yang ramah. “Kalian tidak perlu khawatir tentang seks selama kehamilan sejauh ini kecuali saat hamil tua mungkin orgasme atau seks dapat menyebabkan kontraksi Braxton Hicks. Tapi untuk saat ini, semuanya baik-baik saja.” Dokter memandang Javier dan kemudian Ella sebelum bertanya, "Jadi, apakah ada pertanyaan lain yang anda ingin saya jawab?"
* * *
Setelah mereka berterima kasih kepada dokter dan membayar tagihan, mereka berjalan keluar dari klinik ke tempat Pedro telah menunggu. Javier membuka dan menutup pintu penumpang untuk Ella sebelum Pedro membukakan pintu untuk bosnya.
“Hendak kemana, Pak?” Dia bertanya begitu dia duduk di belakang kemudi.
Javier bergeser di kursinya dan menghadap Ella. “Apakah kau masih ingin makan ramyeon keju pedas yang kau katakan tadi malam?”
Ella dengan bersemangat mengangguk seperti anak kecil membuat Javier tersenyum lebar. "Ya please.”
“Ke restoran Korea, Pedro. Terima kasih."
“Baik, Bos.”
Saat mobil perlahan memasuki jalan raya dan menuju restoran Korea favorit mereka di pusat kota, Javier menekan tombol di antara kursi mereka dan kaca privasi menutup antara kursi penumpang dan pengemudi.
“Ella, aku ingin menanyakan sesuatu padamu dan aku ingin kau jujur.” Javier meraih tangan Ella dan meremasnya dengan lembut. “Kau tidak perlu memikirkan perasaanku atau apa pun. Katakan saja terus terang.”
Ella mengerutkan kening tetapi dia menurutinya. “Oke. Apa itu?”
“Apakah kau—” Pria itu menghela nafas, tampak seolah-olah dia kesulitan mengucapkan kata-kata itu. "Apakah kau kehilangan hasrat seksualmu ?" Melihat bagaimana Ella melirik dengan gugup ke kaca privasi, pria itu menambahkan, “Jangan khawatir. Pedro tidak akan bisa mendengar apa-apa.”
“Sejujurnya, tidak.”
“Tidak?”
“Tidak. Kau dan aku sama-sama ada di sana malam itu. Aku benar-benar menginginkannya tetapi kau yang menahan diri. ” Ella mencondongkan tubuh ke depan dan memberikan ciuman kecil di hidungnya.
“Aku khawatir kita mungkin tidak sengaja melukai bayinya.”
“Aku sudah memberitahumu bahwa kita tidak akan melukainya.” Ella menangkup wajah pria itu dengan kedua tangannya. “Kau tahu, seharusnya aku yang bertanya padamu, Tuan.” Menyeka sedikit keringat dari dahi Javier, Ella menyadari bahwa pria itu gugup untuk bertanya dan Ella merasa itu sangat manis. “Apakah seks masih ada di menu malam ini?”
Bibir Javier melumat bibirnya dalam ciuman yang panas, kasar, dan menekan. Bibir Ella segera terbuka dan lidahnya menyelinap masuk dan terjerat dengan lidahnya. Gadis itu mengeluarkan erangan lembut, berhati-hati untuk tidak mengejutkan Pedro, karena jari-jari Javier berada di rambutnya dan gigi pria itu menggigit bibir bawah Ella. Javier mencengkeram pinggulnya dan mengangkatnya sampai Ella duduk di pangkuannya. Salah satu lengan Javier melingkari pinggang Ella saat tangannya yang lain menarik rambutnya sambil menciumnya dengan ganas. Javier mengeluarkan geraman pelan sebelum melepaskan ciuman untuk menarik napas dan memberi jawaban pada pertanyaan Ella. “Ya pasti.”
Aloha~ akhirnya update lagi yakk~ jangan lupa kasih review dong. Matur nuwun!
POV Sang CEO PlayboyTiga hari kemudian, Javier akhirnya menerima telepon dari Derek Williams, ayah kandung Ella. Javier menyuruh orang yang dibayarnya untuk menemukan Derek, cuma memberikan nomor ponsel Javier kepada Derek, tanpa memberitahu siapa dia sebenarnya. Alasannya sederhana, dia tidak ingin Derek mencari hal-hal tentang dirinya di internet yang bisa membuatnya menelepon kantornya. Ella tidak akan mengetahuinya sampai hari di mana Javier akan mengatur agar mereka berdua, ayah dan anak, akhirnya bertemu."Halo," Javier menjawab telepon setelah memastikan nomor telepon si penelepon sama persis dengan yang diberitahukan oleh penyelidik pribadinya tadi malam.“Oh, maaf, kupikir aku memutar nomor yang salah. Aku kira aku menelpon putriku.”“Tidak, jangan ditutup, Tuan Williams,” ka
Ini bukan makan malam Summers jika tidak ada drama, terlebih kembalinya putra mereka yang hilang, Draven. Sepuluh tahun yang lalu, saat usia tujuh belas tahun, Javier memiliki tekad yang sangat besar. Draven telah dijebak dan telah beberapa kali dia mencoba menjelaskan,tetapi tidak ada yang mempercayainya. Kecuali Javier dan ibunya. Lebih buruk lagi, kakek mereka telah menghapus nama Draven dari surat wasiatnya yang berarti bahwa dia bukan lagi bagian dari keluarga Summers. Sebagai kakak laki-laki, Javier telah mencoba untuk berbicara dengan Thornton dan Piers, tetapi Thornton telah memihak Piers dan kakek mereka dan menganggap adik laki-laki mereka sebagai 'bajingan yang tidak tahu berterima kasih'. Javier adalah satu-satunya orang yang diam-diam membantu Draven mendapatkan tempat dan pekerjaan di London. Mereka tetap berhubungan meskipun tidak sering karena keduanya sibuk dengan kehidupan dan pekerjaan masing masi
Malam harinya, Ella berbaring di pelukan Javier, dalam kehangatan tempat tidur mereka dan cahaya lembut dari lilin. Dia pergi bersama Damon dan Tanner sepulang kerja untuk berbelanja dan pada saat dia tiba di flatnya, Javier sudah mengenakan celemek. Ya, Javier Summers, CEO Summers Entertainment Industry telah mengenakan celemek miliknya dan berdiri di dapur memasak steak. Tampaknya selama dia berbelanja dengan Damon dan Tanner, Javier telah mengatur segalanya mulai dari makan malam dengan cahaya lilin di balkon yang dikelilingi oleh bunga dan tanaman indahnya hingga kamar tidur dengan cahaya lilin. Sejujurnya, Javier akan menyiapkan kamar mandi yang dipenuhi cahaya lilin juga, tetapi karena Ella hanya memakai shower tanpa bak mandi dan Javier telah berjanji tidak akan mengeluh, jadi dia batalkan rencana itu.Dengan punggung Ella ditekan ke dadanya, Javier mengusap lengan mulus gadis itu sampai ke pergelangan tangannya dan dengan halus menyentuh cincin pertunangannya. "Kau tahu, kita
"Anggap saja apa yang kau katakan padaku sejauh ini adalah kebenaran, apakah kau punya bukti?" Javier bertanya sambil memeriksa emailnya di komputer. Ketika ayah Ella belum menjawab, dia menambahkan dengan nada yang lebih mendesak, “Tolong ingatlah baik-baik karena ini mungkin percakapan kita yang terakhir jika kau tidak memiliki bukti sama sekali.”“Aku tidak punya bukti." Pria itu mengatakan kalimat yang terdengar seperti desahan. "Aku khawatir kau hanya bisa memegang kata-kataku saja, anak muda."Javier memikirkannya. “Kalau begitu kurasa aku tidak bisa membawamu menemui Ella. Terima kasih telah memberi tahuku sisi ceritamu. Aku sangat menghargainya….-““Tunggu dulu !” Derek Williams menyela dengan suara keras. “Kau tidak bisa hanya mengharapkan ku memiliki bukti ketika aku tidak tahu apa yang terjadi malam itu dengan Eleanor. Tapi aku tahu pasti bahwa Rachelle pasti tahu apa yang terjadi. Jadi jika kau memintaku untuk membuktikannya kepadamu, maka kau bisa bertanya pada Eleanor ata
Ella menatap tangannya yang gemetar dan mengepalkan tangannya.Ini tidak mungkin terjadi. Ketika hidupnya mulai membaik dan semuanya tepat pada tempatnya, hidup memberinya cobaan lagi. Setetes air mata meluncur dari ujung matanya dan dengan cepat dia mengusapnya. Yang lebih menyakitkan adalah bahwa Javier melakukannya tanpa memberitahunya terlebih dahulu. Dia tidak menanyakan pendapat Ella padahal jelas jelas masa lalu Ella yang diselidikinya. Javier tidak berhak melakukannya. Seharusnya dia megatakan pada Ella, menanyakan pendapat Ella dulu. Mereka adalah partner. Seharusnya mereka duduk bersama dan membicarakannya, tetapi Javier membuat keputusan tanpa bertanya pada Ella dulu. Apakah ini akhir dari hubungan mereka ? Keputusan Javier untuk mencoba sesuatu tanpa mengajaknya bicara, hanya dengan asumsi itu adalah sesuatu yang benar menurut pria ituMenutup matanya, Ella bersandar pada kursi taksi dan menangkupkan kedua tangannya diatas pangkuannya, sementara sopir taksi sibuk menyetir
Saat Javier memasuki apartemen Ella, dia tahu bahwa Ella barusan disana dan tanpa mencar atau memanggil namanya, dia juga tahu bahwa Ella telah pergi. Pertanyaannya adalah kemana dia pergi. Dia mulai mengeliminasi tempat dimana Ella mungkin berada, seperti kantor dan apartemen Damon dan Tanner karena saat itu masih jam kerja dan tak ada seorangpun di apartemen mereka. Saat berikutnya yang muncul adalah rumah ibu Ella yang tepat berada diluar Seattle.Dia cepat cepat mengambil tilponnya dan mengirim pesan ke Ella, menanyakan dia berada dimana. Dia ingin menilponnya tetapi karena dia tidak melihat mobil Ella di parkiran, dia tahu Ella masih menyetir dan dia tidak ingin konsentrasi Ella hilang. Dengan pesan singkat, Ella dapat membacanya nanti. Kemudian dia menghubungi nomor Eleanor. Dering pertama masuk ke kotak suara tetapi Eleanor mengangkat tilponnya yang kedua. “Hello.”“Eleanor, ini Javier dan aku ingin tahu apakah Ella disana.”Sebelum dia memberikan jawaban pada Javier, dia menari
Javier mondar-mandir di lantai ruang tunggu, jari-jarinya menelusuri rambutnya yang acak-acakan. Ini bukan pertama kalinya dia melakukan ini. Dasinya dibuang di suatu tempat sembarangan di mobil. Dia terus berjalan, tetapi dia tidak bisa memikirkan hal lain untuk dilakukan. Dia perlu melakukan sesuatu, apa saja.“Javier?”Dia melompat dan berhenti mondar-mandir saat dia melirik Draven yang berjalan ke arahnya. Javier berjuang untuk menahan isak tangisnya dan langsung menuju ke arahnya, lengannya melingkari adiknya dalam pelukan erat. Dia menempelkan wajahnya ke leher adiknya dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis. Draven melingkarkan lengannya pada saudaranya dan memeluknya erat-erat sambil bergumam, “Maafkan aku. Aku datang ke sini secepat mungkin. Jangan khawatir, kak. Dia akan baik-baik saja. Ella akan baik-baik saja.”Kemudian kedua pria itu duduk di kursi plastik tidak nyaman yang berjajar di ruang tunggu. Ruangan itu berwarna putih polos, warna yang hanya menambah sakit
POV Sang CEO Liar “Aku tahu kau tidak percaya padaku, Javier,” kata Aimee begitu Perawat Jo pergi. Aimee duduk di sofa dengan tangan tergenggam di pangkuannya sementara Javier duduk di kursi di sebelah tempat tidur Ella. “Dan aku tidak menyalahkanmu setelah apa yang terjadi di antara kita, tetapi kau harus tahu bahwa ini adalah pekerjaan. Aku tidak akan pernah melibatkan kehidupan atau kesehatan siapa pun.” Ketika Javier tidak mengatakan apa-apa dan masih menatap Ella, gadis itu terus berbicara, “Sudah sepuluh tahun. Kau seharusnya sudah memaafkan dan melupakannya. Aku telah lupa menghitung berapa kali aku mengatakan aku minta maaf. Itu adalah kesalahan yang bodoh. Aku seharusnya tidak melakukannya. Jika itu tidak terjadi, mungkin—" dia mengambil jeda dan menghela nafas sedih, "mungkin kau dan aku masih bersama. Mungkin kita bahkan sudah menikah dan memiliki satu atau dua anak.”Tanpa menatapnya, Javier bergumam pelan, cukup keras untuk didengarnya, "Berhentilah bicara."Namun Aimee m
❗ W A R N I N G ❗This chapter contains explicit content. Bab ini mengandung konten eksplisit.E L L A S T A N F O R D“Ella, aku tahu kau sudah bangun.” Suara pria itu lembut bak beludru dan Ella bisa merasakan tulang punggungnya menegang. Kulitnya merinding dalam kenikmatan saat dirinya merasakan tangan Javier di bahunya dan napas pria itu di rambutnya yang diikatnya menjadi kuncir kuda. Bulu kuduknya berdiri.Ella menggigit bibir bawahnya dengan giginya tatkala ia merasakan ujung jari Javier membelai dari bahunya ke lengannya dengan cukup hati-hati dan lembut hingga membuat bulu-bulu halus di kulitnya berdiri tegak, dan putingnya pun mulai menegang menjadi dua titik yang menjulang di balik gaun tidurnya. “Ella, ayolah,” bisik pria itu lagi, suaranya sama sensualnya seperti sebelumnya dan seluruh tubuh gadis itu dapat merasakan aliran listrik serta kimia di antara keduanya.Itu adalah reaksi fisik yang ia rasakan setipa kali Javier menyentuhnya, Ella tahu, karena terlepas dari semu
Ternyata tidak mengingat satu pun rekan kerja menjadi salah satu permasalahan yang harus dihadapi Ella di hari pertama nya kembali bekerja. Entah bagaimana hal itu mengingatkannya kembali akan masa kecil nya, tatkala dirinya harus pindah sekolah setiap selang beberapa bulan karena ibu nya tanpa pemberitahuan akan mengemasi barang barang mereka dan pergi ke kota baru, lingkungan baru. Saat itu, Ella harus mengetahui nama semua orang dan mencoba mengingat nama mereka setidaknya selama beberapa bulan ke depan sebelum ibunya membawa dirinya pindah ke tempat yang baru lagi. Selama dua hari pertama, Clarabelle berada di sana bersama nya dan membantu gadis itu kembali bekerja. Tampaknya tidak banyak orang yang menyadari bahwa Ella telah kehilangan ingatannya karena sesekali ada yang bertanya kepada gadis itu tentang hal-hal yang Ella tidak ingat. Tampaknya Javier hampir tidak berbagi apa pun dengan karyawannya, yang mereka tahu hanyalah Ella mengalami kecelakaan dan gadis itu sedang memulih
Ketika kata-kata itu keluar dari bibirnya, Ella langsung ingin menariknya kembali. Namun semuanya sudah terlambat tatkala ia menyadari betapa kedengeran nya komentarnya itu. Mengingat percikan seksual yang terjadi di antara mereka seperti gelombang panas, Javier mungkin dengan mudah salah mengartikan maksud nya. Bukan berarti gadis itu bisa menyalahkan Javier jika pria itu salah paham. Ella tidak bisa. Ketegangan di antara mereka adalah kesalahan Ella sebagaimana itu juga merupakan kesalahan pria itu.“Itu kah yang kau inginkan?” Javier terdengar sedikit menggeram tatkala mengucapkan pertanyaan itu padanya."Ya. Tidak,” jawab Ella, terdengar bingung.“Jadi yang mana, Nona Stanford?” Pria itu menyelipkan sehelai rambut yang terurai ke belakang telinga Ella, menelusuri daun telinga gadis itu dengan ujung jarinya. “Apakah iya? Atau kah tidak?"“Aku—” Ella menggigil saat Javier menarik garis di leher gadis itu. Hasrat mulai berputar lagi di nadinya, memperkeruh proses berpikirnya. Ia haru
J A V I E RDua hari kemudian, sambil duduk di belakang mejanya di kantor pusat Summers Entertainment, Javier terus berkata pada dirinya sendiri selama dua jam terakhir bahwa mungkin cukup bagi Ella untuk menginginkannya. Meskipun kotak masuknya penuh dengan email dari berbagai departemen yang menuntut perhatiannya, ia mengabaikan itu semua dan menatap kosong ke depan.Keinginannya muncul di perutnya saat dia mengingat rasa dan sentuhannya. Setiap sel dalam dirinya telah menjerit agar dia membawanya kembali ke kamar tidur atau membawanya ke sofa, untuk berjatuhan bersamanya, dan memuaskan rasa lapar yang telah menahan mereka berdua dalam cengkeramannya. Kedatangan Damon dua hari yang lalu terjadi tepat pada waktunya, karena dia nyaris melakukan hal itu, dan jika dia melakukannya, itu adalah sebuah kesalahan. Karena dia menginginkan lebih darinya daripada agar dia merasakan hasrat padanya. Dia ingin dia mempercayainya, itulah sebabnya dia bangun lebih awal dari biasanya dan bergegas ke
E L L A S T A N F O R D Saat Javier mengenakan mantelnya, Ella membantu Damon membawa piring dan meletakkannya di wastafel. Sahabatnya selama sepuluh tahun memberinya tatapan tajam dan berkata, "Kau." Ia menyikut lengannya dengan sikunya sambil melanjutkan, “Aku tidak butuh bantuanmu di sini, Sayang, pergilah dan kenakan sesuatu yang cantik.” Ia melirik ke arah Javier yang sedang merapikan dirinya di dekat gantungan jas dan menambahkan, "Mungkin kita bisa pergi ke klub. Kau bisa bertemu dengan beberapa orang tampan yang bisa ditawarkan kota ini." Javier tidak memberikan reaksi sama sekali. Jelas, ia tidak kekanak-kanakan seperti yang diinginkan Damon. "Baiklah. Aku akan membacanya sebentar lagi," jawab Ella sambil berjalan menuju kamar tidurnya. Saat ia sedang berjalan-jalan di ruang tamu, Javier memanggilnya. "Ya?" Ia mendatanginya dalam tiga langkah panjang lalu mencium pelipisnya. "Saya berangkat kerja." Lalu sambil tersenyum, ia menambahkan, "Selamat berbelanja." Membiarkannya
J A V I E R S U M M E R SJavier terbangun dengan sakit punggung yang menyakitkan. Sofa itu terlalu kecil untuk tubuhnya yang besar tetapi tetap saja, ia bertahan sepanjang malam, mengetahui bahwa Ella aman dan sehat di kamar tidurnya yang hanya berjarak beberapa meter darinya. Setelah meregangkan tubuhnya yang lelah, ia bangkit dan pergi ke kamar mandi. Dalam waktu kurang dari setengah jam, ia sudah mandi dan mengenakan satu handuk besar di pinggangnya ketika ia menyadari bahwa ia membutuhkan pakaian ganti baru dan sebagian besar pakaiannya sudah ada di dalam koper di mobilnya di ruang bawah tanah. Ia telah meninggalkan sekitar lima pasang pakaian di lemari tetapi bagian yang sulit adalah lemari itu terletak di dalam kamar tidur.Jadi, pada akhirnya, ia tidak punya pilihan lain selain menunggu sampai Ella bangun sebelum ia bisa mengambil pakaian barunya. Lagi pula, menyelinap ke kamar tidur saat ia sedang tidur pasti tidak akan mendapatkan kepercayaannya. Ia menemukan jubah mandinya
E L L A S T A N F O R DElla mengalihkan pandangannya ke arah Javier yang cemberut dan menyaksikan dengan frustrasi saat pria itu berjalan ke sisinya dalam hitungan detik. "Aku sedang mencari kruk saya, tetapi aku tidak dapat menemukannya."Amarah terbentuk di alis pria itu. "Aku sudah memberitahumu untuk menungguku."“Aku tidak sepenuhnya tak berdaya, Javier, dan aku tidak ingin diperlakukan seperti bayi. Kurasa aku bisa berjalan ke tempat tidur, jika kau meminjamkan lenganmu.”"Tidak. Aku akan menggendongmu.”"Tapi—""Tidak ada tapi," katanya dengan tegas. Melepaskan napas, Javier menutup matanya sedetik, dan ketika dia membukanya lagi, ekspresinya telah melunak. “Dengar, aku tahu kau dapat melakukannya sendiri. Tapi ini adalah hari pertama kau keluar dari rumah sakit dan tubuhmu perlu menyesuaikan diri. Kau koma dua minggu yang lalu, Nona Stanford. Jadi tolong, tidak ada lagi argumen.”Ella ingin berdebat, akan, tetapi permohonan di mata pria itu membuatnya mengalah. "Baiklah. Aku
"Apa?" tanya Ella, melakukan yang terbaik untuk menghilangkan kabut sensual yang masih mencengkeramnya. Dia mencoba berkonsentrasi untuk bernafas normal lagi yang bukan tugas yang mudah mengingat tubuhnya terasa sesak dan geli dan pikirannya sepertinya berubah menjadi agar-agar. Kerutan mengernyit di wajahnya. "Ada noda di wajahmu dan sekarang sudah hilang," ulangnya, suaranya masih terdengar serak. Jari-jari Ella bergerak ke mulutnya, masih hangat dan basah karena ciumannya, dan dia bisa merasakan rona merah merayapi pipinya. Dia merasa sangat malu karena sebagian dari dirinya ingin merunduk di bawah meja dan bersembunyi sementara sebagian dirinya ingin naik ke pangkuan laki-laki itu dan membuatnya menciumnya sekali lagi. Pada akhirnya ia tidak melakukan keduanya dan memutuskan bahwa kedua reaksi itu tidaklah masuk akal. Javier adalah tunangannya, pasti ia pernah menciumnya seperti ini sebelumnya. Lalu mengapa ia tidak ingat sensasi ciumannya, panasnya sentuhannya, dan betapa bergai
Mengejutkannya Javier justru tertawa terbahak-bahak. “Percayalah padaku, Miss Stanford. Uangku jelas bukanlah nilai plus yang kau khawatirkan."Aku senang kau menganggap hal ini lucu." Ella menggigit bibir bawahnya sejenak sambil memikirkan kata-katanya dengan hati-hati. “Sejujurnya, aku telah mencoba memikirkan alasan mengapa aku setuju berkencan denganmu dan bahkan setuju untuk menikah denganmu meskipun kau adalah bosku, dan aku tidak dapat menemukan penjelasan yang masuk akal. Kemudian aku mencari tentangmu secara online dan mendapatkan informasi tentang kekayaan dan kesuksesanmu. Aku tahu masa kecilku tidak mudah, jadi satu-satunya alasan yang bisa aku simpulkan adalah bahwa aku setuju karena aku lelah hidup berkesusahan dan ingin hidup nyaman.” Gadis itu dengan cepat mengambil segelas anggur dan hampir mengosongkan isinya tatkala menunggu dengan cemas bagaimana Javier akan bereaksi.Alih-alih marah, Javier melepaskan gelas dari jarinya dan meletakkannya di atas meja, kemudian menc