Share

31. Jalan di Tempat

‘Kamu sudah melangkah sejauh ini, Adisti. Jangan sampai gentar.’

Bunyi pintu terbanting yang menggema di ruangan Utari cukup menjelaskan suasana hati lawan Adisti. Bukan hanya karena jam makan siangnya yang terinterupsi, perempuan itu pasti sebal gara-gara rencana busuknya cepat terbongkar.

“Katakan sekali lagi,” pinta Utari yang berdiri di balik meja kerjanya, “apa maksudmu aku menuduhmu menjiplak karya Bu Salma?”

“Lucu rasanya malah aku yang harus menjelaskan, padahal kamu yang menyusun strateginya.” Adisti harus memastikan posisinya unggul. “Kata Mas Biyan, ada seseorang yang menuduh novelku adalah hasil plagiat karya Bu Salma. Dia sampai meminjam bukuku dari Batara untuk membandingkannya.

“Kamu pikir Mas Biyan bakal dibodohi karena ingatannya tentangku hilang?” Suara Adisti seketika meninggi. “Sejak awal, aku mencoba bermain sehat, tapi kamu seenaknya culas.”

Ketegangan mengisi ruangan tersebut selama beberapa menit. Dari ekspresi wajah, kentara Utari tak dapat menyembunyikan keke
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status