Share

36. Puncak Kegelisahan

‘Maaf, Adisti. Setelah hari ini, kamu mungkin bakal sulit menghubungiku.’

Saat mencapai klimaks untuk kali kedua, Biyan membenamkan wajahnya pada lekukan leher Adisti. Cahaya kuning keemasan dari sang surya menimpa kulit tubuhnya yang dibasahi peluh. Sementara di sekitar mereka, buku-buku dari berbagai genre dan penulis menjadi saksi penyatuan yang begitu panas.

“Mas, aku pengin pulang sama kamu,” gumam Adisti yang masih terengah. “Atau kita menetap permanen aja di sini supaya enggak diganggu?”

Tawaran yang sebenarnya menggoda untuk diwujudkan. “Sebentar lagi, ya. Kalau hasil pemeriksaan dengan ayahmu bagus, aku bakal tinggal lagi sama kamu. Untuk Mama, biar nanti yang aku urus.”

Itu artinya, Biyan harus menyiapkan strategi agar Salma tak memboyongnya ke Swiss.

“Mampirlah ke vilaku,” ujar Adisti sambil membereskan pakaiannya. “Kamu bisa bawa laptop buat browsing dan ngumpulin bukti tentang kecelakaan yang menimpa kita dulu.”

Biyan tersenyum samar menanggapinya. Kalaupun bisa, waktuny
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status