Share

33. Melatih Rasa

Saat ciuman itu terjadi, Adisti gelagapan. Tangannya mengibas bebas ke udara sampai berhasil menemukan pundak Biyan untuk bertumpu. Saat itu pula dia enggan membuka mata; takut momen ini hanya mimpi yang bakal lesap saat dirinya terjaga.

Seketika Adisti teringat ciuman pertamanya dengan Biyan. Malam itu, selepas menggelar book talk untuk perilisan ‘More than Yours’, suaminya yang masih berstatus sebagai pacar mengajak candle light dinner. Sebagai permintaan maaf, katanya, karena datang terlambat.

“Aku paham kamu terlambat.” Adisti mengusap punggung tangan Biyan. “Acaraku mulai enggak lama setelah jam pulang kerja. Tadi juga banyak yang datang di segmen terakhir.”

“Tapi, ramai, kan, acaranya?” Gurat kecemasan di wajahnya berangsur memudar. “Aku tadinya mau ajak Mama, cuma bentrok jadwal.”

Meski hubungan mereka baru memasuki usia setahun, Adisti masih kesulitan berinteraksi dengan Salma. Dia maklum seandainya sosok itu sebal terus dibanding-bandingkan dengan penulis muda. Di sisi lain,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status