"Tuan Raves, aku tau Anda memiliki banyak uang sekarang. Kami sedang kesulitan, dan aku cukup paham dengan maksud Anda. Tapi maaf, suamiku tidak mengajarkan aku untuk mengemis apalagi dari seseorang seperti Anda. Terima kasih, simpan uang Anda untuk hal lainnya, jangan sampai mengalami kesulitan seperti kami," ucap Alena panjang lebar. Wajahnya tersenyum seakan tidak ada beban yang sedang dipikulnya.
Kemudian dia membungkuk sopan seperti memperlakukan orang asing. Hati kecil Ezra berbicara.
'Apa kita sudah seasing ini, Alena?'
"Permisi, aku harus pergi sekarang," sambung Alena lalu membalik badan.
"Menurutmu mungkin aku seperti menghina. Tapi, Alena, aku hanya tak tega melihatmu kesulitan." Ezra masih berusaha menahan Alena, tapi gadis itu terus saja menuruni tangga yang membuat Ezra merasa frustasi.
"Alena, aku melakukan ini demi rumah tanggamu. Demi kau dan ... Harry," lanjutnya. Hati lelaki itu sakit mengakui Alena sekarang sudah menjadi istri orang
Alena meremas tangan Harry. Kepalanya mendongak menatap bangunan besar dan mewah yang ada di depan mata. Kediaman keluarga Borisson sangat besar, membuat nyalinya ciut sebelum memasuki istana megah itu. Berkali-kali lipat lebih besar dari istana mereka.Dia merasa sangat kecil berada di bawah anak tangga. Alena menjadi sedikit ragu, apakah pilihannya tepat mengikuti ajakan Harry ke Prancis?"Kau gugup?" bisik Harry di sebelahnya."Hah?" Dia tersadar dari pikiran. "Tidak. Hum ... maksudku, sedikit," lanjut Alena.Tugasnya ke sini untuk menemani Harry. Alena tidak akan lemah di depan suami yang dicintainya itu."Kalau begitu, mari kita masuk."Harry sendiri sudah merasa asing dengan rumah tempatnya dibesarkan itu. Dia tak pernah mendapat kasih sayang sejak kecil di sana. Tak ada rumah yang lebih hangat daripada miliknya bersama Alena dan Zoe.Di tangga paling atas mereka disambut banyak pelayan. Tuan Borisson dan
"Tuan Harry, test akan segera dimulai. Anda sudah siap?"Dua dokter datang menyapa Harry. Ada Harel kecil juga bersama dengan mereka, yang hanya menunduk ketakutan ketika bertemu muka dengannya. Harry menjauhkan matanya dari anak itu untuk tidak membuatnya takut.Bagaimana pun, Harel adalah anak kakaknya. Anak itu tidak bersalah, dia hanya korban dari obsesi ibunya yang menginginkan Harry. Di dalam hatinya pun Harry cukup menyayangi Harel sebagai keponakan, tapi terpaksa dia abaikan perasaan itu demi meyakinkan semua orang bahwa Harry bukan lah ayah dari anak itu."Tunggu lah di sini. Jika Serena mengganggumu, jangan pedulikan perkataannya, oke." Harry mengecup kening Alena."Memangnya kau pikir aku lemah? Tak sia-sia aku jadi istri Harry Borisson, aku sudah cukup terlatih, Tuan Muda," sahut Alena, sengaja memanggilnya seperti itu untuk membuat Harry tertawa.Dokter di depan mereka ikut tersenyum melihat betapa romantis hubungan suami istri itu. L
Seluruh anggota keluarga sedang berkumpul di ruangan itu kecuali Harry. Tuan Borisson berada di single sofa yang selalu menjadi tempat duduknya, sedangkan Amanda ditemani Serena berdampingan di sebuah sofa lainnya. Hanya Alena yang duduk terpisah dan jauh dari tiga anggota lainnya, dan di sebelahnya juga duduk dua dokter yang kemarin melakukan test."Di mana Harry?" tanya Tuan Borisson, entah pada siapa pertanyaan itu dia tujukan yang pasti seluruh mata kini terarah pada Alena.Dia diam. Bahkan Alena sendiri tidak tahu ke mana pergi suaminya. Harry hanya mengatakan akan keluar tanpa menjelaskan tujuannya."Alena, di mana Harry?" Amanda mengulangi pertanyaan itu.Alena berdehem sebelum menjawab. "Harry bilang ada pekerjaan mendadak, Mama Mertua," sahutnya.Tuan Borisson mendengus menandakan tak senang Alena menyebut Amanda mama mertua. Serena pun tersenyum merendahkan."Bukannya dia suamimu? Bagaimana kau mengurusnya selama ini? Bahkan
Mendengarnya, Harry hanya tertawa kecil. Tidak ada tatapan teduh seorang putra untuk ayahnya. Dia melihat Tuan Borisson seperti seorang rentenir yang meminta upah dari semua yang sudah dia berikan."Aku tidak main-main. Semua kata yang keluar dari mulutku adalah sebenarnya!" Tuan Borisson menegaskan lagi.Mungkin dia berpikir Harry akan segera meminta maaf dan berlutut di hadapannya, tapi faktanya tidak. Harry mengangkat wajahnya tanpa sedikit pun merasa gentar."Jangan merendahkanku dengan ancaman seperti itu, Tuan Borisson. Jika Anda menganggapku anak dan mengikuti perkembanganku, aku pikir Anda juga tau seperti apa aku. Aku tak akan membiarkan siapa pun menyentuh milikku, apalagi merebutnya paksa. Tapi ... jika Anda meragukan siapa aku, silakan Anda coba." Matanya dingin bagaikan elang yang siap menerkam mangsa."Harry!"Amanda berlari mengejar putranya. Dia tahu di rumah ini akan ada perang yang sangat besar sebab Harry berani menantang u
Mata Alena terasa panas. Dia terluka atas perkataan Harry yang menganggapnya tidak bisa menerima kemiskinan. Alena sendiri juga tidak pernah meragukan kemampuan Harry. Hanya saja, saat ini karir Harry di ambang kehancuran dan itu oleh karena keberadaannya."Harry, kau salah paham. Aku tidak seperti yang kau pikirkan." Wajah sedih itu menunduk, matanya berkedip beberapa kali untuk mencegah cairan bening keluar dari sana."Maaf, mungkin caraku salah. Tapi sejujurnya aku tak tega melihat kau dalam kesulitan ini," lanjutnya lagi.Hati Harry yang sempat kesal oleh permintaan istrinya kembali luluh. Dia dengan cepat menarik gadis itu ke dalam pelukan."Maafkan aku, Alen. Maafkan aku," ucap Harry tulus. Perasaan bersalah di dalam dadanya membuat lelaki itu terus memohon maaf.Alena terisak, merasa sangat bersalah membuat suaminya marah. Tapi, dia sendiri juga tak tega melihat Harry dalam kesulitan ini.Untuk beberapa saat mereka terdiam dalam peluk
Matanya bengkak, wajahnya sembab sebab hanya menangis sejak siang tadi. Alena duduk di depan meja rias menatap diri sendiri.Ah ... mungkin memang dia yang terlalu cepat mengambil keputusan, tanpa memikirkan akibat dari perkataannya. Alena menyesal tidak lebih dulu berdiskusi dengan suaminya.Ketika Harry kembali dari kantor, dia menemukan istrinya terlihat sangat lemah. Seperti sedang dalam masa fustasi mendalam. Harry mendekatinya dan meraba pundak Alena."Ada apa? Ada sesuatu yang mengganggumu, Alen?" tanya Harry lembut.Tanpa dia tanya pun, Harry paham bahwa Alena juga ikut terimbas atas kebangkrutannya. Hatinya tak tega melihat istri kesayangannya itu merasakan semua ini."Tidak. Aku hanya rindu mamaku," jawab Alena berbohong.Tidak harus Harry tanyakan apakah dia hanya menutupi kesedihan, lelaki itu sudah tahu jawabannya."Harry, besok aku ingin berkunjung ke rumah keluargaku," katanya lagi.Sudah menjadi kebias
Pintu ruang kerja Harry terbuka dan tampak Lukas datang dari luar sana."Tuan, seseorang ingin bertemu dengan Anda," ucapnya.Lelaki yang sejak tadi sibuk dengan pekerjaannya lantas mengangkat wajah."Siapa yang datang menemuiku?""Itu putra keluarga Raves. Mereka bilang ada perlu dengan Anda."Putra keluarga Raves?Harry mengingat itu adalah Ezra, lelaki yang menjadi suami dari Felisha, kakak tiri Alena. Lantas, Harry keluar dari ruang kerjanya yang langsung menuju ruangan lain. Ruangan itu khusus untuk menyambut rekan bisnis, yang membuat Harry semakin penasaran."Kenapa di sini, Lukas?""Mereka bilang, mereka ingin membahas pekerjaan dengan Anda, Tuan."Harry mendengus kecil. Dua minggu yang lalu dia sudah membuat permohonan ke Raves Grup untuk meminta investasi, tapi Tuan Raves menolaknya dengan alasan tidak berani mendahuli keluarga Borisson. Lantas, apa lagi tujuan putra keluarga itu datang ke sini?&
"Aku nggak akan pergi sebelum kau mengubah keputusan itu," sahut Alena.Matanya sudah berkaca-kaca. Alena menyesal dengan sangat berani memasuki ruangan ini dengan Ezra yang masih ada di dalamnya. Secara tidak langsung, dia sudah mencampuri pekerjaan suaminya."Alen, please."Harry menutup matanya, menahan amarah untuk tidak segera meluap. Tapi Alena hanya menggeleng.Sekian tahun mereka menikah, Alena selalu patuh pada semua perkataan suaminya. Dia mempercayai segala yang Harry putuskan adalah benar, sebab memang kepercayaannya itu tidak lah salah. Tapi kali ini, Alena melihat Harry sudah mengambil keputusan yang salah yang akan membuat dirinya sendiri terperosok.Alena tidak bisa diam saja. Dia tidak akan membiarkan Harry berlarut dalam kesulitan ini."Maaf, sepertinya kedatangan kami membuat gaduh rumah tangga ini."Kini Ezra yang berbicara. Lelaki itu lantas berdiri dengan mata yang menatap Harry seperti merendahkan."K