Seluruh anggota keluarga sedang berkumpul di ruangan itu kecuali Harry. Tuan Borisson berada di single sofa yang selalu menjadi tempat duduknya, sedangkan Amanda ditemani Serena berdampingan di sebuah sofa lainnya. Hanya Alena yang duduk terpisah dan jauh dari tiga anggota lainnya, dan di sebelahnya juga duduk dua dokter yang kemarin melakukan test.
"Di mana Harry?" tanya Tuan Borisson, entah pada siapa pertanyaan itu dia tujukan yang pasti seluruh mata kini terarah pada Alena.
Dia diam. Bahkan Alena sendiri tidak tahu ke mana pergi suaminya. Harry hanya mengatakan akan keluar tanpa menjelaskan tujuannya.
"Alena, di mana Harry?" Amanda mengulangi pertanyaan itu.
Alena berdehem sebelum menjawab. "Harry bilang ada pekerjaan mendadak, Mama Mertua," sahutnya.
Tuan Borisson mendengus menandakan tak senang Alena menyebut Amanda mama mertua. Serena pun tersenyum merendahkan.
"Bukannya dia suamimu? Bagaimana kau mengurusnya selama ini? Bahkan
Mendengarnya, Harry hanya tertawa kecil. Tidak ada tatapan teduh seorang putra untuk ayahnya. Dia melihat Tuan Borisson seperti seorang rentenir yang meminta upah dari semua yang sudah dia berikan."Aku tidak main-main. Semua kata yang keluar dari mulutku adalah sebenarnya!" Tuan Borisson menegaskan lagi.Mungkin dia berpikir Harry akan segera meminta maaf dan berlutut di hadapannya, tapi faktanya tidak. Harry mengangkat wajahnya tanpa sedikit pun merasa gentar."Jangan merendahkanku dengan ancaman seperti itu, Tuan Borisson. Jika Anda menganggapku anak dan mengikuti perkembanganku, aku pikir Anda juga tau seperti apa aku. Aku tak akan membiarkan siapa pun menyentuh milikku, apalagi merebutnya paksa. Tapi ... jika Anda meragukan siapa aku, silakan Anda coba." Matanya dingin bagaikan elang yang siap menerkam mangsa."Harry!"Amanda berlari mengejar putranya. Dia tahu di rumah ini akan ada perang yang sangat besar sebab Harry berani menantang u
Mata Alena terasa panas. Dia terluka atas perkataan Harry yang menganggapnya tidak bisa menerima kemiskinan. Alena sendiri juga tidak pernah meragukan kemampuan Harry. Hanya saja, saat ini karir Harry di ambang kehancuran dan itu oleh karena keberadaannya."Harry, kau salah paham. Aku tidak seperti yang kau pikirkan." Wajah sedih itu menunduk, matanya berkedip beberapa kali untuk mencegah cairan bening keluar dari sana."Maaf, mungkin caraku salah. Tapi sejujurnya aku tak tega melihat kau dalam kesulitan ini," lanjutnya lagi.Hati Harry yang sempat kesal oleh permintaan istrinya kembali luluh. Dia dengan cepat menarik gadis itu ke dalam pelukan."Maafkan aku, Alen. Maafkan aku," ucap Harry tulus. Perasaan bersalah di dalam dadanya membuat lelaki itu terus memohon maaf.Alena terisak, merasa sangat bersalah membuat suaminya marah. Tapi, dia sendiri juga tak tega melihat Harry dalam kesulitan ini.Untuk beberapa saat mereka terdiam dalam peluk
Matanya bengkak, wajahnya sembab sebab hanya menangis sejak siang tadi. Alena duduk di depan meja rias menatap diri sendiri.Ah ... mungkin memang dia yang terlalu cepat mengambil keputusan, tanpa memikirkan akibat dari perkataannya. Alena menyesal tidak lebih dulu berdiskusi dengan suaminya.Ketika Harry kembali dari kantor, dia menemukan istrinya terlihat sangat lemah. Seperti sedang dalam masa fustasi mendalam. Harry mendekatinya dan meraba pundak Alena."Ada apa? Ada sesuatu yang mengganggumu, Alen?" tanya Harry lembut.Tanpa dia tanya pun, Harry paham bahwa Alena juga ikut terimbas atas kebangkrutannya. Hatinya tak tega melihat istri kesayangannya itu merasakan semua ini."Tidak. Aku hanya rindu mamaku," jawab Alena berbohong.Tidak harus Harry tanyakan apakah dia hanya menutupi kesedihan, lelaki itu sudah tahu jawabannya."Harry, besok aku ingin berkunjung ke rumah keluargaku," katanya lagi.Sudah menjadi kebias
Pintu ruang kerja Harry terbuka dan tampak Lukas datang dari luar sana."Tuan, seseorang ingin bertemu dengan Anda," ucapnya.Lelaki yang sejak tadi sibuk dengan pekerjaannya lantas mengangkat wajah."Siapa yang datang menemuiku?""Itu putra keluarga Raves. Mereka bilang ada perlu dengan Anda."Putra keluarga Raves?Harry mengingat itu adalah Ezra, lelaki yang menjadi suami dari Felisha, kakak tiri Alena. Lantas, Harry keluar dari ruang kerjanya yang langsung menuju ruangan lain. Ruangan itu khusus untuk menyambut rekan bisnis, yang membuat Harry semakin penasaran."Kenapa di sini, Lukas?""Mereka bilang, mereka ingin membahas pekerjaan dengan Anda, Tuan."Harry mendengus kecil. Dua minggu yang lalu dia sudah membuat permohonan ke Raves Grup untuk meminta investasi, tapi Tuan Raves menolaknya dengan alasan tidak berani mendahuli keluarga Borisson. Lantas, apa lagi tujuan putra keluarga itu datang ke sini?&
"Aku nggak akan pergi sebelum kau mengubah keputusan itu," sahut Alena.Matanya sudah berkaca-kaca. Alena menyesal dengan sangat berani memasuki ruangan ini dengan Ezra yang masih ada di dalamnya. Secara tidak langsung, dia sudah mencampuri pekerjaan suaminya."Alen, please."Harry menutup matanya, menahan amarah untuk tidak segera meluap. Tapi Alena hanya menggeleng.Sekian tahun mereka menikah, Alena selalu patuh pada semua perkataan suaminya. Dia mempercayai segala yang Harry putuskan adalah benar, sebab memang kepercayaannya itu tidak lah salah. Tapi kali ini, Alena melihat Harry sudah mengambil keputusan yang salah yang akan membuat dirinya sendiri terperosok.Alena tidak bisa diam saja. Dia tidak akan membiarkan Harry berlarut dalam kesulitan ini."Maaf, sepertinya kedatangan kami membuat gaduh rumah tangga ini."Kini Ezra yang berbicara. Lelaki itu lantas berdiri dengan mata yang menatap Harry seperti merendahkan."K
"Kau ingin seperti itu?"Sorot mata Harry jadi dingin tanpa ekspresi. Tatapan lembut dan hangat yang selalu dia tujukan pada Alena seakan menghilang dari sana. Entah ke mana dia sembunyikan tatapan penuh cinta itu, atau mungkinkah sudah hilang dalam sekejap mata oleh perkataan Alena yang menyakitinya?"Baik. Jika kau sangat ingin seperti itu, maka kuserahkan segala keputusan padamu." Harry berkata lagi.Alena tidak memahami maksud ucapan suaminya. Entah dia ingin melepaskan Alena atau menerima kontrak dari Ezra, dia tak mengatakannya. Dan belum sempat Alena menanyakan apa arti kalimat itu, dia sudah pergi meninggalkan Alena di ruangan itu.'Apakah artinya dia menyerah untukku? Dia melepaskanku?' Hati Alena bertanya-tanya.Kedua kaki gadis itu melemah seketika dia memikirkan hal yang sangat menakutkan. Berat tubuhnya tak lagi mampu ditahan oleh tungkai kecilnya. Alena terduduk di atas lantai tepat di sebelah tetesan darah Harry.H
Demi tidak kembali menjadi miskin? Harry sangat marah setiap kali mengingat perkataan Alena tadi malam. Meski dia sangat mabuk, semua kalimat yang dikatakan oleh istrinya terekam jelas di pikiran lelaki itu."Lukas," panggil Harry.Pria tua yang sangat setia itu lantas mendekat ke depan tuannya."Saya di sini, Tuan.""Atur pertemuan dengan Ezra Raves."Harry akan mengikuti perkataan Alena. Dia akan bekerja sama dengan lelaki sombong nan angkuh itu demi menyenangkan hati istrinya. Dia terlalu lemah menghadapi Alena yang tidak memiliki rasa percaya pada suaminya."Baik, Tuan, akan aku laksanakan." Lukas mengangguk paham.Ketika pria tua itu akan beranjak menuju pintu keluar, kembali Harry memanggilnya."Lukas, tentang hasil lab Harel, bawa itu padaku."Wajah Lukas menjadi ceria mendengar permintaan Harry. Dia lalu menjawab penuh semangat."Baik, Tuan. Aku akan segera mengambilnya."Untunglah ... L
"Paman Luke, di mana Harry?"Sejak tadi Alena menghubungi ponsel Harry tetap lelaki itu tidak mengangkat panggilannya. Perasaan khawatir merasuki Alena begitu saja dan segera menghubungi Lukas untuk tahu keberadaan suaminya."Tuan sedang bertemu dengan Ezra Raves. Ada hal penting, Nona Alena?" tanya Lukas dari ujung sana.Terkadang Luka masih memanggilnya seperti itu, dan terkadang menggunakan sebutan nyonya. Sesuka hati mana yang lebih dulu keluar dari mulutnya."Ezra Raves?" ulang Alena memastikan dan langsung mendapat jawaban konfirmasi dari Lukas."Harry menerima kontrak yang ditawarkan Ezra Raves, begitukah, Paman?" tanyanya.Tapi jawaban dari ujung sana mengatakan bahwa Lukas tidak tahu benar apa yang dibahas di dalam ruangan itu. Harry memerintahkannya berjaga di luar saja."Oh begitu. Terima kasih, Paman Luke. Aku akan menghubungi Harry setelahnya."Dia memutus panggilan dan duduk di atas sofa. Alena memikir