Matanya bengkak, wajahnya sembab sebab hanya menangis sejak siang tadi. Alena duduk di depan meja rias menatap diri sendiri.
Ah ... mungkin memang dia yang terlalu cepat mengambil keputusan, tanpa memikirkan akibat dari perkataannya. Alena menyesal tidak lebih dulu berdiskusi dengan suaminya.
Ketika Harry kembali dari kantor, dia menemukan istrinya terlihat sangat lemah. Seperti sedang dalam masa fustasi mendalam. Harry mendekatinya dan meraba pundak Alena.
"Ada apa? Ada sesuatu yang mengganggumu, Alen?" tanya Harry lembut.
Tanpa dia tanya pun, Harry paham bahwa Alena juga ikut terimbas atas kebangkrutannya. Hatinya tak tega melihat istri kesayangannya itu merasakan semua ini.
"Tidak. Aku hanya rindu mamaku," jawab Alena berbohong.
Tidak harus Harry tanyakan apakah dia hanya menutupi kesedihan, lelaki itu sudah tahu jawabannya.
"Harry, besok aku ingin berkunjung ke rumah keluargaku," katanya lagi.
Sudah menjadi kebias
Pintu ruang kerja Harry terbuka dan tampak Lukas datang dari luar sana."Tuan, seseorang ingin bertemu dengan Anda," ucapnya.Lelaki yang sejak tadi sibuk dengan pekerjaannya lantas mengangkat wajah."Siapa yang datang menemuiku?""Itu putra keluarga Raves. Mereka bilang ada perlu dengan Anda."Putra keluarga Raves?Harry mengingat itu adalah Ezra, lelaki yang menjadi suami dari Felisha, kakak tiri Alena. Lantas, Harry keluar dari ruang kerjanya yang langsung menuju ruangan lain. Ruangan itu khusus untuk menyambut rekan bisnis, yang membuat Harry semakin penasaran."Kenapa di sini, Lukas?""Mereka bilang, mereka ingin membahas pekerjaan dengan Anda, Tuan."Harry mendengus kecil. Dua minggu yang lalu dia sudah membuat permohonan ke Raves Grup untuk meminta investasi, tapi Tuan Raves menolaknya dengan alasan tidak berani mendahuli keluarga Borisson. Lantas, apa lagi tujuan putra keluarga itu datang ke sini?&
"Aku nggak akan pergi sebelum kau mengubah keputusan itu," sahut Alena.Matanya sudah berkaca-kaca. Alena menyesal dengan sangat berani memasuki ruangan ini dengan Ezra yang masih ada di dalamnya. Secara tidak langsung, dia sudah mencampuri pekerjaan suaminya."Alen, please."Harry menutup matanya, menahan amarah untuk tidak segera meluap. Tapi Alena hanya menggeleng.Sekian tahun mereka menikah, Alena selalu patuh pada semua perkataan suaminya. Dia mempercayai segala yang Harry putuskan adalah benar, sebab memang kepercayaannya itu tidak lah salah. Tapi kali ini, Alena melihat Harry sudah mengambil keputusan yang salah yang akan membuat dirinya sendiri terperosok.Alena tidak bisa diam saja. Dia tidak akan membiarkan Harry berlarut dalam kesulitan ini."Maaf, sepertinya kedatangan kami membuat gaduh rumah tangga ini."Kini Ezra yang berbicara. Lelaki itu lantas berdiri dengan mata yang menatap Harry seperti merendahkan."K
"Kau ingin seperti itu?"Sorot mata Harry jadi dingin tanpa ekspresi. Tatapan lembut dan hangat yang selalu dia tujukan pada Alena seakan menghilang dari sana. Entah ke mana dia sembunyikan tatapan penuh cinta itu, atau mungkinkah sudah hilang dalam sekejap mata oleh perkataan Alena yang menyakitinya?"Baik. Jika kau sangat ingin seperti itu, maka kuserahkan segala keputusan padamu." Harry berkata lagi.Alena tidak memahami maksud ucapan suaminya. Entah dia ingin melepaskan Alena atau menerima kontrak dari Ezra, dia tak mengatakannya. Dan belum sempat Alena menanyakan apa arti kalimat itu, dia sudah pergi meninggalkan Alena di ruangan itu.'Apakah artinya dia menyerah untukku? Dia melepaskanku?' Hati Alena bertanya-tanya.Kedua kaki gadis itu melemah seketika dia memikirkan hal yang sangat menakutkan. Berat tubuhnya tak lagi mampu ditahan oleh tungkai kecilnya. Alena terduduk di atas lantai tepat di sebelah tetesan darah Harry.H
Demi tidak kembali menjadi miskin? Harry sangat marah setiap kali mengingat perkataan Alena tadi malam. Meski dia sangat mabuk, semua kalimat yang dikatakan oleh istrinya terekam jelas di pikiran lelaki itu."Lukas," panggil Harry.Pria tua yang sangat setia itu lantas mendekat ke depan tuannya."Saya di sini, Tuan.""Atur pertemuan dengan Ezra Raves."Harry akan mengikuti perkataan Alena. Dia akan bekerja sama dengan lelaki sombong nan angkuh itu demi menyenangkan hati istrinya. Dia terlalu lemah menghadapi Alena yang tidak memiliki rasa percaya pada suaminya."Baik, Tuan, akan aku laksanakan." Lukas mengangguk paham.Ketika pria tua itu akan beranjak menuju pintu keluar, kembali Harry memanggilnya."Lukas, tentang hasil lab Harel, bawa itu padaku."Wajah Lukas menjadi ceria mendengar permintaan Harry. Dia lalu menjawab penuh semangat."Baik, Tuan. Aku akan segera mengambilnya."Untunglah ... L
"Paman Luke, di mana Harry?"Sejak tadi Alena menghubungi ponsel Harry tetap lelaki itu tidak mengangkat panggilannya. Perasaan khawatir merasuki Alena begitu saja dan segera menghubungi Lukas untuk tahu keberadaan suaminya."Tuan sedang bertemu dengan Ezra Raves. Ada hal penting, Nona Alena?" tanya Lukas dari ujung sana.Terkadang Luka masih memanggilnya seperti itu, dan terkadang menggunakan sebutan nyonya. Sesuka hati mana yang lebih dulu keluar dari mulutnya."Ezra Raves?" ulang Alena memastikan dan langsung mendapat jawaban konfirmasi dari Lukas."Harry menerima kontrak yang ditawarkan Ezra Raves, begitukah, Paman?" tanyanya.Tapi jawaban dari ujung sana mengatakan bahwa Lukas tidak tahu benar apa yang dibahas di dalam ruangan itu. Harry memerintahkannya berjaga di luar saja."Oh begitu. Terima kasih, Paman Luke. Aku akan menghubungi Harry setelahnya."Dia memutus panggilan dan duduk di atas sofa. Alena memikir
Balkon kamar itu sudah disulap seperti bar terbuka di tepi lautan. Lampu led berwarna warni dipasang di setiap sudut, sedang penerangan dari lampu utama dipadamkan. Jika di halaman depan ada kolam luas, tempat itu pasti sudah terlihat seperti pantai di malam hari.Alena menuangkan minuman ke dalam gelas kristal dan menyerahkannya pada Harry.Dia tidak tersinggung. Ketika Harry mengangkatnya pindah ke pangkuan lelaki itu, Alena sama sekali tak merasa direndahkan. Dia adalah istrinya dan wajar diperlakukan sedemikian rupa.Lagian, bukankah Alen sendiri yang meminta Harry untuk tidak pergi? Demi menjaga suaminya tak salah jalan, Alena tak mengapa melakukannya untuk Harry."Mau ditambah lagi?" tanya Alena, menatap wajah suaminya dengan seulas senyum di bibir.Harry pikir Alena akan kesal, marah, berapi-api karena dia diperlakukan seperti wanita bar. Tapi ternyata gadis itu justru bergerak nyaman di pangkuannya. Alena bahkan melingkarkan tangan di leher suam
Ponsel di meja kerja Harry berdering dan memunculkan nama seseorang di sana. Nama yang sangat malas bahkan untuk sekedar membacanya. Dia mengabaikan telepon itu dan melanjutkan beberapa pekerjaan yang masuk ke layar monitor.Tiga kali panggilan itu dia abaikan sampai sebuah pesan dikirimkan. Harry hanya melirik teks pendek di layar ponselnya.Serena :Aku sudah dengar tentang perusahaanmu. Harry, biar kuberitahu bahwa aku melihat rahasia perusahaanmu yang hilang.Lelaki itu bergegas meraih ponselnya dan melakukan panggilan. Sebuah suara menjawabnya dari balik sana."Halo, Harry, jika kau ingin mendengar tentang itu, datang ke rumahku sekarang. Aku menunggumu, oke."Panggilan terputus sebelum Harry mengucapkan sepatah kata pun. Dia lantas berdiri untuk menemui perempuan itu. Serena.Kenapa rahasia perusahaannya ada di tangan Serena? Harry sangat marah sampai tak sadar memacu mobilnya dengan kecepatan yang sangat tinggi.Seakan dia
Bibir Serena gemetar mendengar pengakuan Harry. Matanya yang tadi hanya berpura menangis, kini mengeluarkan air mata sungguhan. Dia tak bergeming. Kepalanya memutar setiap kata yang Harry katakan padanya."Kau masih ingin berpura-pura? Jika aku memberikan hasil test itu pada keluarga, apa yang akan kau lakukan, Serena?"Sebuah senyum miring terukir di sudut bibir Harry, menikam Serena sampai ke tulang rusuknya."Kau ... kau tak boleh melakukannya. Aku ... aku tak akan membiarkan keluargamu menarik semua aset yang ada padaku."Ternyata semua ini demi aset peninggalan Harel. Serena memperalat Harry karena dia sudah tahu bahwa putranya tak mungkin bisa hidup lebih lama lagi. Jika Harel kecil berumur pendek, aset peninggalan itu seluruhnya akan kembali ke tangan keluarga Borisson. Ya, aset Harel masih di bawah nama Tuan Borisson, tidak seperti Harry yang membangun bisnisnya dengan sendiri."Kau takut? Kau tak siap mengembalikan aset peninggalan