"Paman Luke, di mana Harry?"
Sejak tadi Alena menghubungi ponsel Harry tetap lelaki itu tidak mengangkat panggilannya. Perasaan khawatir merasuki Alena begitu saja dan segera menghubungi Lukas untuk tahu keberadaan suaminya.
"Tuan sedang bertemu dengan Ezra Raves. Ada hal penting, Nona Alena?" tanya Lukas dari ujung sana.
Terkadang Luka masih memanggilnya seperti itu, dan terkadang menggunakan sebutan nyonya. Sesuka hati mana yang lebih dulu keluar dari mulutnya.
"Ezra Raves?" ulang Alena memastikan dan langsung mendapat jawaban konfirmasi dari Lukas.
"Harry menerima kontrak yang ditawarkan Ezra Raves, begitukah, Paman?" tanyanya.
Tapi jawaban dari ujung sana mengatakan bahwa Lukas tidak tahu benar apa yang dibahas di dalam ruangan itu. Harry memerintahkannya berjaga di luar saja.
"Oh begitu. Terima kasih, Paman Luke. Aku akan menghubungi Harry setelahnya."
Dia memutus panggilan dan duduk di atas sofa. Alena memikir
Balkon kamar itu sudah disulap seperti bar terbuka di tepi lautan. Lampu led berwarna warni dipasang di setiap sudut, sedang penerangan dari lampu utama dipadamkan. Jika di halaman depan ada kolam luas, tempat itu pasti sudah terlihat seperti pantai di malam hari.Alena menuangkan minuman ke dalam gelas kristal dan menyerahkannya pada Harry.Dia tidak tersinggung. Ketika Harry mengangkatnya pindah ke pangkuan lelaki itu, Alena sama sekali tak merasa direndahkan. Dia adalah istrinya dan wajar diperlakukan sedemikian rupa.Lagian, bukankah Alen sendiri yang meminta Harry untuk tidak pergi? Demi menjaga suaminya tak salah jalan, Alena tak mengapa melakukannya untuk Harry."Mau ditambah lagi?" tanya Alena, menatap wajah suaminya dengan seulas senyum di bibir.Harry pikir Alena akan kesal, marah, berapi-api karena dia diperlakukan seperti wanita bar. Tapi ternyata gadis itu justru bergerak nyaman di pangkuannya. Alena bahkan melingkarkan tangan di leher suam
Ponsel di meja kerja Harry berdering dan memunculkan nama seseorang di sana. Nama yang sangat malas bahkan untuk sekedar membacanya. Dia mengabaikan telepon itu dan melanjutkan beberapa pekerjaan yang masuk ke layar monitor.Tiga kali panggilan itu dia abaikan sampai sebuah pesan dikirimkan. Harry hanya melirik teks pendek di layar ponselnya.Serena :Aku sudah dengar tentang perusahaanmu. Harry, biar kuberitahu bahwa aku melihat rahasia perusahaanmu yang hilang.Lelaki itu bergegas meraih ponselnya dan melakukan panggilan. Sebuah suara menjawabnya dari balik sana."Halo, Harry, jika kau ingin mendengar tentang itu, datang ke rumahku sekarang. Aku menunggumu, oke."Panggilan terputus sebelum Harry mengucapkan sepatah kata pun. Dia lantas berdiri untuk menemui perempuan itu. Serena.Kenapa rahasia perusahaannya ada di tangan Serena? Harry sangat marah sampai tak sadar memacu mobilnya dengan kecepatan yang sangat tinggi.Seakan dia
Bibir Serena gemetar mendengar pengakuan Harry. Matanya yang tadi hanya berpura menangis, kini mengeluarkan air mata sungguhan. Dia tak bergeming. Kepalanya memutar setiap kata yang Harry katakan padanya."Kau masih ingin berpura-pura? Jika aku memberikan hasil test itu pada keluarga, apa yang akan kau lakukan, Serena?"Sebuah senyum miring terukir di sudut bibir Harry, menikam Serena sampai ke tulang rusuknya."Kau ... kau tak boleh melakukannya. Aku ... aku tak akan membiarkan keluargamu menarik semua aset yang ada padaku."Ternyata semua ini demi aset peninggalan Harel. Serena memperalat Harry karena dia sudah tahu bahwa putranya tak mungkin bisa hidup lebih lama lagi. Jika Harel kecil berumur pendek, aset peninggalan itu seluruhnya akan kembali ke tangan keluarga Borisson. Ya, aset Harel masih di bawah nama Tuan Borisson, tidak seperti Harry yang membangun bisnisnya dengan sendiri."Kau takut? Kau tak siap mengembalikan aset peninggalan
Hai, Kakak semua... berhubung hari ini 29 Mei, tepat 2 bulan Harry-Alena menemani kita di platfrom GoodNovel, author mau bagikan hadiah 2000 koin untuk 20 pembaca yang beruntung (masing-masing 100c / 1 pembaca.) Bagaimana cara memenangkannya? Yuk simak sampai selesai, ya. 😍 Sebenarnya, ini untuk ucapan terima kasih dari author bagi pembaca yang selalu menunggu update terbaru. Author ingin berbagi koin buat kakak melanjutkan baca bab terbaru yang akan dirilis. Silakan ikuti ketentuan di bawah ini, ya. 1. Berikan ulasan novel ini bintang 5 di aplikasi Goodnovel. 2. Follow author di i.g; @butiran_debugn dan goodnovelindonesia. 3. Kirimkan screenshort bukti pembelian bab berbayar ke DM/Messenger. (Minimal Season 1 lengkap, dan utamakan Season 2 juga, sampai bab update terakhir) Nah, buat kakak yang udah baca sampai ke Season 2, silakan langsung kirimkan ke DM ya. Kita akan pilih 20 orang tercep
Harry tersenyum penuh arti ketika mengenakan pakaian terakhirnya. Matanya masih tertuju pada Alena yang juga sedang merapikan dress di kursi kerja Harry. Bibir gadis itu sedikit mengerucut, berpura marah dengan ulah suaminya."Kau harus membayar banyak untuk ini, Harry. Lihat, pakaianku menjadi kusut." Dia merapikan rambutnya dengan jari."Benarkah?" Lantas Harry menarik Alena ke dalam pelukan. Lelaki itu memang tak pernah puas pada tubuh istri yang sangat dia cintai. "Hm ... kalau begitu, aku harus mengulanginya agar pembalasanmu nanti lebih sempurna," bisiknya, menggigit pelan daun telinga Alena.Menggeliat geli, Alena menahan kepala Harry untuk tidak lebih masuk ke ceruk lehernya."Dasar otak mesum!""Siapa yang bisa melarangku mesum pada istri sendiri? Aku bebas melakukannya denganmu."Oh ... bukan begitu maksud Alena. Tentu saja Harry bebas melakukannya, tapi sedikit tahu tempat lah setidaknya. Ini di kantor, dan bukan di ruangan
Alena mematung. Dia tak mengerti apa yang tengah dikatakan oleh Ezra. Bukankah tujuan mereka untuk membahas perihal kerja sama? Kenapa juga Ezra mengatakan hal seperti itu?Sedikit tersenyum, Alena meraih air di atas meja. Dia meneguknya sedikit untuk melancarkan tenggorokan yang terasa kering."Tak apa, Ez, terkadang kita memang harus menyesali suatu hal, di masa mendatang," jawabnya, meletakkan lagi gelas ke atas meja.Ezra menunjukkan wajah sendu, tak puas dengan jawaban Alena."Alena ..." panggil Ezra. Tangan lelaki itu bergerak menuju tangan Alena yang terletak di atas meja. Tapi baru saja Ezra akan menyentuh ujuang jarinya, Alena sudah menarik tangan itu lebih dulu. Dia pura-pura meraih gelas lagi dan minum dari sana."Kupikir tujuan kita bertemu untuk membahas tentang kontrak. Erza, kita sudah berkahir, kita sudah memiliki kehidupan masing-masing. Tak baik membahas sesuatu yang sudah berlalu," katanya. "Dan ya, aku sudah memaafkanmu. Jodoh t
"Kau masih lama?"Alena berbicara dengan Harry di telepon. Kepalanya miring ke kiri untuk menahan ponsel itu tetap di antara telinga dan pundaknya, sedang kedua tangannya sibuk memasukkan beberapa keperluan Zoe ke dalam tas."Tidak, aku sudah dijalan," sahut Harry di ujung sana.Hari ini Alena mengajak Harry menginap di rumah mungil yang ada di tengah hutan, belakang istana. Ini salah satu kebiasaan mereka menikmati akhir pekan. Alena suka menginap di sana untuk mengenang pertama kalinya Harry berkata akan meluluhkan hatinya."Baiklah. Aku dan Zoe lebih dulu ke hutan. Kau susul kami nanti, oke," ucapnya sebelum mengakhiri panggilan itu.Setelah membereskan semua keperluan yang mereka butuhkan, Alena mengajak dua pelayan membantunya membawa Zoe dan peralatannya. Mereka memasuki hutan dengan off road yang tidak perlu memakan waktu lama tiba di sana.Langit mulai berwarna jingga pertanda petang akan berkahir. Alena membuatkan makan malam kesuka
Ezra Raves sangat putus asa mengingat perbincangannya dan Alena tempo hari. Hatinya marah, kesal, sakit, bercampur baur dan membuatnya ingin segera menghancurkan Harry. Kedua tangan saling mengepal ketika dia mengingat setiap kata yang Alena ucapkan selalu memuji pernikahannya."Apa yang membuatmu berubah, Alena? Dulu kita saling mencintai," gumamnya. Dia sangat frustasi jika mengingat kenangan yang dia lalui bersama Alena.Kenapa Ezra sangat bodoh tak mendengarkan penjelasan Alena, justru lebih percaya pada Felisha. Ezra menyesali setiap keputusan yang dia ambil.Pintu kamarnya terbuka dan Ezra melihat Felisha di ambang pintu. Mereka memang tidur di kamar terpisah sejak menikah."Boleh aku masuk?" tanya gadis itu. Sebelah tangan memegang gelas berisi air, dan tanpa ijin Ezra dia tetap memasuki kamar itu.Ezra menerima gelas pemberian Feli dan meletakkannya ke atas nakas. Tak biasanya gadis itu mengantarkan air minum untunya, membuat Ezra serba wa