Alena mematung. Dia tak mengerti apa yang tengah dikatakan oleh Ezra. Bukankah tujuan mereka untuk membahas perihal kerja sama? Kenapa juga Ezra mengatakan hal seperti itu?
Sedikit tersenyum, Alena meraih air di atas meja. Dia meneguknya sedikit untuk melancarkan tenggorokan yang terasa kering.
"Tak apa, Ez, terkadang kita memang harus menyesali suatu hal, di masa mendatang," jawabnya, meletakkan lagi gelas ke atas meja.
Ezra menunjukkan wajah sendu, tak puas dengan jawaban Alena.
"Alena ..." panggil Ezra. Tangan lelaki itu bergerak menuju tangan Alena yang terletak di atas meja. Tapi baru saja Ezra akan menyentuh ujuang jarinya, Alena sudah menarik tangan itu lebih dulu. Dia pura-pura meraih gelas lagi dan minum dari sana.
"Kupikir tujuan kita bertemu untuk membahas tentang kontrak. Erza, kita sudah berkahir, kita sudah memiliki kehidupan masing-masing. Tak baik membahas sesuatu yang sudah berlalu," katanya. "Dan ya, aku sudah memaafkanmu. Jodoh t
"Kau masih lama?"Alena berbicara dengan Harry di telepon. Kepalanya miring ke kiri untuk menahan ponsel itu tetap di antara telinga dan pundaknya, sedang kedua tangannya sibuk memasukkan beberapa keperluan Zoe ke dalam tas."Tidak, aku sudah dijalan," sahut Harry di ujung sana.Hari ini Alena mengajak Harry menginap di rumah mungil yang ada di tengah hutan, belakang istana. Ini salah satu kebiasaan mereka menikmati akhir pekan. Alena suka menginap di sana untuk mengenang pertama kalinya Harry berkata akan meluluhkan hatinya."Baiklah. Aku dan Zoe lebih dulu ke hutan. Kau susul kami nanti, oke," ucapnya sebelum mengakhiri panggilan itu.Setelah membereskan semua keperluan yang mereka butuhkan, Alena mengajak dua pelayan membantunya membawa Zoe dan peralatannya. Mereka memasuki hutan dengan off road yang tidak perlu memakan waktu lama tiba di sana.Langit mulai berwarna jingga pertanda petang akan berkahir. Alena membuatkan makan malam kesuka
Ezra Raves sangat putus asa mengingat perbincangannya dan Alena tempo hari. Hatinya marah, kesal, sakit, bercampur baur dan membuatnya ingin segera menghancurkan Harry. Kedua tangan saling mengepal ketika dia mengingat setiap kata yang Alena ucapkan selalu memuji pernikahannya."Apa yang membuatmu berubah, Alena? Dulu kita saling mencintai," gumamnya. Dia sangat frustasi jika mengingat kenangan yang dia lalui bersama Alena.Kenapa Ezra sangat bodoh tak mendengarkan penjelasan Alena, justru lebih percaya pada Felisha. Ezra menyesali setiap keputusan yang dia ambil.Pintu kamarnya terbuka dan Ezra melihat Felisha di ambang pintu. Mereka memang tidur di kamar terpisah sejak menikah."Boleh aku masuk?" tanya gadis itu. Sebelah tangan memegang gelas berisi air, dan tanpa ijin Ezra dia tetap memasuki kamar itu.Ezra menerima gelas pemberian Feli dan meletakkannya ke atas nakas. Tak biasanya gadis itu mengantarkan air minum untunya, membuat Ezra serba wa
"Harry, ada apa dengan wajahmu?"Serena bertanya di sebelahnya. Rahang Harry yang mengetat membuktikan bahwa dia sangat marah sekarang. Gadis itu lantas meletakkan tangan di bibirnya dan menunjukkan wajah bersalah."Apa mungkin kau ..." Serena mendesah menyesal. "Maaf, maafkan aku, Harry. Aku pikir kau sudah tau tentang itu. Maaf, aku sudah lancang memberitahu hal yang tak seharusnya kucampuri," lanjut Serena.Tapi Harry bukan lah tipe lelaki yang gampang percaya akan perkataan orang lain. Apalagi, dia ingat betul bagaimana Serena pernah membuat kebohongan besar yang sangat merugikan dirinya. Bisa saja perempuan ini ternyata belum benar-benar menyadari kesalahannya?Harry tersenyum miring pada Serena."Aku selalu percaya pada istriku. Dan jika pun dia membuat sebuah keputusan, dia akan selalu berunding denganku," jawabnya mantap.Alena bukan tipe istri yang seperti itu. Tak mungkin Alena mempermalukan suaminya di depan lela
Ketiganya terdiam dengan pikiran masing-masing. Bibir Alena gemetar menahan ketakutan dan rasa bersalah pada dirinya, sedangkan Ezra, tentu saja ini yang dia inginkan. Dia tersenyum miring melihat pasangan suami istri itu saling menatap."Harry, ini ... ini tidak seperti yang kau pikirkan," kata Alena, mencoba menjelaskan situasi sekarang, tapi hanya itu lah yang mampu dia katakan. Bibir Alena gemetar, dia sangat menyesal masuk ke dalam perangkap Ezra.Harry sudah tak sabar ingin mengetahui kontrak apa sebenarnya yang dibuat Alena dengan Ezra Raves. Lantas dia melangkah masuk, kedua tangan masih tetap di dalam saku."Hallo, Tuan Harry," sapa Ezra, dia mengulurkan tangan ketika Harry berdiri di sebelah Alena. "Aku tak tahu Anda datang."Tak tahu? Ha! Ha! Ha! Ezra tertawa besar di pikirannya. Tentu ini sudah dia rencanakan. Ezra tahu, Harry akan mencari istrinya setelah mendengar isu yang dia sebarkan."Aku tak suka berbelit, Tuan Raves. Sebut
"Harry, sarapan lah lebih dulu," tawar Alena ketika melihat suaminya akan berangkat ke kantor.Lelaki itu melihatnya sejenak. Tak ada kata yang harus dia ucapkan pada Alena. Dia hanya menggeleng menghela napas sejenak dan melanjutkan langkahnya keluar dari rumah.Ini sudah satu minggu sejak Harry sama sekali tak berbicara dengan Alena. Hati gadis itu sangat sakit olehnya. Tapi ada satu hal yang Alena tidak ketahui bahwa Harry tengah berusaha melepaskannya dari jebakan permainan Ezra."Bagaimana yang aku perintahkan kemarin?" tanya Harry pada Lukas.Pria tua yang sedang menyetir itu mengambil beberapa berkas dari dasboard dan menyerahkannya pada tuannya."Aku sudah menyiapkan beberapa catatan kelemahannya yang bisa kita lakukan untuk menyerang."Harry membaca setiap kata di dalam berkas itu dan dia cukup puas.Tapi, saat mereka tiba di kantor, Harry lagi-lagi dilanda kemarahan luar biasa."Tuan Ezra Raves mengi
Gadis itu berdiri di anak tangga paling atas. Matanya bertabrakan dengan seorang wanita berpakaian sangat modis, di bawa sana. Wanita dengan topi besar yang melingkar di kepalanya hampir menutupi keseluruhan wajah si pemilik. Wanita itu adalah Rona, ibu tiri yang sangat membenci Alena.Alena pikir orang dari keluarga mana yang datang mencari suaminya? Ternyata manusia berhati busuk ini. Dia menuruni tangga untuk menghadapi wanita itu."Maaf, Anda mencari suami saya?" kata Alena berbicara sangat formal, seakan mereka tak pernah saling mengenal.Urat leher Rona terlihat jelas di bayangan kulitnya yang menegang. Kedua mata yang melotot itu pasti lah ingin sekali menelan Alena hidup-hidup."Di mana suamimu?" Sangat angkuh dia berkata.Melihap kedua tangan di depan dada, Alena melangkah lebih dekat lagi."Ada keperluan apa dengan suami saya? Dari yang saya ingat, suami saya tak pernah mengenal orang seperti Anda.""Kau pikir aku peduli dia
"Kita harus bicara!"Gadis itu mengejar suaminya ke ruang kerja. Tangannya menarik jas mahal yang dikenakan Ezra, untuk menghentikan langkahnya. Lelaki itu lantas memutar wajah padanya.Hanya sedetik, Ezra melanjutkan kakinya."Ezra, hei! Kau tak bisa mendiamkanku sepeti ini, Ezra!""Apa yang perlu dibicarakan, Feli? Bukankah sudah kukatakan sejak kemarin? Tak ada yang perlu kita bicarakan lagi." Kini Ezra menatap wajah Feli. Dia kesal terus diganggu wanita licik itu."Ezra, kita pasangan menikah. Meski sebelumnya ada perjanjian di antara kita, kau tak bisa seperti ini. Dalam hukum aku tetap lah istrimu, dan sewajarnya aku mendapat nafkah batin darimu. Apa itu salah?"Sekretaris pribadi Ezra keluar ketika mendapat tatapan tajam dari tuannya. Rahang Ezra mengeras menghadap Feli, sekarang."Kau sengaja membahas ranjang dinginmu di depan orang lain? Apa kau tidak malu, Feli?""Aku tidak malu! Seharusn
"Bersiap lah, kita harus menghadiri peluncuran prodak baru."Alena baru saja keluar dari kamar mandi ketika mendengar Harry berbicara di depan cermin. Lelaki itu sudah rapi dengan setelan jas yang berwarna sama dengan dasinya. Harry tampak sangat gagah di dalam balutan busana bernuansa biru muda.'Bahkan mengenakan dasinya saja, dia tak memintaku,' batin Alena berkata di dalam sana.Belakangan ini Harry hanya berbicara seperlunya pada Alena. Mereka menghabiskan malam dengan banyak diam, kecuali di depan putri kesayangannya. Alena merasa sangat tersiksa, penjelasan sudah tak lagi ingin dia katakan."Baik," jawab Alena lemah, melangkah meninggalkan suaminya.Harry mengamati istrinya yang hanya mengenakan sehelai handuk, berjalan menuju ruang ganti. Hasrat di dalam diri lelaki itu bangkit seketika. Matanya fokus melihat pinggul Alena yang bergerak indah, dan kedua kaki putih bersih tanpa Alas. Harry sangat rindu untuk menjamah
Esau berlari menaiki tangga pintu masuk istana keluarganya, dengan penuh semangat dan senyum yang tergambar di bibirnya. Tangan kanan menjinjing sebuah boks besar yang dia bawakan hadiah untuk istrinya, belakangan ini dia memang menjadi sangat romantis sejak mendengar kabar kehamilan Freya. Setiap akan pulang dari mana pun, Esau menyempatkan membawa hadiah untuk Freya. Baik itu berupa bunga, makanan, atau benda apa saja yang dia temukan di jalan. Terkadang juga Esau mencari-cari sesuatu yang diinginkan ibu hamil melalui situs internet, lantas membawakannya untuk Freya. Dia adalah suami yang begitu mencintai istrinya. “Sayang...” Esau mendorong pintu kamar, memamerkan jinjingan yang dia bawa. “Lihat, aku membawa apa padamu?” Freya yang tengah berbaring membaca sebuah buku, menurunkan buku itu ke atas perutnya dan melihat Esau. Sejak hamil dan dikatakan fisiknya lemah, Freya dengan suka rela mengambil cuti kuliah dan lebih memilih menghabiskan waktu menikmati k
“Frey, kalian harus datang, ingat!”Leona berseru dari ujung sana, melambaikan tangannya pada Freya yang masih berdiri menunggu Esau membukakan pintu mobil. Gadis itu mengangguk sebagai jawaban untuk seruan dari Leona.“Baik lah, akan aku usahakan.” Freya lalu masuk ke dalam mobil di samping suaminya yang menyetir.“Datang? Memangnya... ke mana dia mengajakmu?”“Ulang tahun. Leona merayakan ulang tahunnya, dan dia mengundang kita.”“Kenapa kita harus datang?” Esau menyahut acuh, menyalakan mesin mobil yang membawa mereka meninggalkan parkiran kampus. “Aku heran kenapa kau mau berteman dengannya, padahal dulu dia jahat padamu.”Jika dipikir-pikir, Leona memang banyak melakukan kejahatan pada Freya, tapi di balik itu Freya sendiri sudah membalasnya, kan? Lantas kenapa harus merasa dirinya harus membenci Leona lagi? Lagian Leona sendiri sudah meminta maaf secara terang-tera
Semua orang menjadi diam melihat kedatangan pria itu. Esau masih terkejut, bahkan dia tidak sadar kapan Ezra Raves berjalan menuju kado besar yang sudah Harry siapkan. Dia menatap Harry dengan tatapan yang sedikit aneh.“Apakah kado dariku sangat besar?” katanya, seakan menyindir Harry. Ezra cukup tahu Harry adalah seseorang yang selalu mempersiapkan segala sesuatu, dan sudah pasti Harry lah yang membuat kado itu seakan-akan dari dirinya. “Kalian tampak senang melihat kado dariku, tapi tampaknya tidak senang dengan kedatanganku.” Ezra berpindah ke depan Harry, mengulurkan tangannya dan berkata, “Halo, Besan, akhirnya kita bertemu setelah sekian lama.”Harry muak melihat sikap Ezra yang seakan ingin menunjukkan sifat arogannya. Tapi demi menjaga nama baik menantu perempuannya, Harry mengulurkan tangan untuk menyambut Ezra. “Ya, selamat datang kembali. Aku pikir pesawat itu sudah meledak sehingga kau mungkin tidak akan pernah dat
“Selamat, akhirnya kau benar-benar menjadi lelaki jantan.” Parsa menepuk pundak sahabatnya, membuat Esau mengerut kening tidak senang.“Sial! Apa selama ini aku kurang jantan di matamu?” umpat Esau pelan, tidak senang dia dengan ledekan yang ditujukan Parsa padanya.“Mana aku tahu, Freya lah yang tahu bagaimana kau di ranjang.” Parsa melirik Freya dan meneruskan pertanyaan Esau padanya. “Bagaimana, Frey, apakah Esau jago di ranjang?” ucapnya sembari tertawa.Kesal, Esau meninju pelan pundak Parsa untuk menyuruh sahabatnya itu diam. “Diam lah, Brengsek, atau aku memanggil bagian keamanan untuk mengusirmu,” balasnya sambil bergurau.Hal itu membuat Julian ikut tertawa mendengar dua sahabatnya yang saling mengejek, dan ikut serta di dalam perbincangan mereka. “Mungkin kau memang tidak jago, Esau, sebab itu Freya ingin meninggalkanmu.”“Hei, tutup mulutmu atau aku
“Apa yang kau lakukan, Esau?” Freya menarik Esau untuk menjauh, tetapi Esau tidak menggubrisnya. Dia tidak akan menyerah begitu saja sebelum Felisha menunjukkan apa yang dia sembunyikan.“Frey, aku lah yang lebih dulu mengenal bibi, jadi aku tahu dia tidak sepenuhnya gila. Sebelum kau masuk ke dalam hidupku, perawat mengatakan bibi hanya butuh pengobatan ringan. Dia hanya terlalu malu bertemu denganmu, sampai-sampai berkata tidak ingin melihatmu lagi. Benar seperti itu kan, Bi?” tanya Esau tegas.Tentu hal itu membuat Felisha tak tahan lagi. Dia lelah menahan diri hingga akhirnya meneteskan air mata dari kedua sudut matanya.“Aku orang jahat, kenapa aku berhak memiliki anak? Aku sudah membuat semua orang menderita, aku tidak pantas menjadi ibunya,” bisik Feli lemah.Pertemuan dengan Ezra sudah membuat Feli seperti tersadar bahwa dirinya adalah orang jahat yang tak pantas mendapatkan perhatian dari siapa pun. Semua tuduh
“Maaf sudah memisahkanmu dengan papamu.” Esau mengelus wajah Freya, satu jarinya bermain-main di wajah cantik gadis yang bersandar ke pundaknya.Bagaimana pun, Ezra Raves adalah pria pertama yang mencintai gadis itu sejak dia lahir. Mungkin banyak kesalahan yang Ezra lakukan, tapi tetap saja cinta seorang ayah tidak bisa dihilangkan dari hati.“Kau masih sedih?” Kini Esau tatap wajah cantik istrinya dengan memegangi dagu lancip Freya.Menggeleng lemah, tentu saja Freya berbohong. Dia tidak bisa berkata dirinya baik-baik saja setelah yang barusan terjadi.“Sedih sebentar tidak akan membunuhku, kan?” bisik Freya, lagi air matanya mengalir. “Papa tidak boleh hanya menyalahkan mama, mereka sama-sama salah. Aku harus tega pada papa untuk membuatnya menyadari kesalahan.”“Benar, kau tidak melakukan kesalahan. Jika papamu bisa berpikir dengan baik, seharusnya dia menyesal.”Helaan na
“Apa yang kalian bicarakan? Sayang, papa mencintaimu. Kau tidak harus mendengarkan kesaksian dari orang-orang yang tidak menyukai papa,” kata Ezra, berharap kali ini putrinya masih mendengarnya. Ezra Raves tidak rela jika Freya menuduhnya tidak menginginkan dirinya.“Tapi bukti yang kutemukan bukan sekedar ucapan orang-orang. Papa juga ingin melihatnya?” Freya menantang papanya, lantas membuka lipatan kertas yang dia pegang.Bagaimana pula ada orang yang berkata demikian? Apakah mereka bisa mendengar isi kepala Ezra? Siapa yang dengan berani membuat kesaksian bahwa Ezra tidak menginginkan bayinya? Sejak mendengar Felisha hamil, Ezra sudah berencana untuk mengurus bayi itu meski tanpa ibunya!“Catatan rumah sakit atas nama Felisha Raves dan suaminya Ezra Raves,” kata Freya, membaca sebagian dari kertas yang ada di tangannya. Dadanya sesak. Pedih Freya rasakan ketika dia melanjutkan untuk berkata, “Catatan ini adalah kunju
Freya masih bergeming menatap tangan Esau yang terulur padanya. Lalu perlahan mengangkat mata untuk melihat wajah suami yang... katanya sudah bercerai oleh perbuatan oleh sang papa. Wajah sendunya sulit untuk ditebak, apakah Freya akan menerima uluran tangan itu?Kemudian dia perlahan mengalihkan wajah menatap tangan papanya, lalu mata mereka pun bertemu beberapa detik kemudian.“Mari, Sayang, kita akan berangkat hari ini,” ucap Ezra Raves sekali lagi.“Papa menjagaku?” Suara serak yang menyiratkan kerinduan akan cinta.“Pasti, karena kau lah separu dari nyawaku yang tersisa.” Ezra mengangguk perlahan.Ezra memang banyak melakukan kebohonga, tapi semua dia lakukan untuk alasan yang tepat. Dia hanya tidak ingin membuat Freya seperti ibunya.“Freya, ibumu memiliki temprament yang sangat buruk. Dia suka menyakiti orang lain tanpa peduli siapa orangnya. Aku menjauhkanmu dari dia karena aku mencintaimu, a
“Esau, tunggu!” Freya hampir saja terjatuh ketika mengikuti langkah suaminya turun dari mobil. “Bukankah kau bilang akan mempertahankanku? Kenapa kau ingin mengembalikanku pada papa?” katanya lagi. Freya tidak ingin pergi, dia berhenti menatap rumah besar di mana papanya menunggu.“Freya, ikut lah, papamu sudah tak sabar menunggu.”Kemarahan Esau sudah sampai di puncak kepalanya, sehingga tak ada waktu baginya membahas hal ini. Esau hanya ingin segera bertemu dengan Ezra Raves dan menyelesaikan masalah mereka. Dia tidak tahan mendengar kata-kata Ezra yang bahkan sudah mengurus perceraiannya dan Freya. Bukankah pria itu sudah sangat keterlaluan?“Tapi aku tidak mau! Aku mencintaimu, aku ingin denganmu!” Freya yang baru mendapat kasih sayang dari seluruh anggota keluarga Borisson, tiba-tiba merasa sangat sedih. Esau, lelaki yang pagi tadi berkata mencintai dirinya bahkan rela mati untuknya, kenapa sekarang justru sep