Ketiganya terdiam dengan pikiran masing-masing. Bibir Alena gemetar menahan ketakutan dan rasa bersalah pada dirinya, sedangkan Ezra, tentu saja ini yang dia inginkan. Dia tersenyum miring melihat pasangan suami istri itu saling menatap.
"Harry, ini ... ini tidak seperti yang kau pikirkan," kata Alena, mencoba menjelaskan situasi sekarang, tapi hanya itu lah yang mampu dia katakan. Bibir Alena gemetar, dia sangat menyesal masuk ke dalam perangkap Ezra.Harry sudah tak sabar ingin mengetahui kontrak apa sebenarnya yang dibuat Alena dengan Ezra Raves. Lantas dia melangkah masuk, kedua tangan masih tetap di dalam saku."Hallo, Tuan Harry," sapa Ezra, dia mengulurkan tangan ketika Harry berdiri di sebelah Alena. "Aku tak tahu Anda datang."Tak tahu? Ha! Ha! Ha! Ezra tertawa besar di pikirannya. Tentu ini sudah dia rencanakan. Ezra tahu, Harry akan mencari istrinya setelah mendengar isu yang dia sebarkan.
"Aku tak suka berbelit, Tuan Raves. Sebut
"Harry, sarapan lah lebih dulu," tawar Alena ketika melihat suaminya akan berangkat ke kantor.Lelaki itu melihatnya sejenak. Tak ada kata yang harus dia ucapkan pada Alena. Dia hanya menggeleng menghela napas sejenak dan melanjutkan langkahnya keluar dari rumah.Ini sudah satu minggu sejak Harry sama sekali tak berbicara dengan Alena. Hati gadis itu sangat sakit olehnya. Tapi ada satu hal yang Alena tidak ketahui bahwa Harry tengah berusaha melepaskannya dari jebakan permainan Ezra."Bagaimana yang aku perintahkan kemarin?" tanya Harry pada Lukas.Pria tua yang sedang menyetir itu mengambil beberapa berkas dari dasboard dan menyerahkannya pada tuannya."Aku sudah menyiapkan beberapa catatan kelemahannya yang bisa kita lakukan untuk menyerang."Harry membaca setiap kata di dalam berkas itu dan dia cukup puas.Tapi, saat mereka tiba di kantor, Harry lagi-lagi dilanda kemarahan luar biasa."Tuan Ezra Raves mengi
Gadis itu berdiri di anak tangga paling atas. Matanya bertabrakan dengan seorang wanita berpakaian sangat modis, di bawa sana. Wanita dengan topi besar yang melingkar di kepalanya hampir menutupi keseluruhan wajah si pemilik. Wanita itu adalah Rona, ibu tiri yang sangat membenci Alena.Alena pikir orang dari keluarga mana yang datang mencari suaminya? Ternyata manusia berhati busuk ini. Dia menuruni tangga untuk menghadapi wanita itu."Maaf, Anda mencari suami saya?" kata Alena berbicara sangat formal, seakan mereka tak pernah saling mengenal.Urat leher Rona terlihat jelas di bayangan kulitnya yang menegang. Kedua mata yang melotot itu pasti lah ingin sekali menelan Alena hidup-hidup."Di mana suamimu?" Sangat angkuh dia berkata.Melihap kedua tangan di depan dada, Alena melangkah lebih dekat lagi."Ada keperluan apa dengan suami saya? Dari yang saya ingat, suami saya tak pernah mengenal orang seperti Anda.""Kau pikir aku peduli dia
"Kita harus bicara!"Gadis itu mengejar suaminya ke ruang kerja. Tangannya menarik jas mahal yang dikenakan Ezra, untuk menghentikan langkahnya. Lelaki itu lantas memutar wajah padanya.Hanya sedetik, Ezra melanjutkan kakinya."Ezra, hei! Kau tak bisa mendiamkanku sepeti ini, Ezra!""Apa yang perlu dibicarakan, Feli? Bukankah sudah kukatakan sejak kemarin? Tak ada yang perlu kita bicarakan lagi." Kini Ezra menatap wajah Feli. Dia kesal terus diganggu wanita licik itu."Ezra, kita pasangan menikah. Meski sebelumnya ada perjanjian di antara kita, kau tak bisa seperti ini. Dalam hukum aku tetap lah istrimu, dan sewajarnya aku mendapat nafkah batin darimu. Apa itu salah?"Sekretaris pribadi Ezra keluar ketika mendapat tatapan tajam dari tuannya. Rahang Ezra mengeras menghadap Feli, sekarang."Kau sengaja membahas ranjang dinginmu di depan orang lain? Apa kau tidak malu, Feli?""Aku tidak malu! Seharusn
"Bersiap lah, kita harus menghadiri peluncuran prodak baru."Alena baru saja keluar dari kamar mandi ketika mendengar Harry berbicara di depan cermin. Lelaki itu sudah rapi dengan setelan jas yang berwarna sama dengan dasinya. Harry tampak sangat gagah di dalam balutan busana bernuansa biru muda.'Bahkan mengenakan dasinya saja, dia tak memintaku,' batin Alena berkata di dalam sana.Belakangan ini Harry hanya berbicara seperlunya pada Alena. Mereka menghabiskan malam dengan banyak diam, kecuali di depan putri kesayangannya. Alena merasa sangat tersiksa, penjelasan sudah tak lagi ingin dia katakan."Baik," jawab Alena lemah, melangkah meninggalkan suaminya.Harry mengamati istrinya yang hanya mengenakan sehelai handuk, berjalan menuju ruang ganti. Hasrat di dalam diri lelaki itu bangkit seketika. Matanya fokus melihat pinggul Alena yang bergerak indah, dan kedua kaki putih bersih tanpa Alas. Harry sangat rindu untuk menjamah
Ketegangan di meja itu masih sangat terasa. Alena menatap Harry dengan penuh permohonan seakan dia tengah meminta Harry mempercayainya. Dia juga menggeleng sangat pelan, sebelum telinga mereka mendengar tawa kecil Ezra."Sepertinya kau memang tak tau. Bersyukurlah aku memberitahumu, Harry," kata Ezra, memamerkan senyum miringnya."Mari kita sambut Tan Harry Borisson ke podium!"Seruan host di atas panggung membuat Harry tak bisa membalas perkataan Ezra. Seluruh mata tengah tertuju padanya, yang lantas berdiri. Tak lupa Harry mengusap pundak istrinya yang harus dia tinggalkan di meja itu.Riuh tepukan tangan dari semua orang mengiringi langkah Harry menuju podium.Ketika Harry menyapa para undangan dari depan sana, Ezra memutar tubuhnya lagi menghadap Alena. Senyum miringnya tak juga hilang."Apa maksudmu berkata seperti itu?" cecar Alena, hatinya sangat kesal pada Ezra.Tapi Ezra sama sekali tidak terpengaruh o
Harry bergandengan bersama Alena menyalami para tamu yang datang memberi ucapan selamat. Sebagian dari mereka terlihat sangat ramah, seakan tak memiliki rasa malu setelah pernah menolak kerja sama dengan Harry. "Selamat, Tuan Borisson. Perusahaan Anda melejit dengan pesat," puji salah satu pebisnis bertubuh besar itu. Lalu seorang dari mereka ikut tertawa dan menyambung pujian temannya. "Siapa yang bisa meragukan Tuan Harry Borisson? Dia akan tetap menjadi yang nomor satu. Bukan begitu, Tuan Harry?" katanya. Lalu dengan tak tahu malu dia melanjutkan, "Mungkin sebentar lagi kita bisa melanjutkan kerja sama yang sempat terputus." Kemudian, lelaki bertubuh gendut itu tergelak mendengar pujian dari temannya. "Tuan Harry tidak mungkin mau bekerja sama dengan perusahaan yang pernah meninggalkannya saat dalam kesulitan." Matanya penuh semangat menatap Harry. "Tuan Harry, bagaimana jika kita membuat pertemuan suatu saat? Kami sangat setia dengan
Lelaki itu duduk di sisi ranjang tempat istrinya terbaring. Berbagai peralatan medis menempel pada hidung, tangan, dan juga pada tempat lainnya. Istrinya belum sadarkan diri setelah melewati operasi beberap saat yang lalu. Lukanya sangat dalam, mengenai sebelah ginjal Alena, itu yang dikatakan oleh dokter yang menangani.Harry menggenggam erat telapak istrinya, membawa tangan itu ke depan bibir. Dia mengecup punggung tangan Alena dengan mata terpejam."Kau harus kuat, Sayang. Zoe dan aku sangat membutuhkanmu," bisik Harry lemah.Sangat banyak penyesalan di dada Harry saat ini. Dia menyesal sudah mendiamkan Alena berhari-hari dan mengabaikan penjelasan dari istrinya. Harry tertekan oleh tekanan batin yang datang dari rasa bersalah itu."Maafkan aku, Alen, maafkan aku. Tak seharusnya aku membuat jarak antara kita," bisiknya sekali lagi.Entah kapan terakhir kalinya Harry menangis. Kalau dia tak salah ingat, mungkin itu ketika
Sorot mata yang siap untuk melenyapkan Feli masih tertuju ke arahnya. Felisha sempat kehilangan kepercayaan dirinya sejenak, tapi dengan kilat dia sadar."Apa maksudmu? Apa lagi yang kau tuduhkan ini? Apa semua orang yang akan datang ke sini akan menuduhku?" Dia menatap mamanya bergantian dengan Ezra.Wajah bengis Ezra tak bisa dihindarkan dan secepat kilat pria itu melesat ke arahnya. Ezra terlihat sangat menakutkan seperti malaikat maut yang akan menghabisi Feli sekarang juga."Aghhh ...."Secepat kilat tangan Ezra beralih ke lehar Feli, sehingga gadis itu mengerang menahan sakit. Tangannya berusaha memukul pergelangan suaminya untuk membebaskan diri."Aku sudah bilang agar kau nikmati sisa hidupmu yang menyedihkan, tapi kau masih berusaha mengganggu Alena? Aku tak akan mengampunimu kali ini, Felisha!""Apa yang kau lakukan pada putriku?!" Rona berlari memegangi tangan Ezra. "Lepaskan Felisha! Dia tak bersalah! Kau tak bisa melakukan
Esau berlari menaiki tangga pintu masuk istana keluarganya, dengan penuh semangat dan senyum yang tergambar di bibirnya. Tangan kanan menjinjing sebuah boks besar yang dia bawakan hadiah untuk istrinya, belakangan ini dia memang menjadi sangat romantis sejak mendengar kabar kehamilan Freya. Setiap akan pulang dari mana pun, Esau menyempatkan membawa hadiah untuk Freya. Baik itu berupa bunga, makanan, atau benda apa saja yang dia temukan di jalan. Terkadang juga Esau mencari-cari sesuatu yang diinginkan ibu hamil melalui situs internet, lantas membawakannya untuk Freya. Dia adalah suami yang begitu mencintai istrinya. “Sayang...” Esau mendorong pintu kamar, memamerkan jinjingan yang dia bawa. “Lihat, aku membawa apa padamu?” Freya yang tengah berbaring membaca sebuah buku, menurunkan buku itu ke atas perutnya dan melihat Esau. Sejak hamil dan dikatakan fisiknya lemah, Freya dengan suka rela mengambil cuti kuliah dan lebih memilih menghabiskan waktu menikmati k
“Frey, kalian harus datang, ingat!”Leona berseru dari ujung sana, melambaikan tangannya pada Freya yang masih berdiri menunggu Esau membukakan pintu mobil. Gadis itu mengangguk sebagai jawaban untuk seruan dari Leona.“Baik lah, akan aku usahakan.” Freya lalu masuk ke dalam mobil di samping suaminya yang menyetir.“Datang? Memangnya... ke mana dia mengajakmu?”“Ulang tahun. Leona merayakan ulang tahunnya, dan dia mengundang kita.”“Kenapa kita harus datang?” Esau menyahut acuh, menyalakan mesin mobil yang membawa mereka meninggalkan parkiran kampus. “Aku heran kenapa kau mau berteman dengannya, padahal dulu dia jahat padamu.”Jika dipikir-pikir, Leona memang banyak melakukan kejahatan pada Freya, tapi di balik itu Freya sendiri sudah membalasnya, kan? Lantas kenapa harus merasa dirinya harus membenci Leona lagi? Lagian Leona sendiri sudah meminta maaf secara terang-tera
Semua orang menjadi diam melihat kedatangan pria itu. Esau masih terkejut, bahkan dia tidak sadar kapan Ezra Raves berjalan menuju kado besar yang sudah Harry siapkan. Dia menatap Harry dengan tatapan yang sedikit aneh.“Apakah kado dariku sangat besar?” katanya, seakan menyindir Harry. Ezra cukup tahu Harry adalah seseorang yang selalu mempersiapkan segala sesuatu, dan sudah pasti Harry lah yang membuat kado itu seakan-akan dari dirinya. “Kalian tampak senang melihat kado dariku, tapi tampaknya tidak senang dengan kedatanganku.” Ezra berpindah ke depan Harry, mengulurkan tangannya dan berkata, “Halo, Besan, akhirnya kita bertemu setelah sekian lama.”Harry muak melihat sikap Ezra yang seakan ingin menunjukkan sifat arogannya. Tapi demi menjaga nama baik menantu perempuannya, Harry mengulurkan tangan untuk menyambut Ezra. “Ya, selamat datang kembali. Aku pikir pesawat itu sudah meledak sehingga kau mungkin tidak akan pernah dat
“Selamat, akhirnya kau benar-benar menjadi lelaki jantan.” Parsa menepuk pundak sahabatnya, membuat Esau mengerut kening tidak senang.“Sial! Apa selama ini aku kurang jantan di matamu?” umpat Esau pelan, tidak senang dia dengan ledekan yang ditujukan Parsa padanya.“Mana aku tahu, Freya lah yang tahu bagaimana kau di ranjang.” Parsa melirik Freya dan meneruskan pertanyaan Esau padanya. “Bagaimana, Frey, apakah Esau jago di ranjang?” ucapnya sembari tertawa.Kesal, Esau meninju pelan pundak Parsa untuk menyuruh sahabatnya itu diam. “Diam lah, Brengsek, atau aku memanggil bagian keamanan untuk mengusirmu,” balasnya sambil bergurau.Hal itu membuat Julian ikut tertawa mendengar dua sahabatnya yang saling mengejek, dan ikut serta di dalam perbincangan mereka. “Mungkin kau memang tidak jago, Esau, sebab itu Freya ingin meninggalkanmu.”“Hei, tutup mulutmu atau aku
“Apa yang kau lakukan, Esau?” Freya menarik Esau untuk menjauh, tetapi Esau tidak menggubrisnya. Dia tidak akan menyerah begitu saja sebelum Felisha menunjukkan apa yang dia sembunyikan.“Frey, aku lah yang lebih dulu mengenal bibi, jadi aku tahu dia tidak sepenuhnya gila. Sebelum kau masuk ke dalam hidupku, perawat mengatakan bibi hanya butuh pengobatan ringan. Dia hanya terlalu malu bertemu denganmu, sampai-sampai berkata tidak ingin melihatmu lagi. Benar seperti itu kan, Bi?” tanya Esau tegas.Tentu hal itu membuat Felisha tak tahan lagi. Dia lelah menahan diri hingga akhirnya meneteskan air mata dari kedua sudut matanya.“Aku orang jahat, kenapa aku berhak memiliki anak? Aku sudah membuat semua orang menderita, aku tidak pantas menjadi ibunya,” bisik Feli lemah.Pertemuan dengan Ezra sudah membuat Feli seperti tersadar bahwa dirinya adalah orang jahat yang tak pantas mendapatkan perhatian dari siapa pun. Semua tuduh
“Maaf sudah memisahkanmu dengan papamu.” Esau mengelus wajah Freya, satu jarinya bermain-main di wajah cantik gadis yang bersandar ke pundaknya.Bagaimana pun, Ezra Raves adalah pria pertama yang mencintai gadis itu sejak dia lahir. Mungkin banyak kesalahan yang Ezra lakukan, tapi tetap saja cinta seorang ayah tidak bisa dihilangkan dari hati.“Kau masih sedih?” Kini Esau tatap wajah cantik istrinya dengan memegangi dagu lancip Freya.Menggeleng lemah, tentu saja Freya berbohong. Dia tidak bisa berkata dirinya baik-baik saja setelah yang barusan terjadi.“Sedih sebentar tidak akan membunuhku, kan?” bisik Freya, lagi air matanya mengalir. “Papa tidak boleh hanya menyalahkan mama, mereka sama-sama salah. Aku harus tega pada papa untuk membuatnya menyadari kesalahan.”“Benar, kau tidak melakukan kesalahan. Jika papamu bisa berpikir dengan baik, seharusnya dia menyesal.”Helaan na
“Apa yang kalian bicarakan? Sayang, papa mencintaimu. Kau tidak harus mendengarkan kesaksian dari orang-orang yang tidak menyukai papa,” kata Ezra, berharap kali ini putrinya masih mendengarnya. Ezra Raves tidak rela jika Freya menuduhnya tidak menginginkan dirinya.“Tapi bukti yang kutemukan bukan sekedar ucapan orang-orang. Papa juga ingin melihatnya?” Freya menantang papanya, lantas membuka lipatan kertas yang dia pegang.Bagaimana pula ada orang yang berkata demikian? Apakah mereka bisa mendengar isi kepala Ezra? Siapa yang dengan berani membuat kesaksian bahwa Ezra tidak menginginkan bayinya? Sejak mendengar Felisha hamil, Ezra sudah berencana untuk mengurus bayi itu meski tanpa ibunya!“Catatan rumah sakit atas nama Felisha Raves dan suaminya Ezra Raves,” kata Freya, membaca sebagian dari kertas yang ada di tangannya. Dadanya sesak. Pedih Freya rasakan ketika dia melanjutkan untuk berkata, “Catatan ini adalah kunju
Freya masih bergeming menatap tangan Esau yang terulur padanya. Lalu perlahan mengangkat mata untuk melihat wajah suami yang... katanya sudah bercerai oleh perbuatan oleh sang papa. Wajah sendunya sulit untuk ditebak, apakah Freya akan menerima uluran tangan itu?Kemudian dia perlahan mengalihkan wajah menatap tangan papanya, lalu mata mereka pun bertemu beberapa detik kemudian.“Mari, Sayang, kita akan berangkat hari ini,” ucap Ezra Raves sekali lagi.“Papa menjagaku?” Suara serak yang menyiratkan kerinduan akan cinta.“Pasti, karena kau lah separu dari nyawaku yang tersisa.” Ezra mengangguk perlahan.Ezra memang banyak melakukan kebohonga, tapi semua dia lakukan untuk alasan yang tepat. Dia hanya tidak ingin membuat Freya seperti ibunya.“Freya, ibumu memiliki temprament yang sangat buruk. Dia suka menyakiti orang lain tanpa peduli siapa orangnya. Aku menjauhkanmu dari dia karena aku mencintaimu, a
“Esau, tunggu!” Freya hampir saja terjatuh ketika mengikuti langkah suaminya turun dari mobil. “Bukankah kau bilang akan mempertahankanku? Kenapa kau ingin mengembalikanku pada papa?” katanya lagi. Freya tidak ingin pergi, dia berhenti menatap rumah besar di mana papanya menunggu.“Freya, ikut lah, papamu sudah tak sabar menunggu.”Kemarahan Esau sudah sampai di puncak kepalanya, sehingga tak ada waktu baginya membahas hal ini. Esau hanya ingin segera bertemu dengan Ezra Raves dan menyelesaikan masalah mereka. Dia tidak tahan mendengar kata-kata Ezra yang bahkan sudah mengurus perceraiannya dan Freya. Bukankah pria itu sudah sangat keterlaluan?“Tapi aku tidak mau! Aku mencintaimu, aku ingin denganmu!” Freya yang baru mendapat kasih sayang dari seluruh anggota keluarga Borisson, tiba-tiba merasa sangat sedih. Esau, lelaki yang pagi tadi berkata mencintai dirinya bahkan rela mati untuknya, kenapa sekarang justru sep