Hai, Kakak semua... berhubung hari ini 29 Mei, tepat 2 bulan Harry-Alena menemani kita di platfrom GoodNovel, author mau bagikan hadiah 2000 koin untuk 20 pembaca yang beruntung (masing-masing 100c / 1 pembaca.)
Bagaimana cara memenangkannya? Yuk simak sampai selesai, ya. 😍
Sebenarnya, ini untuk ucapan terima kasih dari author bagi pembaca yang selalu menunggu update terbaru. Author ingin berbagi koin buat kakak melanjutkan baca bab terbaru yang akan dirilis.
Silakan ikuti ketentuan di bawah ini, ya.
1. Berikan ulasan novel ini bintang 5 di aplikasi Goodnovel.
2. Follow author di i.g; @butiran_debugn dan goodnovelindonesia.
3. Kirimkan screenshort bukti pembelian bab berbayar ke DM/Messenger. (Minimal Season 1 lengkap, dan utamakan Season 2 juga, sampai bab update terakhir)
Nah, buat kakak yang udah baca sampai ke Season 2, silakan langsung kirimkan ke DM ya. Kita akan pilih 20 orang tercepat, dan mungkin kakak yang akan menjadi pemenangnya. Author tunggu screen short dari kakak selambat-lambatnya sampai tanggal 10 Juni 2021.
Untuk yang tak punya akun I.G, bisa kirimkan SS-nya di messenger face.book Ame Mey.
Terima kasih untuk kakak pembaca yang baik hati, salam cinta dari Harry dan Alena. 😘
Harry tersenyum penuh arti ketika mengenakan pakaian terakhirnya. Matanya masih tertuju pada Alena yang juga sedang merapikan dress di kursi kerja Harry. Bibir gadis itu sedikit mengerucut, berpura marah dengan ulah suaminya."Kau harus membayar banyak untuk ini, Harry. Lihat, pakaianku menjadi kusut." Dia merapikan rambutnya dengan jari."Benarkah?" Lantas Harry menarik Alena ke dalam pelukan. Lelaki itu memang tak pernah puas pada tubuh istri yang sangat dia cintai. "Hm ... kalau begitu, aku harus mengulanginya agar pembalasanmu nanti lebih sempurna," bisiknya, menggigit pelan daun telinga Alena.Menggeliat geli, Alena menahan kepala Harry untuk tidak lebih masuk ke ceruk lehernya."Dasar otak mesum!""Siapa yang bisa melarangku mesum pada istri sendiri? Aku bebas melakukannya denganmu."Oh ... bukan begitu maksud Alena. Tentu saja Harry bebas melakukannya, tapi sedikit tahu tempat lah setidaknya. Ini di kantor, dan bukan di ruangan
Alena mematung. Dia tak mengerti apa yang tengah dikatakan oleh Ezra. Bukankah tujuan mereka untuk membahas perihal kerja sama? Kenapa juga Ezra mengatakan hal seperti itu?Sedikit tersenyum, Alena meraih air di atas meja. Dia meneguknya sedikit untuk melancarkan tenggorokan yang terasa kering."Tak apa, Ez, terkadang kita memang harus menyesali suatu hal, di masa mendatang," jawabnya, meletakkan lagi gelas ke atas meja.Ezra menunjukkan wajah sendu, tak puas dengan jawaban Alena."Alena ..." panggil Ezra. Tangan lelaki itu bergerak menuju tangan Alena yang terletak di atas meja. Tapi baru saja Ezra akan menyentuh ujuang jarinya, Alena sudah menarik tangan itu lebih dulu. Dia pura-pura meraih gelas lagi dan minum dari sana."Kupikir tujuan kita bertemu untuk membahas tentang kontrak. Erza, kita sudah berkahir, kita sudah memiliki kehidupan masing-masing. Tak baik membahas sesuatu yang sudah berlalu," katanya. "Dan ya, aku sudah memaafkanmu. Jodoh t
"Kau masih lama?"Alena berbicara dengan Harry di telepon. Kepalanya miring ke kiri untuk menahan ponsel itu tetap di antara telinga dan pundaknya, sedang kedua tangannya sibuk memasukkan beberapa keperluan Zoe ke dalam tas."Tidak, aku sudah dijalan," sahut Harry di ujung sana.Hari ini Alena mengajak Harry menginap di rumah mungil yang ada di tengah hutan, belakang istana. Ini salah satu kebiasaan mereka menikmati akhir pekan. Alena suka menginap di sana untuk mengenang pertama kalinya Harry berkata akan meluluhkan hatinya."Baiklah. Aku dan Zoe lebih dulu ke hutan. Kau susul kami nanti, oke," ucapnya sebelum mengakhiri panggilan itu.Setelah membereskan semua keperluan yang mereka butuhkan, Alena mengajak dua pelayan membantunya membawa Zoe dan peralatannya. Mereka memasuki hutan dengan off road yang tidak perlu memakan waktu lama tiba di sana.Langit mulai berwarna jingga pertanda petang akan berkahir. Alena membuatkan makan malam kesuka
Ezra Raves sangat putus asa mengingat perbincangannya dan Alena tempo hari. Hatinya marah, kesal, sakit, bercampur baur dan membuatnya ingin segera menghancurkan Harry. Kedua tangan saling mengepal ketika dia mengingat setiap kata yang Alena ucapkan selalu memuji pernikahannya."Apa yang membuatmu berubah, Alena? Dulu kita saling mencintai," gumamnya. Dia sangat frustasi jika mengingat kenangan yang dia lalui bersama Alena.Kenapa Ezra sangat bodoh tak mendengarkan penjelasan Alena, justru lebih percaya pada Felisha. Ezra menyesali setiap keputusan yang dia ambil.Pintu kamarnya terbuka dan Ezra melihat Felisha di ambang pintu. Mereka memang tidur di kamar terpisah sejak menikah."Boleh aku masuk?" tanya gadis itu. Sebelah tangan memegang gelas berisi air, dan tanpa ijin Ezra dia tetap memasuki kamar itu.Ezra menerima gelas pemberian Feli dan meletakkannya ke atas nakas. Tak biasanya gadis itu mengantarkan air minum untunya, membuat Ezra serba wa
"Harry, ada apa dengan wajahmu?"Serena bertanya di sebelahnya. Rahang Harry yang mengetat membuktikan bahwa dia sangat marah sekarang. Gadis itu lantas meletakkan tangan di bibirnya dan menunjukkan wajah bersalah."Apa mungkin kau ..." Serena mendesah menyesal. "Maaf, maafkan aku, Harry. Aku pikir kau sudah tau tentang itu. Maaf, aku sudah lancang memberitahu hal yang tak seharusnya kucampuri," lanjut Serena.Tapi Harry bukan lah tipe lelaki yang gampang percaya akan perkataan orang lain. Apalagi, dia ingat betul bagaimana Serena pernah membuat kebohongan besar yang sangat merugikan dirinya. Bisa saja perempuan ini ternyata belum benar-benar menyadari kesalahannya?Harry tersenyum miring pada Serena."Aku selalu percaya pada istriku. Dan jika pun dia membuat sebuah keputusan, dia akan selalu berunding denganku," jawabnya mantap.Alena bukan tipe istri yang seperti itu. Tak mungkin Alena mempermalukan suaminya di depan lela
Ketiganya terdiam dengan pikiran masing-masing. Bibir Alena gemetar menahan ketakutan dan rasa bersalah pada dirinya, sedangkan Ezra, tentu saja ini yang dia inginkan. Dia tersenyum miring melihat pasangan suami istri itu saling menatap."Harry, ini ... ini tidak seperti yang kau pikirkan," kata Alena, mencoba menjelaskan situasi sekarang, tapi hanya itu lah yang mampu dia katakan. Bibir Alena gemetar, dia sangat menyesal masuk ke dalam perangkap Ezra.Harry sudah tak sabar ingin mengetahui kontrak apa sebenarnya yang dibuat Alena dengan Ezra Raves. Lantas dia melangkah masuk, kedua tangan masih tetap di dalam saku."Hallo, Tuan Harry," sapa Ezra, dia mengulurkan tangan ketika Harry berdiri di sebelah Alena. "Aku tak tahu Anda datang."Tak tahu? Ha! Ha! Ha! Ezra tertawa besar di pikirannya. Tentu ini sudah dia rencanakan. Ezra tahu, Harry akan mencari istrinya setelah mendengar isu yang dia sebarkan."Aku tak suka berbelit, Tuan Raves. Sebut
"Harry, sarapan lah lebih dulu," tawar Alena ketika melihat suaminya akan berangkat ke kantor.Lelaki itu melihatnya sejenak. Tak ada kata yang harus dia ucapkan pada Alena. Dia hanya menggeleng menghela napas sejenak dan melanjutkan langkahnya keluar dari rumah.Ini sudah satu minggu sejak Harry sama sekali tak berbicara dengan Alena. Hati gadis itu sangat sakit olehnya. Tapi ada satu hal yang Alena tidak ketahui bahwa Harry tengah berusaha melepaskannya dari jebakan permainan Ezra."Bagaimana yang aku perintahkan kemarin?" tanya Harry pada Lukas.Pria tua yang sedang menyetir itu mengambil beberapa berkas dari dasboard dan menyerahkannya pada tuannya."Aku sudah menyiapkan beberapa catatan kelemahannya yang bisa kita lakukan untuk menyerang."Harry membaca setiap kata di dalam berkas itu dan dia cukup puas.Tapi, saat mereka tiba di kantor, Harry lagi-lagi dilanda kemarahan luar biasa."Tuan Ezra Raves mengi
Gadis itu berdiri di anak tangga paling atas. Matanya bertabrakan dengan seorang wanita berpakaian sangat modis, di bawa sana. Wanita dengan topi besar yang melingkar di kepalanya hampir menutupi keseluruhan wajah si pemilik. Wanita itu adalah Rona, ibu tiri yang sangat membenci Alena.Alena pikir orang dari keluarga mana yang datang mencari suaminya? Ternyata manusia berhati busuk ini. Dia menuruni tangga untuk menghadapi wanita itu."Maaf, Anda mencari suami saya?" kata Alena berbicara sangat formal, seakan mereka tak pernah saling mengenal.Urat leher Rona terlihat jelas di bayangan kulitnya yang menegang. Kedua mata yang melotot itu pasti lah ingin sekali menelan Alena hidup-hidup."Di mana suamimu?" Sangat angkuh dia berkata.Melihap kedua tangan di depan dada, Alena melangkah lebih dekat lagi."Ada keperluan apa dengan suami saya? Dari yang saya ingat, suami saya tak pernah mengenal orang seperti Anda.""Kau pikir aku peduli dia