Pintu ruang kerja Harry terbuka dan tampak Lukas datang dari luar sana.
"Tuan, seseorang ingin bertemu dengan Anda," ucapnya.
Lelaki yang sejak tadi sibuk dengan pekerjaannya lantas mengangkat wajah.
"Siapa yang datang menemuiku?"
"Itu putra keluarga Raves. Mereka bilang ada perlu dengan Anda."
Putra keluarga Raves?
Harry mengingat itu adalah Ezra, lelaki yang menjadi suami dari Felisha, kakak tiri Alena. Lantas, Harry keluar dari ruang kerjanya yang langsung menuju ruangan lain. Ruangan itu khusus untuk menyambut rekan bisnis, yang membuat Harry semakin penasaran.
"Kenapa di sini, Lukas?"
"Mereka bilang, mereka ingin membahas pekerjaan dengan Anda, Tuan."
Harry mendengus kecil. Dua minggu yang lalu dia sudah membuat permohonan ke Raves Grup untuk meminta investasi, tapi Tuan Raves menolaknya dengan alasan tidak berani mendahuli keluarga Borisson. Lantas, apa lagi tujuan putra keluarga itu datang ke sini?&
"Aku nggak akan pergi sebelum kau mengubah keputusan itu," sahut Alena.Matanya sudah berkaca-kaca. Alena menyesal dengan sangat berani memasuki ruangan ini dengan Ezra yang masih ada di dalamnya. Secara tidak langsung, dia sudah mencampuri pekerjaan suaminya."Alen, please."Harry menutup matanya, menahan amarah untuk tidak segera meluap. Tapi Alena hanya menggeleng.Sekian tahun mereka menikah, Alena selalu patuh pada semua perkataan suaminya. Dia mempercayai segala yang Harry putuskan adalah benar, sebab memang kepercayaannya itu tidak lah salah. Tapi kali ini, Alena melihat Harry sudah mengambil keputusan yang salah yang akan membuat dirinya sendiri terperosok.Alena tidak bisa diam saja. Dia tidak akan membiarkan Harry berlarut dalam kesulitan ini."Maaf, sepertinya kedatangan kami membuat gaduh rumah tangga ini."Kini Ezra yang berbicara. Lelaki itu lantas berdiri dengan mata yang menatap Harry seperti merendahkan."K
"Kau ingin seperti itu?"Sorot mata Harry jadi dingin tanpa ekspresi. Tatapan lembut dan hangat yang selalu dia tujukan pada Alena seakan menghilang dari sana. Entah ke mana dia sembunyikan tatapan penuh cinta itu, atau mungkinkah sudah hilang dalam sekejap mata oleh perkataan Alena yang menyakitinya?"Baik. Jika kau sangat ingin seperti itu, maka kuserahkan segala keputusan padamu." Harry berkata lagi.Alena tidak memahami maksud ucapan suaminya. Entah dia ingin melepaskan Alena atau menerima kontrak dari Ezra, dia tak mengatakannya. Dan belum sempat Alena menanyakan apa arti kalimat itu, dia sudah pergi meninggalkan Alena di ruangan itu.'Apakah artinya dia menyerah untukku? Dia melepaskanku?' Hati Alena bertanya-tanya.Kedua kaki gadis itu melemah seketika dia memikirkan hal yang sangat menakutkan. Berat tubuhnya tak lagi mampu ditahan oleh tungkai kecilnya. Alena terduduk di atas lantai tepat di sebelah tetesan darah Harry.H
Demi tidak kembali menjadi miskin? Harry sangat marah setiap kali mengingat perkataan Alena tadi malam. Meski dia sangat mabuk, semua kalimat yang dikatakan oleh istrinya terekam jelas di pikiran lelaki itu."Lukas," panggil Harry.Pria tua yang sangat setia itu lantas mendekat ke depan tuannya."Saya di sini, Tuan.""Atur pertemuan dengan Ezra Raves."Harry akan mengikuti perkataan Alena. Dia akan bekerja sama dengan lelaki sombong nan angkuh itu demi menyenangkan hati istrinya. Dia terlalu lemah menghadapi Alena yang tidak memiliki rasa percaya pada suaminya."Baik, Tuan, akan aku laksanakan." Lukas mengangguk paham.Ketika pria tua itu akan beranjak menuju pintu keluar, kembali Harry memanggilnya."Lukas, tentang hasil lab Harel, bawa itu padaku."Wajah Lukas menjadi ceria mendengar permintaan Harry. Dia lalu menjawab penuh semangat."Baik, Tuan. Aku akan segera mengambilnya."Untunglah ... L
"Paman Luke, di mana Harry?"Sejak tadi Alena menghubungi ponsel Harry tetap lelaki itu tidak mengangkat panggilannya. Perasaan khawatir merasuki Alena begitu saja dan segera menghubungi Lukas untuk tahu keberadaan suaminya."Tuan sedang bertemu dengan Ezra Raves. Ada hal penting, Nona Alena?" tanya Lukas dari ujung sana.Terkadang Luka masih memanggilnya seperti itu, dan terkadang menggunakan sebutan nyonya. Sesuka hati mana yang lebih dulu keluar dari mulutnya."Ezra Raves?" ulang Alena memastikan dan langsung mendapat jawaban konfirmasi dari Lukas."Harry menerima kontrak yang ditawarkan Ezra Raves, begitukah, Paman?" tanyanya.Tapi jawaban dari ujung sana mengatakan bahwa Lukas tidak tahu benar apa yang dibahas di dalam ruangan itu. Harry memerintahkannya berjaga di luar saja."Oh begitu. Terima kasih, Paman Luke. Aku akan menghubungi Harry setelahnya."Dia memutus panggilan dan duduk di atas sofa. Alena memikir
Balkon kamar itu sudah disulap seperti bar terbuka di tepi lautan. Lampu led berwarna warni dipasang di setiap sudut, sedang penerangan dari lampu utama dipadamkan. Jika di halaman depan ada kolam luas, tempat itu pasti sudah terlihat seperti pantai di malam hari.Alena menuangkan minuman ke dalam gelas kristal dan menyerahkannya pada Harry.Dia tidak tersinggung. Ketika Harry mengangkatnya pindah ke pangkuan lelaki itu, Alena sama sekali tak merasa direndahkan. Dia adalah istrinya dan wajar diperlakukan sedemikian rupa.Lagian, bukankah Alen sendiri yang meminta Harry untuk tidak pergi? Demi menjaga suaminya tak salah jalan, Alena tak mengapa melakukannya untuk Harry."Mau ditambah lagi?" tanya Alena, menatap wajah suaminya dengan seulas senyum di bibir.Harry pikir Alena akan kesal, marah, berapi-api karena dia diperlakukan seperti wanita bar. Tapi ternyata gadis itu justru bergerak nyaman di pangkuannya. Alena bahkan melingkarkan tangan di leher suam
Ponsel di meja kerja Harry berdering dan memunculkan nama seseorang di sana. Nama yang sangat malas bahkan untuk sekedar membacanya. Dia mengabaikan telepon itu dan melanjutkan beberapa pekerjaan yang masuk ke layar monitor.Tiga kali panggilan itu dia abaikan sampai sebuah pesan dikirimkan. Harry hanya melirik teks pendek di layar ponselnya.Serena :Aku sudah dengar tentang perusahaanmu. Harry, biar kuberitahu bahwa aku melihat rahasia perusahaanmu yang hilang.Lelaki itu bergegas meraih ponselnya dan melakukan panggilan. Sebuah suara menjawabnya dari balik sana."Halo, Harry, jika kau ingin mendengar tentang itu, datang ke rumahku sekarang. Aku menunggumu, oke."Panggilan terputus sebelum Harry mengucapkan sepatah kata pun. Dia lantas berdiri untuk menemui perempuan itu. Serena.Kenapa rahasia perusahaannya ada di tangan Serena? Harry sangat marah sampai tak sadar memacu mobilnya dengan kecepatan yang sangat tinggi.Seakan dia
Bibir Serena gemetar mendengar pengakuan Harry. Matanya yang tadi hanya berpura menangis, kini mengeluarkan air mata sungguhan. Dia tak bergeming. Kepalanya memutar setiap kata yang Harry katakan padanya."Kau masih ingin berpura-pura? Jika aku memberikan hasil test itu pada keluarga, apa yang akan kau lakukan, Serena?"Sebuah senyum miring terukir di sudut bibir Harry, menikam Serena sampai ke tulang rusuknya."Kau ... kau tak boleh melakukannya. Aku ... aku tak akan membiarkan keluargamu menarik semua aset yang ada padaku."Ternyata semua ini demi aset peninggalan Harel. Serena memperalat Harry karena dia sudah tahu bahwa putranya tak mungkin bisa hidup lebih lama lagi. Jika Harel kecil berumur pendek, aset peninggalan itu seluruhnya akan kembali ke tangan keluarga Borisson. Ya, aset Harel masih di bawah nama Tuan Borisson, tidak seperti Harry yang membangun bisnisnya dengan sendiri."Kau takut? Kau tak siap mengembalikan aset peninggalan
Hai, Kakak semua... berhubung hari ini 29 Mei, tepat 2 bulan Harry-Alena menemani kita di platfrom GoodNovel, author mau bagikan hadiah 2000 koin untuk 20 pembaca yang beruntung (masing-masing 100c / 1 pembaca.) Bagaimana cara memenangkannya? Yuk simak sampai selesai, ya. 😍 Sebenarnya, ini untuk ucapan terima kasih dari author bagi pembaca yang selalu menunggu update terbaru. Author ingin berbagi koin buat kakak melanjutkan baca bab terbaru yang akan dirilis. Silakan ikuti ketentuan di bawah ini, ya. 1. Berikan ulasan novel ini bintang 5 di aplikasi Goodnovel. 2. Follow author di i.g; @butiran_debugn dan goodnovelindonesia. 3. Kirimkan screenshort bukti pembelian bab berbayar ke DM/Messenger. (Minimal Season 1 lengkap, dan utamakan Season 2 juga, sampai bab update terakhir) Nah, buat kakak yang udah baca sampai ke Season 2, silakan langsung kirimkan ke DM ya. Kita akan pilih 20 orang tercep
Esau berlari menaiki tangga pintu masuk istana keluarganya, dengan penuh semangat dan senyum yang tergambar di bibirnya. Tangan kanan menjinjing sebuah boks besar yang dia bawakan hadiah untuk istrinya, belakangan ini dia memang menjadi sangat romantis sejak mendengar kabar kehamilan Freya. Setiap akan pulang dari mana pun, Esau menyempatkan membawa hadiah untuk Freya. Baik itu berupa bunga, makanan, atau benda apa saja yang dia temukan di jalan. Terkadang juga Esau mencari-cari sesuatu yang diinginkan ibu hamil melalui situs internet, lantas membawakannya untuk Freya. Dia adalah suami yang begitu mencintai istrinya. “Sayang...” Esau mendorong pintu kamar, memamerkan jinjingan yang dia bawa. “Lihat, aku membawa apa padamu?” Freya yang tengah berbaring membaca sebuah buku, menurunkan buku itu ke atas perutnya dan melihat Esau. Sejak hamil dan dikatakan fisiknya lemah, Freya dengan suka rela mengambil cuti kuliah dan lebih memilih menghabiskan waktu menikmati k
“Frey, kalian harus datang, ingat!”Leona berseru dari ujung sana, melambaikan tangannya pada Freya yang masih berdiri menunggu Esau membukakan pintu mobil. Gadis itu mengangguk sebagai jawaban untuk seruan dari Leona.“Baik lah, akan aku usahakan.” Freya lalu masuk ke dalam mobil di samping suaminya yang menyetir.“Datang? Memangnya... ke mana dia mengajakmu?”“Ulang tahun. Leona merayakan ulang tahunnya, dan dia mengundang kita.”“Kenapa kita harus datang?” Esau menyahut acuh, menyalakan mesin mobil yang membawa mereka meninggalkan parkiran kampus. “Aku heran kenapa kau mau berteman dengannya, padahal dulu dia jahat padamu.”Jika dipikir-pikir, Leona memang banyak melakukan kejahatan pada Freya, tapi di balik itu Freya sendiri sudah membalasnya, kan? Lantas kenapa harus merasa dirinya harus membenci Leona lagi? Lagian Leona sendiri sudah meminta maaf secara terang-tera
Semua orang menjadi diam melihat kedatangan pria itu. Esau masih terkejut, bahkan dia tidak sadar kapan Ezra Raves berjalan menuju kado besar yang sudah Harry siapkan. Dia menatap Harry dengan tatapan yang sedikit aneh.“Apakah kado dariku sangat besar?” katanya, seakan menyindir Harry. Ezra cukup tahu Harry adalah seseorang yang selalu mempersiapkan segala sesuatu, dan sudah pasti Harry lah yang membuat kado itu seakan-akan dari dirinya. “Kalian tampak senang melihat kado dariku, tapi tampaknya tidak senang dengan kedatanganku.” Ezra berpindah ke depan Harry, mengulurkan tangannya dan berkata, “Halo, Besan, akhirnya kita bertemu setelah sekian lama.”Harry muak melihat sikap Ezra yang seakan ingin menunjukkan sifat arogannya. Tapi demi menjaga nama baik menantu perempuannya, Harry mengulurkan tangan untuk menyambut Ezra. “Ya, selamat datang kembali. Aku pikir pesawat itu sudah meledak sehingga kau mungkin tidak akan pernah dat
“Selamat, akhirnya kau benar-benar menjadi lelaki jantan.” Parsa menepuk pundak sahabatnya, membuat Esau mengerut kening tidak senang.“Sial! Apa selama ini aku kurang jantan di matamu?” umpat Esau pelan, tidak senang dia dengan ledekan yang ditujukan Parsa padanya.“Mana aku tahu, Freya lah yang tahu bagaimana kau di ranjang.” Parsa melirik Freya dan meneruskan pertanyaan Esau padanya. “Bagaimana, Frey, apakah Esau jago di ranjang?” ucapnya sembari tertawa.Kesal, Esau meninju pelan pundak Parsa untuk menyuruh sahabatnya itu diam. “Diam lah, Brengsek, atau aku memanggil bagian keamanan untuk mengusirmu,” balasnya sambil bergurau.Hal itu membuat Julian ikut tertawa mendengar dua sahabatnya yang saling mengejek, dan ikut serta di dalam perbincangan mereka. “Mungkin kau memang tidak jago, Esau, sebab itu Freya ingin meninggalkanmu.”“Hei, tutup mulutmu atau aku
“Apa yang kau lakukan, Esau?” Freya menarik Esau untuk menjauh, tetapi Esau tidak menggubrisnya. Dia tidak akan menyerah begitu saja sebelum Felisha menunjukkan apa yang dia sembunyikan.“Frey, aku lah yang lebih dulu mengenal bibi, jadi aku tahu dia tidak sepenuhnya gila. Sebelum kau masuk ke dalam hidupku, perawat mengatakan bibi hanya butuh pengobatan ringan. Dia hanya terlalu malu bertemu denganmu, sampai-sampai berkata tidak ingin melihatmu lagi. Benar seperti itu kan, Bi?” tanya Esau tegas.Tentu hal itu membuat Felisha tak tahan lagi. Dia lelah menahan diri hingga akhirnya meneteskan air mata dari kedua sudut matanya.“Aku orang jahat, kenapa aku berhak memiliki anak? Aku sudah membuat semua orang menderita, aku tidak pantas menjadi ibunya,” bisik Feli lemah.Pertemuan dengan Ezra sudah membuat Feli seperti tersadar bahwa dirinya adalah orang jahat yang tak pantas mendapatkan perhatian dari siapa pun. Semua tuduh
“Maaf sudah memisahkanmu dengan papamu.” Esau mengelus wajah Freya, satu jarinya bermain-main di wajah cantik gadis yang bersandar ke pundaknya.Bagaimana pun, Ezra Raves adalah pria pertama yang mencintai gadis itu sejak dia lahir. Mungkin banyak kesalahan yang Ezra lakukan, tapi tetap saja cinta seorang ayah tidak bisa dihilangkan dari hati.“Kau masih sedih?” Kini Esau tatap wajah cantik istrinya dengan memegangi dagu lancip Freya.Menggeleng lemah, tentu saja Freya berbohong. Dia tidak bisa berkata dirinya baik-baik saja setelah yang barusan terjadi.“Sedih sebentar tidak akan membunuhku, kan?” bisik Freya, lagi air matanya mengalir. “Papa tidak boleh hanya menyalahkan mama, mereka sama-sama salah. Aku harus tega pada papa untuk membuatnya menyadari kesalahan.”“Benar, kau tidak melakukan kesalahan. Jika papamu bisa berpikir dengan baik, seharusnya dia menyesal.”Helaan na
“Apa yang kalian bicarakan? Sayang, papa mencintaimu. Kau tidak harus mendengarkan kesaksian dari orang-orang yang tidak menyukai papa,” kata Ezra, berharap kali ini putrinya masih mendengarnya. Ezra Raves tidak rela jika Freya menuduhnya tidak menginginkan dirinya.“Tapi bukti yang kutemukan bukan sekedar ucapan orang-orang. Papa juga ingin melihatnya?” Freya menantang papanya, lantas membuka lipatan kertas yang dia pegang.Bagaimana pula ada orang yang berkata demikian? Apakah mereka bisa mendengar isi kepala Ezra? Siapa yang dengan berani membuat kesaksian bahwa Ezra tidak menginginkan bayinya? Sejak mendengar Felisha hamil, Ezra sudah berencana untuk mengurus bayi itu meski tanpa ibunya!“Catatan rumah sakit atas nama Felisha Raves dan suaminya Ezra Raves,” kata Freya, membaca sebagian dari kertas yang ada di tangannya. Dadanya sesak. Pedih Freya rasakan ketika dia melanjutkan untuk berkata, “Catatan ini adalah kunju
Freya masih bergeming menatap tangan Esau yang terulur padanya. Lalu perlahan mengangkat mata untuk melihat wajah suami yang... katanya sudah bercerai oleh perbuatan oleh sang papa. Wajah sendunya sulit untuk ditebak, apakah Freya akan menerima uluran tangan itu?Kemudian dia perlahan mengalihkan wajah menatap tangan papanya, lalu mata mereka pun bertemu beberapa detik kemudian.“Mari, Sayang, kita akan berangkat hari ini,” ucap Ezra Raves sekali lagi.“Papa menjagaku?” Suara serak yang menyiratkan kerinduan akan cinta.“Pasti, karena kau lah separu dari nyawaku yang tersisa.” Ezra mengangguk perlahan.Ezra memang banyak melakukan kebohonga, tapi semua dia lakukan untuk alasan yang tepat. Dia hanya tidak ingin membuat Freya seperti ibunya.“Freya, ibumu memiliki temprament yang sangat buruk. Dia suka menyakiti orang lain tanpa peduli siapa orangnya. Aku menjauhkanmu dari dia karena aku mencintaimu, a
“Esau, tunggu!” Freya hampir saja terjatuh ketika mengikuti langkah suaminya turun dari mobil. “Bukankah kau bilang akan mempertahankanku? Kenapa kau ingin mengembalikanku pada papa?” katanya lagi. Freya tidak ingin pergi, dia berhenti menatap rumah besar di mana papanya menunggu.“Freya, ikut lah, papamu sudah tak sabar menunggu.”Kemarahan Esau sudah sampai di puncak kepalanya, sehingga tak ada waktu baginya membahas hal ini. Esau hanya ingin segera bertemu dengan Ezra Raves dan menyelesaikan masalah mereka. Dia tidak tahan mendengar kata-kata Ezra yang bahkan sudah mengurus perceraiannya dan Freya. Bukankah pria itu sudah sangat keterlaluan?“Tapi aku tidak mau! Aku mencintaimu, aku ingin denganmu!” Freya yang baru mendapat kasih sayang dari seluruh anggota keluarga Borisson, tiba-tiba merasa sangat sedih. Esau, lelaki yang pagi tadi berkata mencintai dirinya bahkan rela mati untuknya, kenapa sekarang justru sep