Share

Bab 4. Kontrak

Author: Ellea Neor
last update Last Updated: 2024-11-25 10:33:23

Clara sedikit kesal saat Sebastian mengatakan ronde selanjutnya. Nyatanya, pria itu memberinya makan hanya untuk digempur habis-habisan. Sepertinya Sebastian memang tidak mau rugi, sehingga dengan pandai memanfaatkan kesempatan ini.

“Tuan, izinkan saya memejamkan mata sebentar,” pinta Clara. Dia merasa sangat lelah setelah melayani hasrat Sebastian untuk yang kesekian kalinya.

“Baiklah, kamu aku izinkan beristirahat. Setelah itu kita lanjut,” balas Sebastian.

Clara tidak peduli dengan ucapan Sebastian dan hanya mengiyakan. Yang terpenting dirinya bisa tidur guna memulihkan tenaganya yang terkuras habis demi melayani Sebastian.

Pukul 03.00 dini hari, Clara terbangun karena sebuah sentuhan. Dia membuka mata, dan terkejut melihat Sebastian berada di atas tubuhnya.

Wajahnya begitu dekat, seolah-olah ingin memangsa dirinya hidup-hidup. Clara kembali menegang.

"Tuan...Anda...!" Clara seolah kehilangan kemampuan bicaranya. Namun, Sebastian justru meresponnya dengan sebuah senyum seringai.

"Aku menginginkannya lagi!" bisiknya, kemudian kembali mencumbu Clara.

Keesokan paginya, Clara bangun dalam kondisi tubuh yang terasa remuk. Tulang-tulangnya serasa terlepas dari persendiannya. Semalam, setelah makan, Sebastian kembali meminta dilayani. Tidak hanya sekali, namun berkali-kali.

Teringat pergulatan panasnya bersama Sebastian, membuat wajah Clara bersemu merah. Tidak dipungkiri, Sebastian memang pandai membuatnya seakan terbang ke awan. Clara memang tidak tahu pasti berapa ukuran milik Seabastian. Akan tetapi, saat memasukinya, Clara merasa miliknya terasa penuh sesak.

Selesai membersihkan diri, Clara segera mengenakan kembali pakaiannya, dengan gerakan yang santai.

Pintu diketuk, Clara segera mempercepat gerakannya. setelah berpakaian lengkap, dia berjalan mendekati pintu lalu membukanya.

“Selamat pagi, Nona. Tuan Bastian sudah menunggu Anda di bawah,” ucap pelayan.

“Aku akan turun sekarang,” kata Clara.

Clara menuruni anak tangga menuju lantai bawah dan menghampiri Sebastian yang sudah berpakaian rapi dan duduk di ruang makan. Clara berhenti tepat di dekat Sebastian.

“Duduklah!” titah Sebastian.

“Baik, Tuan.” Clara segera mendaratkan pantatnya pada salah satu kursi yang ada di dekat Sebastian. Seorang pelayan mendekat, hendak melayani Clara, namun dengan ramah dia menolak. “Biar aku saja.”

Pelayan itu mengangguk lantas menyingkir dari ruang makan.

“Aku akan mentrasfter uang yang kamu minta, tapi sebelum itu tanda tangani dulu surat ini.” Sebastian menyerahkan berkas yang sudah dia siapkan sejak pagi tadi.

“Apa ini, Tuan?” tanya Clara.

“Baca saja!”

Clara membuka berkas tersebut, dan membaca tulisan dengan judul Surat Perjanjian Kontrak. Clara menatap Sebastian sekilas kemudian kembali fokus pada berkas. Tertera jelas di sana, Sebastian sebagai pihak 1 dan Clara sebagai pihak 2.

Ada beberapa poin yang menarik perhatian Clara. Poin pertama, Clara bersedia melahirkan anak untuk pihak 2 dengan bayaran 5 miliar yang akan dibayar di muka. Poin kedua, hubungan akan berakhir jika hanya pihak 1 yang menginginkan.

Poin 3, Pihak 2 harus datang saat pihak 1 memanggilnya. Dan yang terakhir poin 4, jika Pihak 2 melanggar kesepakatan, akan dikenakan denda sebesar 10 miliar.

Melihat nominal yang tertera, Clara membulatkan mata.

“10 miliar?” Tanpa sadar suara Clara meninggi.

Clara nyaris tidak mempercayai penglihatannya sehingga dia membaca kembali surat perjanjian tersebut. Namun, semuanya tidak berubah.

“Kenapa? Keberatan?” tanya Sebastian. Suaranya terdengar dingin.

Clara terdiam, tangannya gemetar memegang berkas. Ini sama seperti dirinya dijebak. Ingin mundur, tetapi sudah setengah jalan. Lagi pula dirinya sangat membutuhkan uang itu dan hari ini adalah batas waktu pelunasannya.

“Tidak, Tuan.” Setelah lama bungkam, akhirnya Clara menjawab. Sebastian adalah orang yang tidak bisa dibantah, itu sebabnya Clara tidak ingin berdebat.

Mendengar hal itu, Sebastian tersenyum menyeringai. “Bagus! Kalau begitu segera tanda tangani!” titah Sebastian.

“Baik, Tuan,” ucap Clara. Selanjutnya dia menundukkan kepala, tidak akan membiarkan Sebastian melihat ujung matanya yang kemerahan. Dia segera membubuhkan tanda tangan, dan menyerahkan kembali surat kontrak kepada Sebastian.

Tak lama setelah Sebastian menerima berkas tersebut, dia segera melakukan panggilan pada orang kepercayaannya. Memberi perintah untuk mentrasfer uang ke nomer rekening Clara. Detik selanjutnya, panggilan ditutup, Sebastian kembali menatap Clara.

“Aku sudah mentrasfer uang ke rekeningmu. Ingat! Jangan sampai melanggar kesepakatan atau kamu akan rasakan sendiri konsekuensinya!” Sebastian mengingatkan.

Tidak ada kata lain kecuali harus mengiyakan. Pun Clara tidak bisa lagi lari dari kesepakatan ini, atau pengorbanannya semalam sia-sia.

“Oh, ya ini ada sesuatu untuk kamu.” Sebastian meraih tote bag lalu diberikan kepada Clara.

Clara menerima benda tersebut. Penasaran dengan isinya, Clara segera membukanya. Manik indahnya seketika membulat sempurna.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Yu.Az.
Dapet Daleman dong. wkwkwkw
goodnovel comment avatar
Tanzanite Haflmoon
waduh dapat cinderamata penasaran
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 5. Datanglah!

    “Lingerie?” Clara mengernyitkan dahi. Pakaian tembus pandang berwarna merah itu tampak indah, namun, entah mengapa Clara merasa aneh kala melihatnya. “Ya, aku suka melihatmu memakai Lingerie,” ujar Sebastian. Ucapan Sebastian mengingatkan Clara pada kejadian malam-malam sebelumnya. Di mana Sebastian terlihat bernafsu ketika melihat dirinya mengenakan baju tembus pandang ini. Clara memperhatikan sekitar dan melihat Andrew si kepala pelayan yang berdiri di sudut ruangan. Beberapa pelayan wanita juga tampak berlalu lalang, entah mengapa mendengar Sebastian bicara begitu, Clara jadi malu sendiri. “Kamu tenang saja, semua orang yang bekerja di sini telah disumpah untuk tidak membocorkan apa pun yang terjadi di rumah ini.” Seolah tahu isi kepala Clara, Sebastian segera menjelaskan, dan itu membuat kegelisahan di hati Clara menghilang. “Karena kamu sudah melayani aku semalaman, hari ini aku membebaskan kamu dari pekerjaan,” ucap Sebastian. Mendengar hal itu, senyum Clara seketika mel

    Last Updated : 2024-11-25
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 6. Sempit

    Clara sudah merasa curiga saat mendapati nama Sebastian di layar ponselnya. Ketika dirinya menjawab panggilan itu, Sebastian menyuruhnya datang. “Sekarang, Tuan?” tanya Clara. “Tahun depan, tentu saja sekarang!" jawab Sebastian yang terdengar ketus. Clara menggigit kecil bibir bawahanya. Dirinya sudah berjanji pada kedua orang tua William untuk bermalam di rumah sakit dan menjaga William. Apa jadinya jika dirinya tiba-tiba pergi? Sesaat, Clara merasa ragu. Namun, saat mengingat surat perjanjian yang dia tanda tangani tadi pagi, seketika itu keraguan dalam hatinya lenyap. Dari mana dirinya mendapat uang sebanyak itu untuk membayar denda? “Kenapa diam? Jawab aku, Clara!” teriak Sebastian. Suara Sebastian menyentakkan Clara, gegas dia menjawab. “Ya, Tuan. Saya ke sana sekarang.” “Bagus, aku tunggu sepuluh menit.” “Apa?” Clara hendak melayangkan protes kepada Sebastian, namun panggilan lebih dulu ditutup. Clara mengumpat dalam hati. Jarak antara rumah sakit dan rumah Sebastian cu

    Last Updated : 2024-12-13
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 7. Curiga

    “Tuan." Clara kembali memanggil setelah panggilan pertama tidak menjawab. Sebastian menoleh setelah menenggak pil dan air putih. Clara mengernyitkan dahi. "Tuan minum obat apa?" tanya Clara penasaran. “Kamu tidak perlu tahu, sebaiknya kamu tidur.” Bukannya tidur, Clara justru turun dari atas kasur, meraih pakaian miliknya lalu memakainya dengan gerakan yang cepat. Hal itu baru menarik atensi Sebastian. “Kamu mau ke mana, Clara?” tanya Sebastian. “Saya harus kembali ke rumah sakit, Tuan,” jawab Clara. Sebastian melotot. "Apa? Aku belum selesai, dan aku baru saja minum obat..." Ucapan Sebastian refleks terhenti setelah dia teringat sesuatu. Alis Clara mengkerut. Dia menyadari itu. "Obat apa, Tuan?" Jujur saja, Clara semakin penasaran. Daripada menjawab, Sebastian malah menatap jam di dinding. Jarum pendek mengarah pada angka 3 kemudian kembali menatap Clara/ “Dini hari begini?” Sebastian sengaja mengalihkan topik pembicaraan. “Saya sudah berjanji pada mertua saya untuk

    Last Updated : 2024-12-13
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 8. Tanda Merah

    Clara seketika tercekat, tangannya refleks menyentuh lehernya. Clara melupakan sesuatu. Saat di rumah Sebastian, dia melihat tanda yang dimaksud oleh Julia. Ini adalah tanda merah yang dihasilkan dari hubungan terlarangnya bersama Sebastian. Dan dengan cerobohnya Clara tanpa sengaja memperlihatkan ini kepada Julia.“Kenapa diam? Kau tidak tuli ‘kan, Clara?” tanya Julia sinis.“Em…ini, aku lupa kalau aku alergi kacang merah, kemarin aku tidak sengaja memakannya,” jelas Clara. Dia tidak percaya bahwa dirinya kini pandai sekali membual.Kening Julia mengkerut. Memperhatikan tanda merah itu dengan teliti.Melihat itu, Clara segera meraih syal dari dalam tas kemudian melingkarkan di leher.“Maaf, Ma. Aku harus pergi bekerja.” Clara segera meraih sling bag miliknya kemudian menyingkir dari hadapan Julia. Clara bahkan tidak sempat berpamitan kepada William. Ini semua gara-gara Julia.Meski suaminya itu tidak bisa melihat dan mendengar, Clara terbiasa meminta izin kepada William sebelum pergi

    Last Updated : 2024-12-20
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 9.

    Clara menatap Sebastian tidak berkedip sedikit pun. Dia terkejut ketika mendengar penuturan Sebastian. Apa yang baru saja pria itu katakan? Hari ini banyak jadwal penting. Akan tetapi pria itu justru ingin membatalkannya.“Tuan, apa maksud Anda?” tanya Clara lagi. Dia seketika menundukkan pandangannya ketika tatapan tajam Sebastian menghujam ke arahnya.“Sudah kukatakan berapa kali? Aku tidak suka mengulang ucapanku!” sergah Sebastian.“Maafkan saya, Tuan.” Clara segera menyadari kesalahannya.“Kemari, Clara!” Sebastian kembali mengulurkan tangan.Clara menatap Sebastian, mencoba mencari tahu maksud dari uluran tangan itu. Sepertinya Sebastian ingin dirinya mendekat. Takut-takut, Clara melangkah maju. Dia menatap tangan Sebastian.Clara menyambut uluran tangan itu, dia tersentak kala tubuhnya ditarik dan tanpa sengaja terjatuh di pangkuan Sebastian. Untuk sesaat, Clara merasa canggung. Apa boleh begini? Ini adalah kantor.“Rambut ini.” Sebastian menyentuh surai panjang milik Clara. “A

    Last Updated : 2024-12-20
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 10.

    Clara sedikit terperangah, meski begitu dia tidak protes kali ini, dia segera mengikuti ke mana langkah Sebastian. Tatapan iri dan tidak suka mengiringi langkah Clara yang kini berjalan di belakang Sebastian. Apa yang Clara pikirkan? Bukankah itu sudah biasa? Jadi Clara tidak perlu memusingkannya.Pasalnya, banyak yang mengincar posisi asisten pribadi. Siapa yang tidak ingin dekat dengan pria tampan seperti Sebastian? Dan asal mereka tahu saja, hal itu tidak akan mudah dilakukan. Tiga tahun Clara menahan diri untuk tidak mengumpati Sebastian. Terlebih beberapa hari terakhir, sikapnya sangat menyebalkan.Meski begitu, Clara harus berterima kasih kepada Sebastian karena telah membantunya. Tidak, dirinya juga sudah memberikan sesuatu yang berharga kepada pria itu yaitu kesuciannya.“Masuk!” Sebastian membukakan pintu mobil untuk Clara.Clara patuh, dan segera masuk.Sebastian menutup pintu mobil, kemudian berjalan memutari kendaraan, mendudukkan dirinya di kursi kemudi. Dia sengaja tidak

    Last Updated : 2024-12-20
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 11.

    Mendengar itu, Leonard dan Sania saling bertukar pandang. Rona kebahagiaan terpancar di wajah keduanya. Bukan hanya sesepuh saja yang menginginkan seorang bayi penerus, Leonard dan sania pun sama halnya. Mereka berdua ingin segera menimang cucu mengingat usia Sebastian yang sudah cukup matang.“Kalau begitu kau setuju untuk menikah?” tanya Sania. Dia tidak sabar untuk menantikan hal semacam itu.Kening Sebastian mengkerut. “Aku tidak bilang akan menikah.”“Lalu?” Leonard menaikkan sebelah alisnya.“Kakek hanya meminta seorang penerus ‘kan. Kalian tenang saja, dalam waktu dekat aku akan memberikannya.” Sebastian berdiri dari duduknya.Sania mendongak menatap putra semata wayangnya dengan tatapan bingung sekaligus khawatir. Dia masih tidak mengerti dengan ucapan Sebastian.“Nak, tolong jelaskan pada Mom. Apa maksudnya dengan memberikan bayi tapi tidak menikah?” tanya Sania.Sebastian menyunggingkan senyumnya. Dia menatap wanita bergelar ibu sejenak lalu melanjutkan langkah meninggalkan

    Last Updated : 2024-12-21
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 12.

    Clara menelan saliva, bayangan permainannya bersama Sebastian berkelebat di kepala Clara. Hal itu mungkin bukan yang pertama lagi bagi Clara. Namun, saat hendak melakukannya lagi, Clara merasa gugup. Tanpa sadar kedua tangan di atas pangkuannya bergetar. Jantung Clara berdegup dengan sangat kencang. Tatapannya yang mengarah pada luar jendela terlihat goyah.Sementara Sebastian terlihat sangat tenang. Raut wajahnya sangat dingin seolah tanpa emosi. Sesekali melirik ke arah samping di mana sang asisten berada. Sebelah sudut bibirnya ditarik ke samping."Ku peringatkan sekali lagi, Clara. Jangan pernah menggunakan hatimu dalam hubungan ini."Mendengar itu, Clara segera tersadar. Bahwa hubungan ini terbangun atas dasar simbiosis mutualisme. Di mana kedua belah pihak saling diuntungkan. Benar yang dikatakan oleh Sebastian, tidak seharusnya dirinya menggunakan perasaan saat berhubungan dengan pria itu.“Tentu saja, Tuan.” Hanya itu yang bisa Clara katakan saat ini.Kendaraan melaju dengan c

    Last Updated : 2024-12-22

Latest chapter

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 196.

    Ziyon dan kedua rekannya tertawa puas, suara mereka menggema di antara dinding tebing yang curam. Tawa itu bukan sekadar luapan kegembiraan, melainkan ejekan yang menyayat—sebuah perayaan atas keberhasilan mereka menyingkirkan Dareen. Dari atas tebing, mereka menyaksikan tubuh pria malang itu terjatuh, kemudian lenyap ditelan deburan ombak yang ganas. Tidak ada rasa bersalah, tidak pula keraguan. Yang tersisa hanyalah kesombongan, seolah mereka baru saja menuntaskan misi penting tanpa cela. "Mampus kamu, Dareen." Senyum jahat terukir di bibir Ziyon ketika tatapannya mengarah pada riak air, titik di mana Dareen baru saja menghilang. Kepuasan, kemenangan tampak terlihat di wajah tampan pria itu. Meski bukan kemenangan sepenuhnya, sebab dirinya tidak mendapatkan apa-apa, hanya sebuah luapan kemarahan akibat apa yang terjadi pada dirinya. Hidupnya hancur dan itu semua karena Dareen. Selanjutnya, Ziyon memiliki rencana untuk membalas pada Sebastian, tetapi dia harus memikirkan rencana

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 195.

    Dareen merasakan napasnya kian sesak. Udara di sekelilingnya begitu terbatas, dan kegelapan total menyelimuti penglihatannya. Suasana pengap menyiksa, membuatnya sulit bernapas dengan leluasa. Kain karung yang membungkus tubuhnya menambah tekanan psikologis yang mencekam. Dia hanya bisa meringkuk dalam posisi tidak nyaman, dalam kondisi tangan dan kaki terikat. Dareen tidak tahu ke mana dia akan dibawa.Tubuhnya terasa sempit terjepit, dan setiap gerakan kecil hanya membuat dirinya semakin sulit bernapas. Dia sadar bahwa dirinya telah dimasukkan ke dalam karung, lalu dilemparkan ke dalam bagasi mobil. Suara dentuman pelan dari luar, guncangan kendaraan, serta bau menyengat dari ruang sempit itu membuatnya nyaris kehilangan kesadaran. Di tengah ketidakpastian dan rasa takut yang kian membuncah, Dareen hanya bisa berharap ada keajaiban yang menyelamatkannya dari situasi mengerikan ini."Setelah ini, kita harus segera kembali ke Santoria," kata Jordy yang tampak tidak sabar. Beberapa h

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 194.

    Rencana terakhir yang terlintas dalam benak Ziyon adalah menghabisi nyawa Dareen. Dia menilai bahwa pemuda itu sudah tidak lagi memiliki nilai guna dalam skema yang telah dia susun. Segala upaya untuk mendapatkan tebusan dari keluarga Dareen berakhir dengan kegagalan, dan setiap menit yang berlalu hanya meningkatkan risiko terungkapnya keberadaan mereka. Dalam pikirannya yang dingin dan penuh perhitungan, Ziyon menyadari bahwa membiarkan Dareen tetap hidup hanya akan menjadi beban. Lebih dari itu, pria muda itu kini menjadi saksi hidup dari seluruh tindakan penculikan yang telah dia lakukan. Maka dari itu, untuk menghapus jejak dan menutup kemungkinan terburuk, Ziyon mengambil keputusan untuk menghabisi Dareen dan membuang jasadnya ke laut agar tidak pernah ditemukan. Sambil menatap ke luar jendela, Ziyon menyinggungkan senyumnya. Kemudian memberi perintah. "Siapkan segala sesuatunya!" Pria bertopeng yang sejak kemarin membantu Dareen melancarkan aksinya kini membuka suara.

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 193.

    Pagi itu, Clara terbangun lebih lambat dari biasanya. Tubuhnya masih terasa lelah setelah malam panjang yang dihabiskan bersama Sebastian. Begitu matanya terbuka, dia segera menoleh ke sisi tempat tidur, namun tak menemukan sosok suaminya di sana. Pintu kamar mandi dalam keadaan terbuka. Tidak ada tanda kehidupan apa pun. Rasa penasaran mulai merayapi benaknya.Dia bangkit perlahan, berjalan menuju kamar bayi. Namun, Kaisar pun tidak berada di tempat tidurnya. Kegelisahan mulai tumbuh di dalam dada Clara. Tanpa pikir panjang, dia segera menuruni tangga untuk mencari tahu keberadaan mereka.Begitu tiba di lantai bawah, aroma masakan hangat menyambutnya. Clara melihat Sania, ibu mertuanya, sedang sibuk menyusun piring di meja untuk sarapan dibantu beberapa pelayan dan Andrew. Sementara itu, Sebastian duduk di kursi utama ruang makan, tampak tenang sambil menyeruput kopi dengan selembar surat kabar di tangan. Begitu melihat Clara, Sania menghentikan kegiatannya sejenak dan tersenyum l

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 192.

    Clara menyunggingkan senyumnya. Jujur saja, Clara merindukan masa-masa ini. Di mana setiap sentuhan Sebastian bagaimana candu baginya. Dia melirik ke arah box bayi. Kaisar tampak lelap dalam tidurnya. Mungkin ini saatnya dirinya menunaikan ibadah suami istri ini. Clara merespon ajakan Sebastian dengan lengan yang dia lingkarkan di leher suaminya. Dia lantas menegakkan tubuhnya. "Aku juga sudah tidak sabar..." Sesaat, ujung hidung lancip keduanya saling bersentuhan. "Kalau begitu, bawa aku ke kamar kita," bisik Clara. Sebastian agak menjauh, menatap istrinya dengan ujung mata yang menyipit. Lantas bibir seksinya, mengulas sebuah senyuman. "Kita belum pernah melakukannya di sini 'kan?" gumamnya lirih. Clara merasakan deru napas hangat menyapu kulit daun telinga. Memunculkan sensasi aneh yang mendebarkan. Dia lantas memandang suaminya. "Jangan di sini, Sayang. Kita bisa mengganggu Kaisar," balas Clara. Saat berhubungan, dirinya cenderung mengeluarkan suara-suara aneh. Sehingga dia

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 191.

    "Mom, kamu mendengarku? Aku diculik!" Dareen berteriak di depan layar ponsel yang disodorkan Ziyon ke arahnya. Tidak ada jawaban. Hening. Selanjutnya hanya terdengar suara seseorang berteriak dari kejauhan. "Lucia, Sadarlah!" Itu suara Louis, ayahnya. Wajah Dareen menegang. Apa yang dikatakan oleh ayahnya barusan? Mengapa sang ayah berteriak? Dan Mengapa dia meminta sang ibu untuk sadar? Apa yang terjadi? Apa ibunya sedang pingsan? Pertanyaan-pertanyaan itu memenuhi isi kepala Dareen. Sampai membuatnya ingin meledak. Wajahnya yang ketakutan semakin pucat dengan sudut bibirnya yang pecah dihiasi darah yang telah mengering. "Dad! Jawab aku!" pekik Dareen dengan raut wajah penuh kekhawatiran. Tidak ada jawaban. Dareen menatap layar ponsel. Panggilan masih berlangsung. Ziyon mengamati Dareen, sebelah sudut bibirnya ditarik ke samping. Detik selanjutnya, dia menjauhkan ponsel itu dari Dareen. "Sudah cukup!" Ziyon mengakhiri panggilan. Dareen refleks mendongak. Menatap Ziyon yang t

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 190.

    Dareen tersentak kala Ziyon melempar sesuatu tepat di wajahnya. Benda itu jatuh ke lantai yang kusam setelahnya. Dareen melihat ke bawah, ternyata dua kartu kredit miliknya yang tak berguna. Kemudian Dareen menatap ke arah Ziyon. Wajahnya tampak dipenuhi amarah. Kemungkinan pria itu baru saja menggunakan kartu tersebut. Dan sama seperti dirinya yang dibuat kesal oleh kartu kredit sialan itu. "Sudah kubilang 'kan, kartu itu memang tidak ada isinya." Dareen menertawakan kebodohan Ziyon. Padahal Dareen sudah memberitahu sebelumnya. Akan tetapi, pria itu malah tidak percaya. "Kamu benar-benar membuat aku marah!" teriak Ziyon. Frustasi. Saat mendengar bahwa Dareen bersenang-senang di luar negeri. Dengan segenap harta yang tersisa, Ziyon berniat menyusul, untuk merampas semua yang Dareen miliki. Nyatanya, pria itu tidak memiliki apa-apa. Ziyon tidak bisa menyentuh Sebastian karena dia tidak memiliki kuasa apa pun. Aset dan seluruh harta maupun saham telah habis. Kedua orang tuanya sem

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 189.

    Sania yang datang hari itu akhirnya membantu menyusun mainan tersebut, menyortir, mengelompokkan mainan sesuai dengan usia. Mainan-mainan tersebut akan disimpan, dan dipakai jika sudah waktunya nanti. Mainan yang dikirimkan Maxime sangat lengkap, bahkan ada yang bisa digunakan saat Kaisar umur 2 tahun nanti. Kaisar sempat terbangun dan meminta Asi. Clara memberikannya sampai tertidur kembali. Setelah Selesai, Clara kembali bergabung bersama Sania yang terlihat sangat antusias mengurus mainan-mainan itu. "Ini banyak sekali, Clara," ucap Sania yang tampak bosan karena sejak tadi tidak kunjung selesai. "Mom benar. Bagaimana jika kita menyumbangkan pada panti asuhan sebagian?" Clara menatap Sania penuh harap. "Itu ide bagus, Clara. Kalau begitu, aku akan menelpon panti asuhan milik kenalanku," ucap Sania antusias. Dalam hati Clara mengucap syukur karena Sania memiliki pemikiran yang sama. Sementara Sania menelpon pemilik panti asuhan. Clara mencoba mengirim pesan pada suaminya. Dia

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 188.

    Ziyon menyunggingkan senyum tipis, seolah menikmati setiap detik keterkejutan yang tergambar jelas di wajah Dareen. Ekspresi itu begitu tenang, namun menyimpan makna yang sulit ditebak. Sorot matanya menyipit, bukan karena cahaya atau kelelahan, melainkan karena tarikan sudut bibirnya yang membentuk senyum dingin dan penuh perhitungan. Tatapan Ziyon tajam, menusuk, seakan ingin menyelami isi pikiran Dareen yang masih berusaha memahami situasi. Dia berdiri tegak, penuh percaya diri, menunjukkan bahwa Dia mengendalikan keadaan sepenuhnya. Dalam diamnya, senyum itu seolah berkata bahwa semua telah direncanakan dengan cermat—dan kini waktunya bagi Dareen untuk menyadari kenyataan yang tak terelakkan. "Kenapa? Kaget?" ejek Ziyon. Tatapannya yang semua dingin kini berubah tajam dan gelap, penuh dengan rencana yang Dareen sendiri tidak tahu tujuannya. Dareen membeku untuk beberapa saat. Berusaha mencerna sebuah sebab akibat dari kejadian yang terjadi saat ini. Mengapa Ziyon sampai ber

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status