Beranda / Romansa / Melahirkan Anak Presdir Posesif / Bab 1. Lahirkan Anak Untukku!

Share

Melahirkan Anak Presdir Posesif
Melahirkan Anak Presdir Posesif
Penulis: Ellea Neor

Bab 1. Lahirkan Anak Untukku!

Penulis: Ellea Neor
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-25 10:26:17

"Apa, Suster? Rp 5 miliar?"

Clara Rein, 28 tahun. Dia nyaris pingsan saat berdiri di antrian kasir Rumah Sakit Internasional St. Mary’s Kota Arbour. Wajah cantiknya memucat saat mendengar nominal tunggakan biaya rumah sakit suaminya yang sedang koma.

Clara dan William telah menikah selama satu tahun. Pada malam saat resepsi pernikahan, kecelakaan menyebabkan William koma. Saat itu hujan deras mengguyur kota Arbour. Clara tiba lebih dulu di tempat resepsi. Sedangkan mobil William tergelincir dan menabrak pembatas jalan dan masuk jurang.

"Ini nota tagihannya, Nyonya," ujar suster, memberikan secarik kertas tagihan.

Tangan Clara gemetar. Selama hidupnya, dia tidak pernah memiliki uang sebanyak itu.

Suster berkata, "Semua biaya harus segera dilunasi dalam 2 hari. Atau, pihak rumah sakit akan melepas semua peralatan medis Suami Anda!"

Clara menerima nota tagihan itu dengan kedua mata yang berkaca-kaca. "Baik. Terima kasih, Suster."

Clara berjalan dengan pikiran kosong. Dia kembali ke ruang perawatan suaminya. Setibanya di sana, dia melihat keberadaan kedua mertuanya, Benjamin Barnes dan Julia Barnes.

“Clara, ada apa?” Julia segera bertanya ketika melihat wajah muram menantunya.

Tanpa bicara, Clara menunjukkan nota tagihan rumah sakit suaminya kepada Julia dan membuat wanita itu seketika menutup mulutnya karena kaget.

“Kenapa bisa sebanyak itu?” Julia tidak dapat menahan kesedihannya.

Clara tidak menjawab, melainkan terdiam tanpa kata-kata. Jujur, Clara sendiri masih tidak percaya dengan semua ini. Namun mengingat rumah sakit di mana suaminya dirawat adalah rumah sakit besar, Clara rasa ini sungguh wajar.

Rumah Sakit Internasional St. Mary's adalah salah satu rumah sakit terbesar di Kota Arbour. Fasilitas medisnya sangat lengkap, dengan pelayanan yang memuaskan. Selain itu, jenis obat-obatan yang digunakan adalah kualitas terbaik.

Ben mendekat dan melihat apa yang menyebabkan istrinya menangis. Sama halnya dengan Julia, Ben juga sangat terkejut. Namun, dia masih cukup tegar untuk tidak mengeluarkan air mata. Dia lantas menatap ke arah menantunya dan berkata.

“Clara, kami sudah tidak punya apa-apa. Aku harap kamu bisa mendapatkan uang untuk melunasi biaya rumah sakit itu,” pinta Ben.

“Pa, dari mana aku mendapatkan uang sebanyak itu?” tanya Clara dengan tatapan sendu.

Mendengar itu, Julia menjadi kesal, dia menarik lengan menantunya, kemudian mencengkeramnya kuat-kuat.  

“Bisa-bisanya William menikah dengan wanita bodoh seperti kamu! Clara, kamu bisa mencari pinjaman!” bentak Julia.

“Benar, Clara. Kamu bisa meminjam uang pada bos kamu.” Ben menimpali.

Clara terdiam, untuk sesaat dia tidak dapat berpikir. Mencari sebuah pinjaman tidak semudah membalikkan telapak tangan. Terlebih ketika mendengar saran Ben, rasa-rasanya Clara ingin tenggelam saja.

Dari hari ke hari, keluarga William terus mendesak Clara untuk mencari uang. Padahal Clara juga tidak memiliki harta lagi, selain cincin pernikahan.

Keluarga William dan keluarga Clara sendiri tidak ada yang bisa membantunya. Sementara gaji yang didapatkan tidak cukup untuk menutup biaya pengobatan William.

Akhirnya Clara memutuskan untuk mencari pinjaman di tempat lain. Sepulang kerja, dia mendatangi rumah teman atau kerabat mendiang kedua orang tuanya. Akan tetapi, dirinya justru diusir.

“Pergi kamu dari sini! Dasar tidak berguna! Datang kalau butuh saja!” bentak seorang pria yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan ibunya.

“Paman, aku mohon! Tolong bantu aku, suamiku koma, dan butuh biaya banyak!” Clara memohon sembari mengatupkan kedua tangan.

“Aku tidak peduli!”

Clara didorong hingga terjerembap di tanah berpaving. Clara tidak menyangka anggota keluarganya sekejam ini. Dia tidak tahu harus meminjam uang pada siapa lagi. Namun, melihat perlakuan mereka, sekalipun dirinya mengiba, mereka tak akan memberikannya. Pada akhirnya, Clara kembali ke rumah sakit dengan tangan kosong.  

Satu hari tersisa, Clara berusaha semakin keras dengan mencari pinjaman berupa surat-surat penting untuk digadaikan. Namun, hasilnya tetap sama. Akhirnya dia kembali menemui kedua orang tua William.

“Maaf, Pa, Ma, aku tidak bisa mendapatkan uangnya,” kata Clara dengan kepala tertunduk dalam.

“Apa?” Julia menatap Clara penuh emosi. “Mencari uang begitu saja kamu tidak becus!”

Clara memejamkan matanya ketika Julia menunjuk-nunjuk wajahnya. “Ma, aku sudah berusaha sebisa mungkin mencari pinjaman.” Clara mencoba membela diri. Namun, kedua mertuanya tidak berhenti menyalahkannya.

“Aku tidak mau tahu, jika kamu tidak bisa mendapatkan uangnya, tinggalkan William, dia tidak butuh istri seperti kamu!”

Clara tidak bisa menahan air matanya. Clara sangat mencintai William, bagaimana mungkin dirinya meninggalkan pria itu dalam kondisi seperti ini?

Clara benar-benar tidak bisa berpikir saat ini, 5 miliar bukanlah uang yang sedikit. Di mana lagi dia bisa mendapatkan uang sebanyak itu? Dia teringat ucapan ayah mertuanya, dan opsi terakhir jatuh pada Sebastian.

Sebastian Abraham, generasi keempat keluarga Abraham sekaligus Presdir Abraham Group. Perusahaan terkemuka yang bergerak di bidang perhotelan dan pariwisata.

Memiliki beberapa cabang dan anak perusahaan yang tersebar di berbagai wilayah dalam negeri maupun mancanegara. Telah banyak hotel dan resort serta pusat perbelanjaan yang berdiri di bawah naungan Abraham Group.

Abraham Group merupakan salah satu perusahaan yang masuk dalam posisi pertama perusahaan paling bonafide di Santoria. Tak terhitung jumlah aset serta kekayaan yang dimiliki oleh Sebastian. Uang 5 miliar jelas tidak ada apa-apanya bagi pria itu.

Hujan yang mengguyur kota Arbour mengiringi langkah Clara menuju ke rumah Sebastian. Tangannya yang dingin seketika gemetar ketika melihat sosok dengan wajah dingin di hadapannya. Meski begitu, Clara harus tetap mengungkapkan maksud kedatangannya.

“Tuan, tolong pinjamkan saya uang 5 miliar.”

Kehenginan memenuhi ruangan, Clara meremas satu tangannya ketika tatapan Sebastian menghujam ke arahnya. Dia tidak bisa mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh pria itu. Detik selanjutnya, dia mendengar suara Sebastian.

“5 Miliar? Itu hal yang kecil," ucap Sebastian. "Akan aku berikan, tapi dengan satu syarat,” imbuhnya.

Clara mengangkat kepala lalu bertanya, “Syarat? Apa itu, Tuan?”

“Lahirkan anak untukku! Maka akan kukabulkan semua keinginanmu!”

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Berliana Lovely
kasihan banget si Clara
goodnovel comment avatar
Fitri Sanita
Seru Kak ceritanya..
goodnovel comment avatar
Sersan Lowo
wah bab satu udah seru aja. lanjut
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 2. Lingerie

    Clara seketika tercengang. Apa dirinya tidak salah dengar? Apa yang baru saja dikatakan oleh Sebastian? Melahirkan seorang anak? Clara menatap Sebastian dengan tatapan tak percaya.Clara telah bekerja sebagai asisten pribadi Sebastian selama tiga tahun. Selama itu, Clara belum pernah melakukan hal semacam ini. Meminjam uang dalam jumlah yang sangat besar. Entah bagaimana cara Clara mengembalikannya? Yang terpenting Clara bisa mendapatkan pinjaman.“Tuan, apa maksud Anda?” Clara mencoba meminta penjelasan lebih.“Aku rasa kamu cukup pintar dalam memahami kata-kataku, Clara!” cetus Sebastian. Clara mendongak, menatap Sebastian dengan ujung mata kemerahan.“Tuan, saya adalah wanita bersuami.” Clara mengingatkan.Sebastian menyunggingkan senyumnya lalu berkata. “Aku tahu, justru itu aku memilihmu karena kamu sudah tidak virgin.”Clara ingin menyangkal, akan tetapi suaranya tertahan di tenggorokan. Apa pun alasannya, semua itu adalah hal yang tidak benar. Akan tetapi, Clara sangat membut

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 3. Masih Perawan

    “Apa?” Clara menatap Sebastian tak percaya.“Clara, kamu sungguh membuatku kesal!” Kehilangan kesabaran, Sebastian berdiri dari duduknya. Melangkah cepat menghampiri Clara.Clara termundur ke belakang. “Tuan, Anda mau apa?” tanya Clara takut-takut.“Diam dan patuh!”Ucapan Sebastian membuat Clara diam seribu bahasa. Dia hanya bisa pasrah ketika Sebastian melepas simpul tali handuk kimono yang dia kenakan. Detik selanjutnya, kain yang membungkus tubuhnya itu terjatuh ke lantai, menampilkan tubuh seksi menawan Clara yang hanya mengenakan pakaian dalam.Sebelah sudut Sebastian tertarik ke samping ketika melihatnya. Dia merasa desiran aneh menjalar ke sekujur tubuhnya.“Sepertinya kamu lebih bagus tanpa mengenakan ini.” Sebastian merengkuh pinggang Clara, dan menarik tengkuk wanita itu lalu mendaratkan kecupan di bibir.Clara terkesiap, serangan ini begitu mendadak. Meski begitu, dia tidak berniat menolak sentuhan yang Sebastian berikan.Puas dengan permainan bibir, Sebastian beralih pada

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 4. Kontrak

    Clara sedikit kesal saat Sebastian mengatakan ronde selanjutnya. Nyatanya, pria itu memberinya makan hanya untuk digempur habis-habisan. Sepertinya Sebastian memang tidak mau rugi, sehingga dengan pandai memanfaatkan kesempatan ini.“Tuan, izinkan saya memejamkan mata sebentar,” pinta Clara. Dia merasa sangat lelah setelah melayani hasrat Sebastian untuk yang kesekian kalinya.“Baiklah, kamu aku izinkan beristirahat. Setelah itu kita lanjut,” balas Sebastian.Clara tidak peduli dengan ucapan Sebastian dan hanya mengiyakan. Yang terpenting dirinya bisa tidur guna memulihkan tenaganya yang terkuras habis demi melayani Sebastian.Pukul 03.00 dini hari, Clara terbangun, dia ingin ke kamar mandi. Akan tetapi, ada sesuatu yang menarik atensinya. Di sofa sudut ruangan, Clara melihat Sebastian tengah duduk dengan kaki saling bertumpuk, tangannya memegang sesuatu yang didekatkan ke area hidung. Clara menajamkan penglihatannya, kain segitiga berbahan renda itu adalah miliknya, akan tetapi, k

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 5. Datanglah!

    “Celana dalam?” Clara tidak dapat mempercayai penglihatannya sendiri.“Ya, setelah berhubungan, aku akan membelikanmu celana dalam baru,” ujar Sebastian.Ucapan Sebastian mengingatkan Clara pada kejadian semalam. Di mana Sebastian menciumi celana dalam miliknya yang sudah terpakai. Mendapati Sebastian berbicara hal semacam ini dengan keras, mungkinkah semua orang di rumah ini sudah tahu kebiasaan Sebastian?Clara memperhatikan sekitar dan melihat Andrew si kepala pelayan yang berdiri di sudut ruangan. Beberapa pelayan wanita juga tampak berlalu lalang, entah mengapa mendengar Sebastian bicara begitu, Clara jadi malu sendiri.“Kamu tenang saja, semua orang yang bekerja di sini telah disumpah untuk tidak membocorkan apa pun yang terjadi di rumah ini.”Seolah tahu isi kepala Clara, Sebastian segera menjelaskan, dan itu membuat kegelisahan di hati Clara menghilang.“Karena kamu sudah melayani aku semalaman, hari ini aku membebaskan kamu dari pekerjaan,” ucap Sebastian.Mendengar hal itu,

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 6. Sempit

    Clara sudah merasa curiga saat mendapati nama Sebastian di layar ponselnya. Ketika dirinya menjawab panggilan itu, Sebastian menyuruhnya datang.“Sekarang, Tuan?” tanya Clara.“Tahun depan, tentu saja sekarang!" jawab Sebastian yang terdengar ketus.Clara menggigit kecil bibir bawahanya. Dirinya sudah berjanji pada kedua orang tua William untuk bermalam di rumah sakit dan menjaga William. Apa jadinya jika dirinya tiba-tiba pergi?Sesaat, Clara merasa ragu. Namun, saat mengingat surat perjanjian yang dia tanda tangani tadi pagi, seketika itu keraguan dalam hatinya lenyap. Dari mana dirinya mendapat uang sebanyak itu untuk membayar denda?“Kenapa diam? Jawab aku, Clara!” teriak Sebastian.Suara Sebastian menyentakkan Clara, gegas dia menjawab. “Ya, Tuan. Saya ke sana sekarang.”“Bagus, aku tunggu sepuluh menit.” “Apa?”Clara hendak melayangkan protes kepada Sebastian, namun panggilan lebih dulu ditutup. Clara mengumpat dalam hati. Jarak antara rumah sakit dan rumah Sebastian cukup jau

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 7. Curiga

    “Tuan,” panggil Clara.“Kamu boleh tidur.” Seolah tidak terganggu dengan suara Clara, Sebastian berkata demikian sembari terus menciumi kain segitiga milik Clara.Bukannya tidur, Clara justru turun dari atas kasur, meraih pakaian miliknya lalu memakainya dengan gerakan yang cepat. Hal itu baru menarik atensi Sebastian.“Kamu mau ke mana, Clara?” tanya Sebastian.“Saya harus kembali ke rumah sakit, Tuan,” jawab Clara.Sebastian menatap jam di dinding. Jarum pendek mengarah pada angka 3 kemudian kembali menatap Clara/“Dini hari begini?” tanya Sebastian heran.“Saya sudah berjanji pada mertua saya untuk menjaga suami saya, jadi saya harus kembali sebelum fajar muncul. Lagi pula saya sudah menunaikan kewajiban saya sesuai keinginan Anda,” ujar Clara. Dia telah selesai berpakain, lantas meraih sling bag miliknya, siap meninggalkan kamar. Akan tetapi, suara Sebastian menghentikan langkahnya.“Tunggu, Clara. Aku akan antar kamu.”Mendengar hal itu, Clara menatap Sebastian dengan tatapan her

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 8. Tanda Merah

    Clara seketika tercekat, tangannya refleks menyentuh lehernya. Clara melupakan sesuatu. Saat di rumah Sebastian, dia melihat tanda yang dimaksud oleh Julia. Ini adalah tanda merah yang dihasilkan dari hubungan terlarangnya bersama Sebastian. Dan dengan cerobohnya Clara tanpa sengaja memperlihatkan ini kepada Julia.“Kenapa diam? Kau tidak tuli ‘kan, Clara?” tanya Julia sinis.“Em…ini, aku lupa kalau aku alergi kacang merah, kemarin aku tidak sengaja memakannya,” jelas Clara. Dia tidak percaya bahwa dirinya kini pandai sekali membual.Kening Julia mengkerut. Memperhatikan tanda merah itu dengan teliti.Melihat itu, Clara segera meraih syal dari dalam tas kemudian melingkarkan di leher.“Maaf, Ma. Aku harus pergi bekerja.” Clara segera meraih sling bag miliknya kemudian menyingkir dari hadapan Julia. Clara bahkan tidak sempat berpamitan kepada William. Ini semua gara-gara Julia.Meski suaminya itu tidak bisa melihat dan mendengar, Clara terbiasa meminta izin kepada William sebelum pergi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 9.

    Clara menatap Sebastian tidak berkedip sedikit pun. Dia terkejut ketika mendengar penuturan Sebastian. Apa yang baru saja pria itu katakan? Hari ini banyak jadwal penting. Akan tetapi pria itu justru ingin membatalkannya.“Tuan, apa maksud Anda?” tanya Clara lagi. Dia seketika menundukkan pandangannya ketika tatapan tajam Sebastian menghujam ke arahnya.“Sudah kukatakan berapa kali? Aku tidak suka mengulang ucapanku!” sergah Sebastian.“Maafkan saya, Tuan.” Clara segera menyadari kesalahannya.“Kemari, Clara!” Sebastian kembali mengulurkan tangan.Clara menatap Sebastian, mencoba mencari tahu maksud dari uluran tangan itu. Sepertinya Sebastian ingin dirinya mendekat. Takut-takut, Clara melangkah maju. Dia menatap tangan Sebastian.Clara menyambut uluran tangan itu, dia tersentak kala tubuhnya ditarik dan tanpa sengaja terjatuh di pangkuan Sebastian. Untuk sesaat, Clara merasa canggung. Apa boleh begini? Ini adalah kantor.“Rambut ini.” Sebastian menyentuh surai panjang milik Clara. “A

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20

Bab terbaru

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 74.

    Malam itu, nyatanya Sebastian ketagihan untuk kembali memainkan sebuah permainan. Dengan semangat, Sebastian mencoba berbagai jenis permainan yang tersedia. Ia memulai dengan permainan dart, di mana ia harus tepat mengenai balon-balon kecil yang digantung.Setelah beberapa kali mencoba, ia berhasil memenangkan hadiah kecil berupa gantungan kunci denga bentuk yang sangat unik dan juga menarik.“Ini untukmu!” Lagi-lagi, Sebastian memberikan hadiah itu kepada Clara dan segera diterima oleh wanita cantik itu.“Terima kasih, Tuan.”Tidak puas hanya dengan itu, Sebastian melanjutkan ke permainan memancing ikan mainan. Dengan hati-hati, ia mengarahkan pancingannya, berusaha menangkap ikan plastik yang terus bergerak di dalam kolam kecil. Tepuk tangan riuh dari Clara terdengar ketika ia berhasil menangkap beberapa ekor ikan sekaligus.Hadiah kali ini berupa bantal berbentuk hati dengan hiasan bulu di tepian bantal. Clara jelas saja menerima hadiah itu dengan senang hati.Permainan terakhir ya

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 73.

    “Apa?” Clara jelas kaget, pantas saja, tempat yang biasanya ramai ini terlihat sangat sepi, hanya ada beberapa penjaga gerai dan wahana yang bertugas. “Tapi kenapa? Bukannya lebih bagus kalau banyak orang, apa lagi anak-anak, pasti akan sangat seru!” ucap Clara.“Tidak, aku lebih suka seperti ini, karena aku tidak suka diganggu,” ujar Sebastian. “Anak-anak sangat berisik,” imbuhnya.Clara mendelik. “Anda tidak suka anak-anak? Ah, kasihan sekali nanti yang menjadi anak Anda,” gerutu Clara.“Tentu saja beda, aku akan menyayangi anakku sendiri dengan sepenuh hati,” kata Sebastian. Clara mencebik tak percaya dan itu membuat Sebastian gemas, diraihnya pinggang wanita itu, kemudian hendak memberikan kecupan.“Tunggu, Tuan. Bagaimana kalau kita naik wahana, ayo…” Clara melepaskan diri dan segera berjalan menjauh Sebastian.Pria itu mendelik. “Awas saja kamu ya, aku akan mendapatkanmu nanti.”Clara tampak sangat bahagia saat berada di pasar malam yang penuh dengan gemerlap lampu dan keceriaan

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 72.

    Bianca kembali ke Jewelry Fashion dengan amarah yang membara. Wajahnya tegang, dan langkah kakinya terdengar berat di lantai. Sesampainya di ruang kerja, ia tidak mampu lagi menahan ledakan emosinya.Dengan penuh emosi, Bianca melampiaskan kemarahannya dengan melempar barang-barang di sekitarnya. Suara benda yang jatuh dan pecah memenuhi ruangan, seolah-olah menggambarkan perasaan yang berkecamuk dalam dirinya.Bianca berdiri dengan tubuh gemetar, matanya memerah menahan luapan emosi yang tak tertahankan. Suaranya menggema di seluruh ruangan saat ia berteriak, meluapkan kemarahan yang telah lama terpendam.Setiap kata yang keluar dari mulutnya menggambarkan betapa dalam perasaan kesalnya, seolah ia tak lagi peduli pada siapa pun yang mendengarkan."Berengsek!" Bianca mengumpat. Sorot matanya berkilat tajam. Wajah Clara kembali berkelebat. Tangannya yang menopang tubuh di atas meja seketika"Wanita itu! Beraninya dia mengambil Bastian dariku!"Selama ini Bianca selalu berpikir bahwa Se

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 71.

    Clara tertegun, nyaris tak percaya mendengar penuturan Sebastian yang begitu mengejutkan. Wajahnya yang semula tenang kini berubah menjadi campuran antara keheranan dan kekagetan.Namun, bukan hanya Clara yang terpaku dalam diam. Bianca, yang duduk tak jauh darinya, turut memperlihatkan raut wajah serupa—mata membulat dan bibir terkatup rapat seolah tak ingin kehilangan satu pun kata yang baru saja terucap.Bahkan, sang asisten yang biasanya tetap tenang dalam situasi apa pun, kini tampak sedikit gelisah, menatap Sebastian dengan sorot mata penuh tanya. Dalam keheningan yang seketika menyelimuti ruangan, setiap orang di sana seolah berusaha mencerna makna di balik kata-kata yang baru saja diutarakan.Clara menatap Bianca dengan canggung, pandangannya sejenak ragu-ragu sebelum akhirnya bertemu dengan mata wanita itu. Ada sesuatu yang menggantung di udara, sesuatu yang tak terucap namun terasa begitu nyata.Ia mencoba mengulas senyum tipis, tetapi senyum itu terasa kaku, nyaris tidak tu

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 70.

    Tatapan Sebastian melebar sempurna. Wanita cantik yang kini berdiri di hadapannya ini tidak asing. Dirinya sudah pernah bertemu beberapa kali di masa kini. Dan terlalu sering di masalalu. Bahkan bisa dibilang Sebastian sangat bosan melihatnya.Sebastian menatap Bianca dengan sorot mata yang tenang dan tanpa ekspresi, seolah berusaha menyembunyikan isi hatinya. Di tengah keheningan yang melingkupi mereka, tatapan itu berbicara lebih banyak daripada kata-kata yang tak terucap.Bianca, yang berdiri di hadapannya, merasakan ada sesuatu yang tak terjangkau dalam tatapan tersebut, namun ia memilih untuk tetap diam, menunggu penjelasan yang mungkin tak pernah datang dengan senyum yang begitu menantang."Ini bukan perusahaanmu, alangkah baiknya kamu mengetuk pintu dulu!" tegur Sebastian dengan nada dingin."Ouh, Maafkan saya, Pak Bastian, mungkin karena saya terlalu bersemangat," ujar Bianca dengan senyum ramah yang terkesan dibuat-buat. "Mungkin karena aku merindukan tempat ini," imbunya lag

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 69.

    Sebastian mengangkat Clara dengan lembut dan membawanya menuju sofa yang terletak di ruang tengah. Dengan hati-hati, ia menempatkan Clara di atas sofa tersebut, memastikan agar wanita itu merasa nyaman. Tatapan mereka saling bertemu dalam diam. Mata mereka berbicara lebih dari sekadar kata-kata, menyampaikan perasaan yang mendalam dan penuh makna. Setiap pandangan yang mereka tukar mengandung kerinduan yang tak terucapkan, seolah-olah dunia di sekitar mereka menghilang, hanya ada keduanya dalam kesunyian yang penuh harapan.Clara merasakan detak jantungnya semakin cepat saat Sebastian menatapnya dengan tatapan penuh emosi. Ada begitu banyak yang ingin mereka ungkapkan, namun kata-kata terasa tak cukup untuk menggambarkan apa yang ada di dalam hati mereka. Sebuah perasaan yang sudah lama terpendam kini muncul kembali, seakan tak mampu lagi untuk disembunyikan.Sebastian pun merasakan hal yang sama. Ia tak bisa mengalihkan pandangannya dari Clara, seolah segala kekhawatirannya hilang d

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 68.

    Clara berdiri, pandangannya kosong sejenak, seolah terhanyut dalam ingatan yang tiba-tiba muncul begitu saja. Adegan-adegan lama itu kembali datang, seperti film yang diputar ulang dalam pikirannya.Waktu itu, semuanya terasa begitu nyata, begitu dekat. Tapi sekarang, semua itu hanya kenangan samar yang melayang di udara. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba mengusir bayang-bayang masa lalu.Kemudian, matanya bertemu dengan mata Sebastian yang sedang menatapnya, tajam dan penuh arti. Ada sesuatu dalam pandangannya yang membuat Clara merasa seperti dunia ini tiba-tiba berhenti berputar.Semuanya menjadi hening sejenak, seolah waktu tak lagi berjalan. Hati Clara berdebar, dan dia tahu, ada sesuatu yang tak bisa dia hindari. Dia tak bisa terus lari dari kenyataan, dari perasaan yang telah lama terkubur.“Ini tidak mungkin!” Clara merasa ini sangat mustahil. Insting Clara begitu kuat Sebastian adalah teman masa lalunya itu. Teman yang belum sempat dia tanyakan namanya.Sebastian terseny

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 67.

    Clara seketika tercengang. Langkahnya ternundur beberapa langkah. Bagaimana mungkin? Sejak kapan? Dan mengapa? Pertanyaan-pertanyaan itu muncul di benak Clara. Manik indahnya menyusuri setiap bingkai berukuran besar yang menggantung di setiap sudut dinding. Nyaris tidak ada ruang kosong, semua terisi dengan bingkai dengan ukuran yang berbeda-beda.Yang membuat Clara terkejut adalah, dalam bingkai tersebut terdapat foto seorang wanita yang mirip sekali dengan dirinya. Clara menggeleng, tidak! Itu memang dirinya, bukan orang lain.Clara terus memperhatikan setiap bingkai yang tertatata dengan rapi itu. Dilihat dari pose dalam potret tersebut, diambil secara diam-diam. Clara memperhatikan salah satu foto di mana dirinya baru pertama kali bekerja di Abraham Group.Foto itu diambil tiga tahun yang lalu. Itu artinya Sebastian sudah memperhatikan dirinya selama itu. Namun sekali lagi yang menjadi pertanyaan adalah mengapa?Dari sekian banya foto di dinding, ada satu bingkai yang berisi foto

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 66.

    Sebastian segera menegakkan tubuhnya, kemudian berdeham. Gerakan tangannya begitu cepat membenahi jasnya. Sebastian terlihat salah tingkah, namun, pria itu selalu bisa menguasai dirinya dan kembali bersahaja.“Lain kali kalau masuk ketuk pintu dulu!” protes Sebastian.“Maafkan saya, Tuan.” Andrew membungkukkan tubuhnya sejenak. “Kalau begitu akan saya ulangi.”Andrew menatap pelayan di dekatnya dan memberi kode untuk membawa kembali troli makanan ke depan pintu. Namun, Sebastian lebih dulu menyela."Hentikan, bawa kemari makanannya!" titahnya."Baik, Tuan."Ini kedua kalinya Clara dirawat oleh Sebastian. Alih-alih menyuruh pelayan mengurus dirinya, Sebastian justru turun tangan sendiri. Sempat merasa tidak enak hati, namun Clara sendiri juga tidak bisa protes. Semua dilakukan atas keinginan Sebastian, jadi tidak ada salahnya Clara menerimanya. "Setelah ini minum obat lalu beristirahat," tegur Sebastian."Baik, Tuan."Clara belum pernah merasa diperhatikan seperti ini. Ketika diri

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status