Home / Romansa / Melahirkan Anak Presdir Posesif / Bab 1. Lahirkan Anak Untukku!

Share

Melahirkan Anak Presdir Posesif
Melahirkan Anak Presdir Posesif
Author: Ellea Neor

Bab 1. Lahirkan Anak Untukku!

Author: Ellea Neor
last update Last Updated: 2024-11-25 10:26:17

"Apa, Suster? Rp 5 miliar?"

Clara Rein, 28 tahun. Dia nyaris pingsan saat berdiri di antrian kasir Rumah Sakit Internasional St. Mary’s Kota Arbour. Wajah cantiknya memucat saat mendengar nominal tunggakan biaya rumah sakit suaminya yang sedang koma.

Clara dan William telah menikah selama satu tahun. Pada malam saat resepsi pernikahan, kecelakaan menyebabkan William koma. Saat itu hujan deras mengguyur kota Arbour. Clara tiba lebih dulu di tempat resepsi. Sedangkan mobil William tergelincir dan menabrak pembatas jalan dan masuk jurang.

"Ini nota tagihannya, Nyonya," ujar suster, memberikan secarik kertas tagihan.

Tangan Clara gemetar. Selama hidupnya, dia tidak pernah memiliki uang sebanyak itu.

Suster berkata, "Semua biaya harus segera dilunasi dalam 2 hari. Atau, pihak rumah sakit akan melepas semua peralatan medis Suami Anda!"

Clara menerima nota tagihan itu dengan kedua mata yang berkaca-kaca. "Baik. Terima kasih, Suster."

Clara berjalan dengan pikiran kosong. Dia kembali ke ruang perawatan suaminya. Setibanya di sana, dia melihat keberadaan kedua mertuanya, Benjamin Barnes dan Julia Barnes.

“Clara, ada apa?” Julia segera bertanya ketika melihat wajah muram menantunya.

Tanpa bicara, Clara menunjukkan nota tagihan rumah sakit suaminya kepada Julia dan membuat wanita itu seketika menutup mulutnya karena kaget.

“Kenapa bisa sebanyak itu?” Julia tidak dapat menahan kesedihannya.

Clara tidak menjawab, melainkan terdiam tanpa kata-kata. Jujur, Clara sendiri masih tidak percaya dengan semua ini. Namun mengingat rumah sakit di mana suaminya dirawat adalah rumah sakit besar, Clara rasa ini sungguh wajar.

Rumah Sakit Internasional St. Mary's adalah salah satu rumah sakit terbesar di Kota Arbour. Fasilitas medisnya sangat lengkap, dengan pelayanan yang memuaskan. Selain itu, jenis obat-obatan yang digunakan adalah kualitas terbaik.

Ben mendekat dan melihat apa yang menyebabkan istrinya menangis. Sama halnya dengan Julia, Ben juga sangat terkejut. Namun, dia masih cukup tegar untuk tidak mengeluarkan air mata. Dia lantas menatap ke arah menantunya dan berkata.

“Clara, kami sudah tidak punya apa-apa. Aku harap kamu bisa mendapatkan uang untuk melunasi biaya rumah sakit itu,” pinta Ben.

“Pa, dari mana aku mendapatkan uang sebanyak itu?” tanya Clara dengan tatapan sendu.

Mendengar itu, Julia menjadi kesal, dia menarik lengan menantunya, kemudian mencengkeramnya kuat-kuat.  

“Bisa-bisanya William menikah dengan wanita bodoh seperti kamu! Clara, kamu bisa mencari pinjaman!” bentak Julia.

“Benar, Clara. Kamu bisa meminjam uang pada bos kamu.” Ben menimpali.

Clara terdiam, untuk sesaat dia tidak dapat berpikir. Mencari sebuah pinjaman tidak semudah membalikkan telapak tangan. Terlebih ketika mendengar saran Ben, rasa-rasanya Clara ingin tenggelam saja.

Dari hari ke hari, keluarga William terus mendesak Clara untuk mencari uang. Padahal Clara juga tidak memiliki harta lagi, selain cincin pernikahan.

Keluarga William dan keluarga Clara sendiri tidak ada yang bisa membantunya. Sementara gaji yang didapatkan tidak cukup untuk menutup biaya pengobatan William.

Akhirnya Clara memutuskan untuk mencari pinjaman di tempat lain. Sepulang kerja, dia mendatangi rumah teman atau kerabat mendiang kedua orang tuanya. Akan tetapi, dirinya justru diusir.

“Pergi kamu dari sini! Dasar tidak berguna! Datang kalau butuh saja!” bentak seorang pria yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan ibunya.

“Paman, aku mohon! Tolong bantu aku, suamiku koma, dan butuh biaya banyak!” Clara memohon sembari mengatupkan kedua tangan.

“Aku tidak peduli!”

Clara didorong hingga terjerembap di tanah berpaving. Clara tidak menyangka anggota keluarganya sekejam ini. Dia tidak tahu harus meminjam uang pada siapa lagi. Namun, melihat perlakuan mereka, sekalipun dirinya mengiba, mereka tak akan memberikannya. Pada akhirnya, Clara kembali ke rumah sakit dengan tangan kosong.  

Satu hari tersisa, Clara berusaha semakin keras dengan mencari pinjaman berupa surat-surat penting untuk digadaikan. Namun, hasilnya tetap sama. Akhirnya dia kembali menemui kedua orang tua William.

“Maaf, Pa, Ma, aku tidak bisa mendapatkan uangnya,” kata Clara dengan kepala tertunduk dalam.

“Apa?” Julia menatap Clara penuh emosi. “Mencari uang begitu saja kamu tidak becus!”

Clara memejamkan matanya ketika Julia menunjuk-nunjuk wajahnya. “Ma, aku sudah berusaha sebisa mungkin mencari pinjaman.” Clara mencoba membela diri. Namun, kedua mertuanya tidak berhenti menyalahkannya.

“Aku tidak mau tahu, jika kamu tidak bisa mendapatkan uangnya, tinggalkan William, dia tidak butuh istri seperti kamu!”

Clara tidak bisa menahan air matanya. Clara sangat mencintai William, bagaimana mungkin dirinya meninggalkan pria itu dalam kondisi seperti ini?

Clara benar-benar tidak bisa berpikir saat ini, 5 miliar bukanlah uang yang sedikit. Di mana lagi dia bisa mendapatkan uang sebanyak itu? Dia teringat ucapan ayah mertuanya, dan opsi terakhir jatuh pada Sebastian.

Sebastian Abraham, generasi keempat keluarga Abraham sekaligus Presdir Abraham Group. Perusahaan terkemuka yang bergerak di bidang perhotelan dan pariwisata.

Memiliki beberapa cabang dan anak perusahaan yang tersebar di berbagai wilayah dalam negeri maupun mancanegara. Telah banyak hotel dan resort serta pusat perbelanjaan yang berdiri di bawah naungan Abraham Group.

Abraham Group merupakan salah satu perusahaan yang masuk dalam posisi pertama perusahaan paling bonafide di Santoria. Tak terhitung jumlah aset serta kekayaan yang dimiliki oleh Sebastian. Uang 5 miliar jelas tidak ada apa-apanya bagi pria itu.

Hujan yang mengguyur kota Arbour mengiringi langkah Clara menuju ke rumah Sebastian. Tangannya yang dingin seketika gemetar ketika melihat sosok dengan wajah dingin di hadapannya. Meski begitu, Clara harus tetap mengungkapkan maksud kedatangannya.

“Tuan, tolong pinjamkan saya uang 5 miliar.”

Kehenginan memenuhi ruangan, Clara meremas satu tangannya ketika tatapan Sebastian menghujam ke arahnya. Dia tidak bisa mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh pria itu. Detik selanjutnya, dia mendengar suara Sebastian.

“5 Miliar? Itu hal yang kecil," ucap Sebastian. "Akan aku berikan, tapi dengan satu syarat,” imbuhnya.

Clara mengangkat kepala lalu bertanya, “Syarat? Apa itu, Tuan?”

“Lahirkan anak untukku! Maka akan kukabulkan semua keinginanmu!”

Comments (6)
goodnovel comment avatar
Theaamie
jangan jadi wanita lemah ya clara move on dari tak ketidakberdayaan..
goodnovel comment avatar
Theaamie
kenapa protagonis nya selalu lemah,tertindas, dan sering dimamfaatkan antagonis. adakah yang tak seperi itu...
goodnovel comment avatar
Yu.Az.
Sabar Clara
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 2. Lingerie

    Clara seketika tercengang. Apa dirinya tidak salah dengar? Apa yang baru saja dikatakan oleh Sebastian? Melahirkan seorang anak? Clara menatap Sebastian dengan tatapan tak percaya.Clara telah bekerja sebagai asisten pribadi Sebastian selama tiga tahun. Selama itu, Clara belum pernah melakukan hal semacam ini. Meminjam uang dalam jumlah yang sangat besar. Entah bagaimana cara Clara mengembalikannya? Yang terpenting Clara bisa mendapatkan pinjaman.“Tuan, apa maksud Anda?” Clara mencoba meminta penjelasan lebih.“Aku rasa kamu cukup pintar dalam memahami kata-kataku, Clara!” cetus Sebastian. Clara mendongak, menatap Sebastian dengan ujung mata kemerahan.“Tuan, saya adalah wanita bersuami.” Clara mengingatkan.Sebastian menyunggingkan senyumnya lalu berkata. “Aku tahu, justru itu aku memilihmu karena kamu sudah tidak virgin.”Clara ingin menyangkal, akan tetapi suaranya tertahan di tenggorokan. Apa pun alasannya, semua itu adalah hal yang tidak benar. Akan tetapi, Clara sangat membut

    Last Updated : 2024-11-25
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 3. Masih Perawan

    “Apa?” Clara menatap Sebastian tak percaya.“Clara, kamu sungguh membuatku kesal!” Kehilangan kesabaran, Sebastian berdiri dari duduknya. Melangkah cepat menghampiri Clara.Clara termundur ke belakang. “Tuan, Anda mau apa?” tanya Clara takut-takut.“Diam dan patuh!”Ucapan Sebastian membuat Clara diam seribu bahasa. Dia hanya bisa pasrah ketika Sebastian melepas simpul tali handuk kimono yang dia kenakan. Detik selanjutnya, kain yang membungkus tubuhnya itu terjatuh ke lantai, menampilkan tubuh seksi menawan Clara yang hanya mengenakan pakaian dalam.Sebelah sudut Sebastian tertarik ke samping ketika melihatnya. Dia merasa desiran aneh menjalar ke sekujur tubuhnya.“Sepertinya kamu lebih bagus tanpa mengenakan ini.” Sebastian merengkuh pinggang Clara, dan menarik tengkuk wanita itu lalu mendaratkan kecupan di bibir.Clara terkesiap, serangan ini begitu mendadak. Meski begitu, dia tidak berniat menolak sentuhan yang Sebastian berikan.Puas dengan permainan bibir, Sebastian beralih pada

    Last Updated : 2024-11-25
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 4. Kontrak

    Clara sedikit kesal saat Sebastian mengatakan ronde selanjutnya. Nyatanya, pria itu memberinya makan hanya untuk digempur habis-habisan. Sepertinya Sebastian memang tidak mau rugi, sehingga dengan pandai memanfaatkan kesempatan ini.“Tuan, izinkan saya memejamkan mata sebentar,” pinta Clara. Dia merasa sangat lelah setelah melayani hasrat Sebastian untuk yang kesekian kalinya.“Baiklah, kamu aku izinkan beristirahat. Setelah itu kita lanjut,” balas Sebastian.Clara tidak peduli dengan ucapan Sebastian dan hanya mengiyakan. Yang terpenting dirinya bisa tidur guna memulihkan tenaganya yang terkuras habis demi melayani Sebastian.Pukul 03.00 dini hari, Clara terbangun, dia ingin ke kamar mandi. Akan tetapi, ada sesuatu yang menarik atensinya. Di sofa sudut ruangan, Clara melihat Sebastian tengah duduk dengan kaki saling bertumpuk, tangannya memegang sesuatu yang didekatkan ke area hidung. Clara menajamkan penglihatannya, kain segitiga berbahan renda itu adalah miliknya, akan tetapi, k

    Last Updated : 2024-11-25
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 5. Datanglah!

    “Celana dalam?” Clara tidak dapat mempercayai penglihatannya sendiri.“Ya, setelah berhubungan, aku akan membelikanmu celana dalam baru,” ujar Sebastian.Ucapan Sebastian mengingatkan Clara pada kejadian semalam. Di mana Sebastian menciumi celana dalam miliknya yang sudah terpakai. Mendapati Sebastian berbicara hal semacam ini dengan keras, mungkinkah semua orang di rumah ini sudah tahu kebiasaan Sebastian?Clara memperhatikan sekitar dan melihat Andrew si kepala pelayan yang berdiri di sudut ruangan. Beberapa pelayan wanita juga tampak berlalu lalang, entah mengapa mendengar Sebastian bicara begitu, Clara jadi malu sendiri.“Kamu tenang saja, semua orang yang bekerja di sini telah disumpah untuk tidak membocorkan apa pun yang terjadi di rumah ini.”Seolah tahu isi kepala Clara, Sebastian segera menjelaskan, dan itu membuat kegelisahan di hati Clara menghilang.“Karena kamu sudah melayani aku semalaman, hari ini aku membebaskan kamu dari pekerjaan,” ucap Sebastian.Mendengar hal itu,

    Last Updated : 2024-11-25
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 6. Sempit

    Clara sudah merasa curiga saat mendapati nama Sebastian di layar ponselnya. Ketika dirinya menjawab panggilan itu, Sebastian menyuruhnya datang.“Sekarang, Tuan?” tanya Clara.“Tahun depan, tentu saja sekarang!" jawab Sebastian yang terdengar ketus.Clara menggigit kecil bibir bawahanya. Dirinya sudah berjanji pada kedua orang tua William untuk bermalam di rumah sakit dan menjaga William. Apa jadinya jika dirinya tiba-tiba pergi?Sesaat, Clara merasa ragu. Namun, saat mengingat surat perjanjian yang dia tanda tangani tadi pagi, seketika itu keraguan dalam hatinya lenyap. Dari mana dirinya mendapat uang sebanyak itu untuk membayar denda?“Kenapa diam? Jawab aku, Clara!” teriak Sebastian.Suara Sebastian menyentakkan Clara, gegas dia menjawab. “Ya, Tuan. Saya ke sana sekarang.”“Bagus, aku tunggu sepuluh menit.” “Apa?”Clara hendak melayangkan protes kepada Sebastian, namun panggilan lebih dulu ditutup. Clara mengumpat dalam hati. Jarak antara rumah sakit dan rumah Sebastian cukup jau

    Last Updated : 2024-12-13
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 7. Curiga

    “Tuan,” panggil Clara.“Kamu boleh tidur.” Seolah tidak terganggu dengan suara Clara, Sebastian berkata demikian sembari terus menciumi kain segitiga milik Clara.Bukannya tidur, Clara justru turun dari atas kasur, meraih pakaian miliknya lalu memakainya dengan gerakan yang cepat. Hal itu baru menarik atensi Sebastian.“Kamu mau ke mana, Clara?” tanya Sebastian.“Saya harus kembali ke rumah sakit, Tuan,” jawab Clara.Sebastian menatap jam di dinding. Jarum pendek mengarah pada angka 3 kemudian kembali menatap Clara/“Dini hari begini?” tanya Sebastian heran.“Saya sudah berjanji pada mertua saya untuk menjaga suami saya, jadi saya harus kembali sebelum fajar muncul. Lagi pula saya sudah menunaikan kewajiban saya sesuai keinginan Anda,” ujar Clara. Dia telah selesai berpakain, lantas meraih sling bag miliknya, siap meninggalkan kamar. Akan tetapi, suara Sebastian menghentikan langkahnya.“Tunggu, Clara. Aku akan antar kamu.”Mendengar hal itu, Clara menatap Sebastian dengan tatapan her

    Last Updated : 2024-12-13
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 8. Tanda Merah

    Clara seketika tercekat, tangannya refleks menyentuh lehernya. Clara melupakan sesuatu. Saat di rumah Sebastian, dia melihat tanda yang dimaksud oleh Julia. Ini adalah tanda merah yang dihasilkan dari hubungan terlarangnya bersama Sebastian. Dan dengan cerobohnya Clara tanpa sengaja memperlihatkan ini kepada Julia.“Kenapa diam? Kau tidak tuli ‘kan, Clara?” tanya Julia sinis.“Em…ini, aku lupa kalau aku alergi kacang merah, kemarin aku tidak sengaja memakannya,” jelas Clara. Dia tidak percaya bahwa dirinya kini pandai sekali membual.Kening Julia mengkerut. Memperhatikan tanda merah itu dengan teliti.Melihat itu, Clara segera meraih syal dari dalam tas kemudian melingkarkan di leher.“Maaf, Ma. Aku harus pergi bekerja.” Clara segera meraih sling bag miliknya kemudian menyingkir dari hadapan Julia. Clara bahkan tidak sempat berpamitan kepada William. Ini semua gara-gara Julia.Meski suaminya itu tidak bisa melihat dan mendengar, Clara terbiasa meminta izin kepada William sebelum pergi

    Last Updated : 2024-12-20
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 9.

    Clara menatap Sebastian tidak berkedip sedikit pun. Dia terkejut ketika mendengar penuturan Sebastian. Apa yang baru saja pria itu katakan? Hari ini banyak jadwal penting. Akan tetapi pria itu justru ingin membatalkannya.“Tuan, apa maksud Anda?” tanya Clara lagi. Dia seketika menundukkan pandangannya ketika tatapan tajam Sebastian menghujam ke arahnya.“Sudah kukatakan berapa kali? Aku tidak suka mengulang ucapanku!” sergah Sebastian.“Maafkan saya, Tuan.” Clara segera menyadari kesalahannya.“Kemari, Clara!” Sebastian kembali mengulurkan tangan.Clara menatap Sebastian, mencoba mencari tahu maksud dari uluran tangan itu. Sepertinya Sebastian ingin dirinya mendekat. Takut-takut, Clara melangkah maju. Dia menatap tangan Sebastian.Clara menyambut uluran tangan itu, dia tersentak kala tubuhnya ditarik dan tanpa sengaja terjatuh di pangkuan Sebastian. Untuk sesaat, Clara merasa canggung. Apa boleh begini? Ini adalah kantor.“Rambut ini.” Sebastian menyentuh surai panjang milik Clara. “A

    Last Updated : 2024-12-20

Latest chapter

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 136.

    Sesuaikan dengan keinginan Clara, wanita itu sangat ingin pergi ke taman yang terletak di pusat kota. Melihat kebahagiaan di mata Clara, Sebastian dengan senang hati mengabulkan permintaannya. Tanpa menunda, dia segera memberi perintah kepada sopirnya untuk mengarahkan mobil menuju ke taman tersebut.“Ke taman pusat kota!” titah Sebastian.Mendapat perintah, sang sopir menoleh ke samping sejenak kemudian mengangguk. “Baik, Tuan.”Mereka berdua duduk di kursi belakang dengan suasana yang tenang, menikmati perjalanan yang terasa begitu ringan. Sebastian tersenyum, melihat Clara yang tampak penuh antusias. Di tengah perjalanan, pemandangan kota yang sibuk menjadi latar belakang yang kontras dengan suasana damai yang terasa di dalam mobil.Sesampainya di taman kota, suasana yang ramai langsung menyambut kedatangan Sebastian dan Clara. Keduanyan, segera turun dengan Sebastian yang membantu Clara dengan mengulurkan sebelah tangan.“Hati-hati, Sayang.” Di sepanjang jalan setapak yang membent

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 135.

    Clara merasakan mual yang begitu hebat. Perutnya mulai bergejolak tak terkendali. Dengan cepat, dia menutup mulutnya, berusaha menahan rasa tidak nyaman yang semakin kuat. Dia berlari terburu-buru menuju kamar mandi. Setibanya di sana, tubuhnya tak dapat lagi menahan dorongan yang datang, dan dengan segera dia memuntahkan isi perutnya.Melihat itu, kekhawatiran kembali menyergap Sebastian. Lekas dia menyusul Clara ke kamar mandi dan melihat Clara berjongkok di depan wetafel.“Sayang, kamu tidak apa-apa?” tanya Sebastian. Dia hendak mendekat, namun gerakan tangan Clara yang terulur ke depan membuat langkahnya terhenti.“Jangan mendekat!”Seketika itu, Sebastian menyadari sesuatu. Dia mencium aroma tubuhnya sendiri. Tidak ada yang aneh. Aroma parfum dan keringat menjadi satu. Tetapi, ini tidak terlalu buruk. Namun, mampu membuat isi perut Clara keluar.Tidak ingin memperparah keadaan, Sebastian keluar dari kamar, lalu memerintahkan pelayan untuk memeriksa kondisi Clara. Jadwal pemeriksa

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 134.

    Sebastian berlari kecil menaiki anak tangga. Tujuannya sudah pasti kamarnya, yang dia tempati bersama Clara. Ketika dia mendengar bahwa Clara tidak mau makan, Sebastian khawatir. Ini bisa berdampak buruk bagi bayinya. Sebastian harus mencari tahu. Apa ini efek dari kandungannya? Atau justru karena hal lain?Untuk memastikannya, Sebastian harus menemui Clara secara langsung. Tiba di depan pintu kamar, Sebastian memegang handle, kemudian menekannya dengan sedikit mendorong. Akan tetapi, pintu tidak dapat terbuka.Andrew yang diam-diam mengikuti jelas tahu apa yang harus dia lakukan.Kunci cadangan.Andrew bergegas mengambilnya, dan memberikannya pada Sebastian."Ini, Tuan.""Ya, sebaiknya kau siapkan makanan!" titah Sebastian."Baik, Tuan."Sementara Andrew kembali ke dapur, Sebastian berhasil membuka pintu.Ketika dia memasuki ruangan, dia melihat tubuh tertutup selimut di atas kasurnya yang besar. Sebastian segera menghampirinya. Pertama-tama, dia memeriksa kondisi Clara dengan cara m

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 133.

    Sebastian dan Ramon datang ke perusahaan saat malam hari, ketika kegiatan di kantor sudah selesai dan hanya beberapa orang yang masih berada di dalam gedung. Mereka berjalan dengan hati-hati, menghindari deteksi oleh kamera pengawas dan penjaga keamanan. Untuk membangun perusahaan sendiri, dia harus menyalin beberapa data penting yang dapat membantunya dalam mengembangkan bisnisnya.Setelah beberapa menit berjalan, mereka akhirnya tiba di ruang server perusahaan, tempat di mana semua data dan sistem operasional perusahaan disimpan. Sebastian mengeluarkan peralatan yang telah dia bawa, dan mulai bekerja untuk mengakses sistem server. Ramon berdiri di sampingnya, mengawasi sekitar untuk memastikan bahwa tidak ada orang lain yang mendekati.“Tak akan kubiarkan orang lain menikmati kerja kerasku,” gumam Sebastian.Sebastian bekerja dengan cepat dan efisien, menggunakan kemampuan hackingnya untuk mengakses sistem server. Dia mulai menyalin data penting, seperti rahasia perusahaan, strategi

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 132.

    Dareen yang mendapati bahwa orang suruhannya gagal. Dia terlihat marah. Namun, itu hanya sesaat. Dareen yang telah kembali ke rumah hanya menyuruh mereka pergi setelah memberikan bayaran yang sesuai dengan yang dia janjikan kepada mereka.Akan tetapi, Lucia, sang ibu justru mencegahnya. Dia melangkah mendekati mereka. Meraih amplop yang diberikan oleh Dareen kepada kepala preman itu dengan kasar, kemudian menatap puteranya."Kamu ini bodoh atau bagaimana, Dareen? Mereka ini sudah gagal. Jadi mereka tidak pantas menerima bayaran ini!" cetus Lucia menatap tajam puteranya."Tapi, Mom. aku sudah menjanjikan uang pada mereka," bantah Dareen."Benar itu, Nyonya," sahut para preman itu."Diam kalian!" bentak Lucia. "Kalian ini sudah gagal, untuk apa kalian mengharapkan bayaran?” maki Lucia. “Sebaiknya kalian pergi!" usir Lucia dengan mata yang melotot tajam.Hal itu jelas membuat para preman pasar itu ciut. Mereka pikir, Lucia adalah menantu dari orang kaya yang berpengaruh. Wanita itu bisa

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 131.

    "Ramon?" ucap Sebastian dengan suara yang terengah-engah.Mendengar namanya disebut, Ramon menoleh ke samping. Namun, ekor matanya menangkap raut wajah Sebastian yang nampak terkejut dengan kedatangannya.“Maaf, saya terlambat datang,” ucapnya.Sebastian menghela. Ini adalah sebuah kebetulan yang menguntungkan. Ramon datang di waktu yang tepat.Ramon melompat ke dalam pertarungan, menghadapi lawan-lawan Sebastian dengan kemampuan bela diri yang sangat baik. Dia menyerang dengan cepat dan tepat, menangkis serta membalas dan membuat lawan-lawan Sebastian terkejut dan tidak siap.“Sialan!” umpat salah satu musuh yang serangannya berhasil ditepis oleh Ramon. Dia merasa aura Ramon lebih menakutkan dari lawan sebelumnya.Ramon berdiri tegap. Tatapannya terihat tajam dan waspada. Seperti serigala yang mengunci mangsanya. Setelan hitamnya, membuat Ramon seperti malaikat pencabut nyawa. Senyumnya mengembang sempurna ketika melihat lawannya ciut karenanya.“Rupanya mereka hanya preman pasar,”

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 130.

    "Nona, apa yang terjadi?" Seruan suara pelayan menembus gendang telinga Clara. Dia pun seketika tersadar dari lamunannya tentang foto itu. Dia juga menyadari apa yang dirinya perbuat. Dia segera meraih benda pipih yang tergeletak di tanah.Layarnya telah menghitam, namun foto itu terekam jelas di benak Clara. Bagaimana Sebastian begitu mesra memeluk wanita itu. Clara tahu siapa wanita itu. Bianca Weadow adalah seorang perancang perhiasan sekaligus mantan kekasih Sebastian."Nona, Anda tidak apa-apa?" tanya pelayan yang tampak khawatir dengan perubahan ekspresi wajah Clara.Clara pun terkesiap."Ya, aku tidak apa-apa. Aku ingin kembali ke mansion saja. Mendadak aku merasa pusing." Clara segera membalik diri. Kemudian melangkah menuju ke mansion. Clara segera menuju ke kamarnya tanpa menoleh. Dan ketika dia sampai, Clara seketika menitihkan air matanya.Sebastian memang telah pergi, namun Bianca masih berada di Abraham Group. Itu karena dia memiliki sebuah urusan yang sangat penting.

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 129.

    “Apa yang kamu lakukan, Bianca?” Sebastian refleks menahan kedua lengan Bianca. Berusaha membuat wanita itu menjauh darinya. Akan tetapi, jeratan tangan wanita itu pada pinggangnya begitu kuat. Sehingga Sebastian hanya menahan rasa kesalnya dan bertahan dengan pelukan yang terasa menjijikkan.“Bastian, aku dengar kamu kehilangan posisi sebagai presdir. Kamu pasti sangat sedih ‘kan?” ucap Bianca dengan nada bicara yang terdengar rendah. Seolah menggambarkan kesedihan yang turut dia rasakan.Sebastian mengernyit. “Bianca, berita ini begitu cepat sampai ke telingamu? Ah, pasti anak manja itu yang memberitahumu?” ucap Sebastian sebelum akhirnya dia benar-benar mendorong Bianca menjauh darinya. “Bianca, kamu datang kemari hanya ingin mengasihi aku?” Sebastian mendecak."Bukan begitu, sebenarnya Kakek memintaku untuk kembali padamu. Bastian kamu sungguh menyukai wanita bersuami itu?" tanya Bianca yang seketika membuat sorot mata Bastian mencorong tajam."Itu bukan urusan kamu!" Sebastian he

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 128.

    "Dareen?" Sebastian menaikkan sebelah alisnya. Dia terlihat tenang di tengah-tengah keterkejutan yang menerpanya.Rasa keterkejutan serta pertanyaan-pertanyaan muncul di benaknya. Mengapa Dareen bisa ada di sini? Apa tujuannnya/ Meski rasa penasaran itu terus menderanya, Sebastian memilih untuk tidak untuk mengungkapkannya."Kakak pasti kaget, ya? Melihat aku ada di sini pagi-pagi?" tanya Dareen.Sebastian mendengkus kasar. Tatapannya yang semula tenang menjadi sangat tajam ketika melihat Dareen dengan berani menduduki kursi singgasananya."Beraninya kamu duduk di sana!" cerca Sebastian."Memangnya kenapa, Kakak? Sebentar lagi kursi ini akan menjadi milikku," tukas Dareen penuh percaya diri.Tatapan Sebastian semakin tajam saja. Bagai bilah pedang yang siap menusuk siapa saja yang ada di sekitar."Apa kamu bilang?""Dareen benar," sahut seseorang.Sebastian refleks menoleh ke arah sumber suara. Belum hilang keterkejutannya atas keberadaan Dareen di ruangannya, kini Sebastian dikejutk

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status