Home / Romansa / Melahirkan Anak Presdir Posesif / Bab 1. Lahirkan Anak Untukku!

Share

Melahirkan Anak Presdir Posesif
Melahirkan Anak Presdir Posesif
Author: Ellea Neor

Bab 1. Lahirkan Anak Untukku!

Author: Ellea Neor
last update Last Updated: 2024-11-25 10:26:17

"Apa, Suster? Rp 5 miliar?"

Clara Rein, 28 tahun. Dia nyaris pingsan saat berdiri di antrian kasir Rumah Sakit Internasional St. Mary’s Kota Arbour. Wajah cantiknya memucat saat mendengar nominal tunggakan biaya rumah sakit suaminya yang sedang koma.

Clara dan William telah menikah selama satu tahun. Pada malam saat resepsi pernikahan, kecelakaan menyebabkan William koma. Saat itu hujan deras mengguyur kota Arbour. Clara tiba lebih dulu di tempat resepsi. Sedangkan mobil William tergelincir dan menabrak pembatas jalan dan masuk jurang.

"Ini nota tagihannya, Nyonya," ujar suster, memberikan secarik kertas tagihan.

Tangan Clara gemetar. Selama hidupnya, dia tidak pernah memiliki uang sebanyak itu.

Suster berkata, "Semua biaya harus segera dilunasi dalam 2 hari. Atau, pihak rumah sakit akan melepas semua peralatan medis Suami Anda!"

Clara menerima nota tagihan itu dengan kedua mata yang berkaca-kaca. "Baik. Terima kasih, Suster."

Clara berjalan dengan pikiran kosong. Dia kembali ke ruang perawatan suaminya. Setibanya di sana, dia melihat keberadaan kedua mertuanya, Benjamin Barnes dan Julia Barnes.

“Clara, ada apa?” Julia segera bertanya ketika melihat wajah muram menantunya.

Tanpa bicara, Clara menunjukkan nota tagihan rumah sakit suaminya kepada Julia dan membuat wanita itu seketika menutup mulutnya karena kaget.

“Kenapa bisa sebanyak itu?” Julia tidak dapat menahan kesedihannya.

Clara tidak menjawab, melainkan terdiam tanpa kata-kata. Jujur, Clara sendiri masih tidak percaya dengan semua ini. Namun mengingat rumah sakit di mana suaminya dirawat adalah rumah sakit besar, Clara rasa ini sungguh wajar.

Rumah Sakit Internasional St. Mary's adalah salah satu rumah sakit terbesar di Kota Arbour. Fasilitas medisnya sangat lengkap, dengan pelayanan yang memuaskan. Selain itu, jenis obat-obatan yang digunakan adalah kualitas terbaik.

Ben mendekat dan melihat apa yang menyebabkan istrinya menangis. Sama halnya dengan Julia, Ben juga sangat terkejut. Namun, dia masih cukup tegar untuk tidak mengeluarkan air mata. Dia lantas menatap ke arah menantunya dan berkata.

“Clara, kami sudah tidak punya apa-apa. Aku harap kamu bisa mendapatkan uang untuk melunasi biaya rumah sakit itu,” pinta Ben.

“Pa, dari mana aku mendapatkan uang sebanyak itu?” tanya Clara dengan tatapan sendu.

Mendengar itu, Julia menjadi kesal, dia menarik lengan menantunya, kemudian mencengkeramnya kuat-kuat.  

“Bisa-bisanya William menikah dengan wanita bodoh seperti kamu! Clara, kamu bisa mencari pinjaman!” bentak Julia.

“Benar, Clara. Kamu bisa meminjam uang pada bos kamu.” Ben menimpali.

Clara terdiam, untuk sesaat dia tidak dapat berpikir. Mencari sebuah pinjaman tidak semudah membalikkan telapak tangan. Terlebih ketika mendengar saran Ben, rasa-rasanya Clara ingin tenggelam saja.

Dari hari ke hari, keluarga William terus mendesak Clara untuk mencari uang. Padahal Clara juga tidak memiliki harta lagi, selain cincin pernikahan.

Keluarga William dan keluarga Clara sendiri tidak ada yang bisa membantunya. Sementara gaji yang didapatkan tidak cukup untuk menutup biaya pengobatan William.

Akhirnya Clara memutuskan untuk mencari pinjaman di tempat lain. Sepulang kerja, dia mendatangi rumah teman atau kerabat mendiang kedua orang tuanya. Akan tetapi, dirinya justru diusir.

“Pergi kamu dari sini! Dasar tidak berguna! Datang kalau butuh saja!” bentak seorang pria yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan ibunya.

“Paman, aku mohon! Tolong bantu aku, suamiku koma, dan butuh biaya banyak!” Clara memohon sembari mengatupkan kedua tangan.

“Aku tidak peduli!”

Clara didorong hingga terjerembap di tanah berpaving. Clara tidak menyangka anggota keluarganya sekejam ini. Dia tidak tahu harus meminjam uang pada siapa lagi. Namun, melihat perlakuan mereka, sekalipun dirinya mengiba, mereka tak akan memberikannya. Pada akhirnya, Clara kembali ke rumah sakit dengan tangan kosong.  

Satu hari tersisa, Clara berusaha semakin keras dengan mencari pinjaman berupa surat-surat penting untuk digadaikan. Namun, hasilnya tetap sama. Akhirnya dia kembali menemui kedua orang tua William.

“Maaf, Pa, Ma, aku tidak bisa mendapatkan uangnya,” kata Clara dengan kepala tertunduk dalam.

“Apa?” Julia menatap Clara penuh emosi. “Mencari uang begitu saja kamu tidak becus!”

Clara memejamkan matanya ketika Julia menunjuk-nunjuk wajahnya. “Ma, aku sudah berusaha sebisa mungkin mencari pinjaman.” Clara mencoba membela diri. Namun, kedua mertuanya tidak berhenti menyalahkannya.

“Aku tidak mau tahu, jika kamu tidak bisa mendapatkan uangnya, tinggalkan William, dia tidak butuh istri seperti kamu!”

Clara tidak bisa menahan air matanya. Clara sangat mencintai William, bagaimana mungkin dirinya meninggalkan pria itu dalam kondisi seperti ini?

Clara benar-benar tidak bisa berpikir saat ini, 5 miliar bukanlah uang yang sedikit. Di mana lagi dia bisa mendapatkan uang sebanyak itu? Dia teringat ucapan ayah mertuanya, dan opsi terakhir jatuh pada Sebastian.

Sebastian Abraham, generasi keempat keluarga Abraham sekaligus Presdir Abraham Group. Perusahaan terkemuka yang bergerak di bidang perhotelan dan pariwisata.

Memiliki beberapa cabang dan anak perusahaan yang tersebar di berbagai wilayah dalam negeri maupun mancanegara. Telah banyak hotel dan resort serta pusat perbelanjaan yang berdiri di bawah naungan Abraham Group.

Abraham Group merupakan salah satu perusahaan yang masuk dalam posisi pertama perusahaan paling bonafide di Santoria. Tak terhitung jumlah aset serta kekayaan yang dimiliki oleh Sebastian. Uang 5 miliar jelas tidak ada apa-apanya bagi pria itu.

Hujan yang mengguyur kota Arbour mengiringi langkah Clara menuju ke rumah Sebastian. Tangannya yang dingin seketika gemetar ketika melihat sosok dengan wajah dingin di hadapannya. Meski begitu, Clara harus tetap mengungkapkan maksud kedatangannya.

“Tuan, tolong pinjamkan saya uang 5 miliar.”

Kehenginan memenuhi ruangan, Clara meremas satu tangannya ketika tatapan Sebastian menghujam ke arahnya. Dia tidak bisa mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh pria itu. Detik selanjutnya, dia mendengar suara Sebastian.

“5 Miliar? Itu hal yang kecil," ucap Sebastian. "Akan aku berikan, tapi dengan satu syarat,” imbuhnya.

Clara mengangkat kepala lalu bertanya, “Syarat? Apa itu, Tuan?”

“Lahirkan anak untukku! Maka akan kukabulkan semua keinginanmu!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Theaamie
jangan jadi wanita lemah ya clara move on dari tak ketidakberdayaan..
goodnovel comment avatar
Theaamie
kenapa protagonis nya selalu lemah,tertindas, dan sering dimamfaatkan antagonis. adakah yang tak seperi itu...
goodnovel comment avatar
Yu.Az.
Sabar Clara
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 2. Lingerie

    Clara seketika tercengang. Apa dirinya tidak salah dengar? Apa yang baru saja dikatakan oleh Sebastian? Melahirkan seorang anak? Clara menatap Sebastian dengan tatapan tak percaya.Clara telah bekerja sebagai asisten pribadi Sebastian selama tiga tahun. Selama itu, Clara belum pernah melakukan hal semacam ini. Meminjam uang dalam jumlah yang sangat besar. Entah bagaimana cara Clara mengembalikannya? Yang terpenting Clara bisa mendapatkan pinjaman.“Tuan, apa maksud Anda?” Clara mencoba meminta penjelasan lebih.“Aku rasa kamu cukup pintar dalam memahami kata-kataku, Clara!” cetus Sebastian. Clara mendongak, menatap Sebastian dengan ujung mata kemerahan.“Tuan, saya adalah wanita bersuami.” Clara mengingatkan.Sebastian menyunggingkan senyumnya lalu berkata. “Aku tahu, justru itu aku memilihmu karena kamu sudah tidak virgin.”Clara ingin menyangkal, akan tetapi suaranya tertahan di tenggorokan. Apa pun alasannya, semua itu adalah hal yang tidak benar. Akan tetapi, Clara sangat membut

    Last Updated : 2024-11-25
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 3. Masih Perawan

    “Apa?” Clara menatap Sebastian tak percaya.“Clara, kamu sungguh membuatku kesal!” Kehilangan kesabaran, Sebastian berdiri dari duduknya. Melangkah cepat menghampiri Clara.Clara termundur ke belakang. “Tuan, Anda mau apa?” tanya Clara takut-takut.“Diam dan patuh!”Ucapan Sebastian membuat Clara diam seribu bahasa. Dia hanya bisa pasrah ketika Sebastian melepas simpul tali handuk kimono yang dia kenakan. Detik selanjutnya, kain yang membungkus tubuhnya itu terjatuh ke lantai, menampilkan tubuh seksi menawan Clara yang hanya mengenakan pakaian dalam.Sebelah sudut Sebastian tertarik ke samping ketika melihatnya. Dia merasa desiran aneh menjalar ke sekujur tubuhnya.“Sepertinya kamu lebih bagus tanpa mengenakan ini.” Sebastian merengkuh pinggang Clara, dan menarik tengkuk wanita itu lalu mendaratkan kecupan di bibir.Clara terkesiap, serangan ini begitu mendadak. Meski begitu, dia tidak berniat menolak sentuhan yang Sebastian berikan.Puas dengan permainan bibir, Sebastian beralih pada

    Last Updated : 2024-11-25
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 4. Kontrak

    Clara sedikit kesal saat Sebastian mengatakan ronde selanjutnya. Nyatanya, pria itu memberinya makan hanya untuk digempur habis-habisan. Sepertinya Sebastian memang tidak mau rugi, sehingga dengan pandai memanfaatkan kesempatan ini. “Tuan, izinkan saya memejamkan mata sebentar,” pinta Clara. Dia merasa sangat lelah setelah melayani hasrat Sebastian untuk yang kesekian kalinya. “Baiklah, kamu aku izinkan beristirahat. Setelah itu kita lanjut,” balas Sebastian. Clara tidak peduli dengan ucapan Sebastian dan hanya mengiyakan. Yang terpenting dirinya bisa tidur guna memulihkan tenaganya yang terkuras habis demi melayani Sebastian. Pukul 03.00 dini hari, Clara terbangun karena sebuah sentuhan. Dia membuka mata, dan terkejut melihat Sebastian berada di atas tubuhnya. Wajahnya begitu dekat, seolah-olah ingin memangsa dirinya hidup-hidup. Clara kembali menegang. "Tuan...Anda...!" Clara seolah kehilangan kemampuan bicaranya. Namun, Sebastian justru meresponnya dengan sebuah senyum seri

    Last Updated : 2024-11-25
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 5. Datanglah!

    “Lingerie?” Clara mengernyitkan dahi. Pakaian tembus pandang berwarna merah itu tampak indah, namun, entah mengapa Clara merasa aneh kala melihatnya. “Ya, aku suka melihatmu memakai Lingerie,” ujar Sebastian. Ucapan Sebastian mengingatkan Clara pada kejadian malam-malam sebelumnya. Di mana Sebastian terlihat bernafsu ketika melihat dirinya mengenakan baju tembus pandang ini. Clara memperhatikan sekitar dan melihat Andrew si kepala pelayan yang berdiri di sudut ruangan. Beberapa pelayan wanita juga tampak berlalu lalang, entah mengapa mendengar Sebastian bicara begitu, Clara jadi malu sendiri. “Kamu tenang saja, semua orang yang bekerja di sini telah disumpah untuk tidak membocorkan apa pun yang terjadi di rumah ini.” Seolah tahu isi kepala Clara, Sebastian segera menjelaskan, dan itu membuat kegelisahan di hati Clara menghilang. “Karena kamu sudah melayani aku semalaman, hari ini aku membebaskan kamu dari pekerjaan,” ucap Sebastian. Mendengar hal itu, senyum Clara seketika mel

    Last Updated : 2024-11-25
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 6. Sempit

    Clara sudah merasa curiga saat mendapati nama Sebastian di layar ponselnya. Ketika dirinya menjawab panggilan itu, Sebastian menyuruhnya datang. “Sekarang, Tuan?” tanya Clara. “Tahun depan, tentu saja sekarang!" jawab Sebastian yang terdengar ketus. Clara menggigit kecil bibir bawahanya. Dirinya sudah berjanji pada kedua orang tua William untuk bermalam di rumah sakit dan menjaga William. Apa jadinya jika dirinya tiba-tiba pergi? Sesaat, Clara merasa ragu. Namun, saat mengingat surat perjanjian yang dia tanda tangani tadi pagi, seketika itu keraguan dalam hatinya lenyap. Dari mana dirinya mendapat uang sebanyak itu untuk membayar denda? “Kenapa diam? Jawab aku, Clara!” teriak Sebastian. Suara Sebastian menyentakkan Clara, gegas dia menjawab. “Ya, Tuan. Saya ke sana sekarang.” “Bagus, aku tunggu sepuluh menit.” “Apa?” Clara hendak melayangkan protes kepada Sebastian, namun panggilan lebih dulu ditutup. Clara mengumpat dalam hati. Jarak antara rumah sakit dan rumah Sebastian cu

    Last Updated : 2024-12-13
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 7. Curiga

    “Tuan." Clara kembali memanggil setelah panggilan pertama tidak menjawab. Sebastian menoleh setelah menenggak pil dan air putih. Clara mengernyitkan dahi. "Tuan minum obat apa?" tanya Clara penasaran. “Kamu tidak perlu tahu, sebaiknya kamu tidur.” Bukannya tidur, Clara justru turun dari atas kasur, meraih pakaian miliknya lalu memakainya dengan gerakan yang cepat. Hal itu baru menarik atensi Sebastian. “Kamu mau ke mana, Clara?” tanya Sebastian. “Saya harus kembali ke rumah sakit, Tuan,” jawab Clara. Sebastian melotot. "Apa? Aku belum selesai, dan aku baru saja minum obat..." Ucapan Sebastian refleks terhenti setelah dia teringat sesuatu. Alis Clara mengkerut. Dia menyadari itu. "Obat apa, Tuan?" Jujur saja, Clara semakin penasaran. Daripada menjawab, Sebastian malah menatap jam di dinding. Jarum pendek mengarah pada angka 3 kemudian kembali menatap Clara/ “Dini hari begini?” Sebastian sengaja mengalihkan topik pembicaraan. “Saya sudah berjanji pada mertua saya untuk

    Last Updated : 2024-12-13
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 8. Tanda Merah

    Clara seketika tercekat, tangannya refleks menyentuh lehernya. Clara melupakan sesuatu. Saat di rumah Sebastian, dia melihat tanda yang dimaksud oleh Julia. Ini adalah tanda merah yang dihasilkan dari hubungan terlarangnya bersama Sebastian. Dan dengan cerobohnya Clara tanpa sengaja memperlihatkan ini kepada Julia.“Kenapa diam? Kau tidak tuli ‘kan, Clara?” tanya Julia sinis.“Em…ini, aku lupa kalau aku alergi kacang merah, kemarin aku tidak sengaja memakannya,” jelas Clara. Dia tidak percaya bahwa dirinya kini pandai sekali membual.Kening Julia mengkerut. Memperhatikan tanda merah itu dengan teliti.Melihat itu, Clara segera meraih syal dari dalam tas kemudian melingkarkan di leher.“Maaf, Ma. Aku harus pergi bekerja.” Clara segera meraih sling bag miliknya kemudian menyingkir dari hadapan Julia. Clara bahkan tidak sempat berpamitan kepada William. Ini semua gara-gara Julia.Meski suaminya itu tidak bisa melihat dan mendengar, Clara terbiasa meminta izin kepada William sebelum pergi

    Last Updated : 2024-12-20
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 9.

    Clara menatap Sebastian tidak berkedip sedikit pun. Dia terkejut ketika mendengar penuturan Sebastian. Apa yang baru saja pria itu katakan? Hari ini banyak jadwal penting. Akan tetapi pria itu justru ingin membatalkannya.“Tuan, apa maksud Anda?” tanya Clara lagi. Dia seketika menundukkan pandangannya ketika tatapan tajam Sebastian menghujam ke arahnya.“Sudah kukatakan berapa kali? Aku tidak suka mengulang ucapanku!” sergah Sebastian.“Maafkan saya, Tuan.” Clara segera menyadari kesalahannya.“Kemari, Clara!” Sebastian kembali mengulurkan tangan.Clara menatap Sebastian, mencoba mencari tahu maksud dari uluran tangan itu. Sepertinya Sebastian ingin dirinya mendekat. Takut-takut, Clara melangkah maju. Dia menatap tangan Sebastian.Clara menyambut uluran tangan itu, dia tersentak kala tubuhnya ditarik dan tanpa sengaja terjatuh di pangkuan Sebastian. Untuk sesaat, Clara merasa canggung. Apa boleh begini? Ini adalah kantor.“Rambut ini.” Sebastian menyentuh surai panjang milik Clara. “A

    Last Updated : 2024-12-20

Latest chapter

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 196.

    Ziyon dan kedua rekannya tertawa puas, suara mereka menggema di antara dinding tebing yang curam. Tawa itu bukan sekadar luapan kegembiraan, melainkan ejekan yang menyayat—sebuah perayaan atas keberhasilan mereka menyingkirkan Dareen. Dari atas tebing, mereka menyaksikan tubuh pria malang itu terjatuh, kemudian lenyap ditelan deburan ombak yang ganas. Tidak ada rasa bersalah, tidak pula keraguan. Yang tersisa hanyalah kesombongan, seolah mereka baru saja menuntaskan misi penting tanpa cela. "Mampus kamu, Dareen." Senyum jahat terukir di bibir Ziyon ketika tatapannya mengarah pada riak air, titik di mana Dareen baru saja menghilang. Kepuasan, kemenangan tampak terlihat di wajah tampan pria itu. Meski bukan kemenangan sepenuhnya, sebab dirinya tidak mendapatkan apa-apa, hanya sebuah luapan kemarahan akibat apa yang terjadi pada dirinya. Hidupnya hancur dan itu semua karena Dareen. Selanjutnya, Ziyon memiliki rencana untuk membalas pada Sebastian, tetapi dia harus memikirkan rencana

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 195.

    Dareen merasakan napasnya kian sesak. Udara di sekelilingnya begitu terbatas, dan kegelapan total menyelimuti penglihatannya. Suasana pengap menyiksa, membuatnya sulit bernapas dengan leluasa. Kain karung yang membungkus tubuhnya menambah tekanan psikologis yang mencekam. Dia hanya bisa meringkuk dalam posisi tidak nyaman, dalam kondisi tangan dan kaki terikat. Dareen tidak tahu ke mana dia akan dibawa.Tubuhnya terasa sempit terjepit, dan setiap gerakan kecil hanya membuat dirinya semakin sulit bernapas. Dia sadar bahwa dirinya telah dimasukkan ke dalam karung, lalu dilemparkan ke dalam bagasi mobil. Suara dentuman pelan dari luar, guncangan kendaraan, serta bau menyengat dari ruang sempit itu membuatnya nyaris kehilangan kesadaran. Di tengah ketidakpastian dan rasa takut yang kian membuncah, Dareen hanya bisa berharap ada keajaiban yang menyelamatkannya dari situasi mengerikan ini."Setelah ini, kita harus segera kembali ke Santoria," kata Jordy yang tampak tidak sabar. Beberapa h

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 194.

    Rencana terakhir yang terlintas dalam benak Ziyon adalah menghabisi nyawa Dareen. Dia menilai bahwa pemuda itu sudah tidak lagi memiliki nilai guna dalam skema yang telah dia susun. Segala upaya untuk mendapatkan tebusan dari keluarga Dareen berakhir dengan kegagalan, dan setiap menit yang berlalu hanya meningkatkan risiko terungkapnya keberadaan mereka. Dalam pikirannya yang dingin dan penuh perhitungan, Ziyon menyadari bahwa membiarkan Dareen tetap hidup hanya akan menjadi beban. Lebih dari itu, pria muda itu kini menjadi saksi hidup dari seluruh tindakan penculikan yang telah dia lakukan. Maka dari itu, untuk menghapus jejak dan menutup kemungkinan terburuk, Ziyon mengambil keputusan untuk menghabisi Dareen dan membuang jasadnya ke laut agar tidak pernah ditemukan. Sambil menatap ke luar jendela, Ziyon menyinggungkan senyumnya. Kemudian memberi perintah. "Siapkan segala sesuatunya!" Pria bertopeng yang sejak kemarin membantu Dareen melancarkan aksinya kini membuka suara.

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 193.

    Pagi itu, Clara terbangun lebih lambat dari biasanya. Tubuhnya masih terasa lelah setelah malam panjang yang dihabiskan bersama Sebastian. Begitu matanya terbuka, dia segera menoleh ke sisi tempat tidur, namun tak menemukan sosok suaminya di sana. Pintu kamar mandi dalam keadaan terbuka. Tidak ada tanda kehidupan apa pun. Rasa penasaran mulai merayapi benaknya.Dia bangkit perlahan, berjalan menuju kamar bayi. Namun, Kaisar pun tidak berada di tempat tidurnya. Kegelisahan mulai tumbuh di dalam dada Clara. Tanpa pikir panjang, dia segera menuruni tangga untuk mencari tahu keberadaan mereka.Begitu tiba di lantai bawah, aroma masakan hangat menyambutnya. Clara melihat Sania, ibu mertuanya, sedang sibuk menyusun piring di meja untuk sarapan dibantu beberapa pelayan dan Andrew. Sementara itu, Sebastian duduk di kursi utama ruang makan, tampak tenang sambil menyeruput kopi dengan selembar surat kabar di tangan. Begitu melihat Clara, Sania menghentikan kegiatannya sejenak dan tersenyum l

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 192.

    Clara menyunggingkan senyumnya. Jujur saja, Clara merindukan masa-masa ini. Di mana setiap sentuhan Sebastian bagaimana candu baginya. Dia melirik ke arah box bayi. Kaisar tampak lelap dalam tidurnya. Mungkin ini saatnya dirinya menunaikan ibadah suami istri ini. Clara merespon ajakan Sebastian dengan lengan yang dia lingkarkan di leher suaminya. Dia lantas menegakkan tubuhnya. "Aku juga sudah tidak sabar..." Sesaat, ujung hidung lancip keduanya saling bersentuhan. "Kalau begitu, bawa aku ke kamar kita," bisik Clara. Sebastian agak menjauh, menatap istrinya dengan ujung mata yang menyipit. Lantas bibir seksinya, mengulas sebuah senyuman. "Kita belum pernah melakukannya di sini 'kan?" gumamnya lirih. Clara merasakan deru napas hangat menyapu kulit daun telinga. Memunculkan sensasi aneh yang mendebarkan. Dia lantas memandang suaminya. "Jangan di sini, Sayang. Kita bisa mengganggu Kaisar," balas Clara. Saat berhubungan, dirinya cenderung mengeluarkan suara-suara aneh. Sehingga dia

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 191.

    "Mom, kamu mendengarku? Aku diculik!" Dareen berteriak di depan layar ponsel yang disodorkan Ziyon ke arahnya. Tidak ada jawaban. Hening. Selanjutnya hanya terdengar suara seseorang berteriak dari kejauhan. "Lucia, Sadarlah!" Itu suara Louis, ayahnya. Wajah Dareen menegang. Apa yang dikatakan oleh ayahnya barusan? Mengapa sang ayah berteriak? Dan Mengapa dia meminta sang ibu untuk sadar? Apa yang terjadi? Apa ibunya sedang pingsan? Pertanyaan-pertanyaan itu memenuhi isi kepala Dareen. Sampai membuatnya ingin meledak. Wajahnya yang ketakutan semakin pucat dengan sudut bibirnya yang pecah dihiasi darah yang telah mengering. "Dad! Jawab aku!" pekik Dareen dengan raut wajah penuh kekhawatiran. Tidak ada jawaban. Dareen menatap layar ponsel. Panggilan masih berlangsung. Ziyon mengamati Dareen, sebelah sudut bibirnya ditarik ke samping. Detik selanjutnya, dia menjauhkan ponsel itu dari Dareen. "Sudah cukup!" Ziyon mengakhiri panggilan. Dareen refleks mendongak. Menatap Ziyon yang t

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 190.

    Dareen tersentak kala Ziyon melempar sesuatu tepat di wajahnya. Benda itu jatuh ke lantai yang kusam setelahnya. Dareen melihat ke bawah, ternyata dua kartu kredit miliknya yang tak berguna. Kemudian Dareen menatap ke arah Ziyon. Wajahnya tampak dipenuhi amarah. Kemungkinan pria itu baru saja menggunakan kartu tersebut. Dan sama seperti dirinya yang dibuat kesal oleh kartu kredit sialan itu. "Sudah kubilang 'kan, kartu itu memang tidak ada isinya." Dareen menertawakan kebodohan Ziyon. Padahal Dareen sudah memberitahu sebelumnya. Akan tetapi, pria itu malah tidak percaya. "Kamu benar-benar membuat aku marah!" teriak Ziyon. Frustasi. Saat mendengar bahwa Dareen bersenang-senang di luar negeri. Dengan segenap harta yang tersisa, Ziyon berniat menyusul, untuk merampas semua yang Dareen miliki. Nyatanya, pria itu tidak memiliki apa-apa. Ziyon tidak bisa menyentuh Sebastian karena dia tidak memiliki kuasa apa pun. Aset dan seluruh harta maupun saham telah habis. Kedua orang tuanya sem

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 189.

    Sania yang datang hari itu akhirnya membantu menyusun mainan tersebut, menyortir, mengelompokkan mainan sesuai dengan usia. Mainan-mainan tersebut akan disimpan, dan dipakai jika sudah waktunya nanti. Mainan yang dikirimkan Maxime sangat lengkap, bahkan ada yang bisa digunakan saat Kaisar umur 2 tahun nanti. Kaisar sempat terbangun dan meminta Asi. Clara memberikannya sampai tertidur kembali. Setelah Selesai, Clara kembali bergabung bersama Sania yang terlihat sangat antusias mengurus mainan-mainan itu. "Ini banyak sekali, Clara," ucap Sania yang tampak bosan karena sejak tadi tidak kunjung selesai. "Mom benar. Bagaimana jika kita menyumbangkan pada panti asuhan sebagian?" Clara menatap Sania penuh harap. "Itu ide bagus, Clara. Kalau begitu, aku akan menelpon panti asuhan milik kenalanku," ucap Sania antusias. Dalam hati Clara mengucap syukur karena Sania memiliki pemikiran yang sama. Sementara Sania menelpon pemilik panti asuhan. Clara mencoba mengirim pesan pada suaminya. Dia

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 188.

    Ziyon menyunggingkan senyum tipis, seolah menikmati setiap detik keterkejutan yang tergambar jelas di wajah Dareen. Ekspresi itu begitu tenang, namun menyimpan makna yang sulit ditebak. Sorot matanya menyipit, bukan karena cahaya atau kelelahan, melainkan karena tarikan sudut bibirnya yang membentuk senyum dingin dan penuh perhitungan. Tatapan Ziyon tajam, menusuk, seakan ingin menyelami isi pikiran Dareen yang masih berusaha memahami situasi. Dia berdiri tegak, penuh percaya diri, menunjukkan bahwa Dia mengendalikan keadaan sepenuhnya. Dalam diamnya, senyum itu seolah berkata bahwa semua telah direncanakan dengan cermat—dan kini waktunya bagi Dareen untuk menyadari kenyataan yang tak terelakkan. "Kenapa? Kaget?" ejek Ziyon. Tatapannya yang semua dingin kini berubah tajam dan gelap, penuh dengan rencana yang Dareen sendiri tidak tahu tujuannya. Dareen membeku untuk beberapa saat. Berusaha mencerna sebuah sebab akibat dari kejadian yang terjadi saat ini. Mengapa Ziyon sampai ber

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status