Share

Menyerahkan Keputusan

Penulis: Mommykai22
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-21 08:38:11

"Mama ...."

Collin dan Calista mengunjungi Janice bersama Nara dan Jefry pagi itu dan Janice begitu senang melihat keluarganya.

"Collin, Calista ...."

Janice merentangkan tangannya dan anak kembarnya itu pun masuk ke dalam pelukannya.

"Mama jangan lama-lama pulangnya ...," bisik Calista manja.

"Mama juga mau cepat pulang, Sayang ...."

"Collin mau tidur sama Mama nanti kalau Mama sudah pulang."

"Mama mau, Sayang! Mama mau! Kita tidur sama-sama di ranjang besar ya," sahut Janice sambil menciumi kening Collin.

Collin dan Calista pun mengangguk dan memeluk Janice makin erat.

Nara, Jefry, dan Edgard pun hanya tersenyum melihatnya.

"Ibu senang kondisimu sudah membaik, Janice." Nara mendekati Janice dan membelai kepalanya sayang.

"Hmm, aku sudah lebih baik, Ibu," jawab Janice sambil tersenyum.

"Tentang kemarin ...."

Nara yang mau bicara pun ditatap oleh Janice dan Janice pun menggeleng.

Nara pun mengerti maksudnya dan tidak melanjutkan ucapannya lagi.

Yang penting sekarang sem
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Melahirkan Anak Kembar CEO Buta    Melacak Penjahat

    Suasana masih begitu sedih di rumah Elizabeth saat mendadak Elizabeth menghampiri Edgard dan Devan yang memang duduk bersebelahan dan hampir berlutut di depan mereka. "Apa yang Grandma lakukan? Jangan begini!" Edgard yang melihatnya langsung menangkap Elizabeth dan membawanya kembali duduk di sofa. Elizabeth pun akhirnya duduk di tengah Edgard dan Devan dan Nenek tua itu pun langsung membawa kedua cucunya itu ke dalam pelukannya. "Maafkan Grandma! Maafkan Grandma! Mungkin Grandma yang sudah salah mendidik anak Grandma!" ucap Elizabeth dengan nada yang begitu pilu. "Tidak, Grandma! Tidak! Grandma tidak salah!" sahut Edgard yang berusaha bijak. "Grandma tahu Grandma salah, Edgard. Tidak usah membela Grandma lagi! Kalau anak Grandma menjadi buruk, itu adalah salah Grandma!" tegas Elizabeth lagi. Elizabeth pun menoleh ke arah Devan yang juga masih berada di dalam pelukannya. "Maafkan Grandma juga, Devan! Ibumu menjadi seperti ini pasti karena dia tidak setuju dengan semua keputu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • Melahirkan Anak Kembar CEO Buta    Kita Akan Beraksi Sekarang

    Beberapa hari berlalu dan kondisi Janice pun makin membaik, namun dokter masih belum mengijinkannya pulang karena dokter masih ingin memantau kondisi Janice beberapa hari lagi. Janice hanya masih sering melow saat mengingat janin di perutnya yang harus pergi dengan cara seperti itu. "Apa yang kau pikirkan, Janice?" tanya Edgard yang menghampiri Janice dan berdiri di samping ranjangnya. Janice menggeleng. "Tidak ada," dusta Janice."Jangan bohong, Janice! Aku bisa melihat ekspresimu yang begitu melow. Apa kau memikirkan anak kita lagi?" Janice yang mendengarnya pun menatap Edgard lebih lama, sebelum ia menunduk dengan tatapan yang kembali melow. Edgard pun langsung membawa Janice ke dalam pelukannya dan membelai kepala Janice dengan sayang. "Sudah, Janice! Dia sudah mendapatkan tempat yang terbaik di sana, mungkin saja dia sudah bertemu dengan kedua orang tuaku di surga dan orang tuaku akan sangat senang bermain bersama cucu mereka." Janice langsung menangis mendengarnya, sedang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • Melahirkan Anak Kembar CEO Buta    Kau Sudah Terkepung

    Devan masih termenung di kamarnya malam itu. Entah sudah berapa hari ia seperti ini. Devan mengurung dirinya di rumah, tidak bekerja, dan tidak berbicara dengan siapa pun. Perasaannya belum pernah benar sejak mengetahui kenyataan yang menyakitkan itu. Namun, Devan sama sekali tidak berani memberitahu ayahnya maupun Devina, adiknya. Untungnya juga Elizabeth pun berhasil meredam berita ini agar tidak sampai keluar ke mana pun karena akan merusak reputasi mereka sebagai pengusaha. Devan yang sudah lelah dengan perasaannya pun akhirnya keluar dari kamarnya dan melangkah ke ruang kerja Miriam, mencoba mencari apa yang bisa ia temukan di sana karena sampai sekarang ibunya itu belum diketahui keberadaannya. Namun, langkah kaki Devan mendadak terhenti saat ia melihat seorang bodyguard masuk ke ruang kerja Miriam. Sontak Devan pun mengernyit melihatnya. "Apa yang dia lakukan di sana?" gumam Devan sambil mengikuti pria itu. Pria bernama Emir yang merupakan anak buah Harlan itu pun sempa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • Melahirkan Anak Kembar CEO Buta    Pelarian

    Jantung Miriam masih berdebar tidak karuan dan ia begitu panik saat melihat mobilnya dikepung oleh mobil polisi di depan dan mobil Edgard di belakang. "Sial! Sial! Bagaimana ini? Mereka memperlakukan aku seperti buronan!" pekik Miriam frustasi sambil berusaha memundurkan mobilnya lagi, namun mobil Edgard sudah menutup jalan di belakang. Edgard sendiri pun langsung keluar dari mobilnya dan berteriak ke arah mobil Miriam. "Kau sudah terkepung, Tante Miriam! Menyerah saja!"Miriam makin membelalak mendengarnya. Walaupun pintu dan jendela Miriam tertutup, namun suara Edgard begitu keras sampai Miriam bisa mendengarnya dengan jelas. "Sial!" Miriam tidak berhenti mengumpat, namun Miriam masih tidak mau keluar sama sekali dari mobilnya. Bahkan Miriam mengunci pintunya dan tidak akan membiarkan siapa pun membukanya. Edgard yang melihatnya pun langsung mencoba membuka pintu mobil Miriam sambil menggedor jendelanya. Buk buk buk!"Tante, buka pintunya! Tante sudah dikepung! Lebih baik Tan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • Melahirkan Anak Kembar CEO Buta    Bayarlah Perbuatan Ibu

    Jantung Miriam masih memacu kencang saat ia berlari begitu cepat dengan sepatu hak tingginya. Suara para polisi terus berteriak memanggilnya, namun Miriam mengabaikannya dan terus berlari.Hingga tidak lama kemudian, sebuah mobil itu tiba di sampingnya dan kaca mobil itu terbuka. Miriam pun menahan napasnya sejenak melihat seorang pria yang menyetir di sana. "Masuklah ke mobil!" titah pria itu sambil membuka pintu mobilnya. Untuk sesaat, Miriam masih mematung sampai akhirnya suara itu terdengar lagi. "Masuk kubilang, Ibu! Ibu mau dipermalukan seperti ini, hah? Ibu mau tertangkap oleh Kak Edgard dan para polisi itu?"Dan Miriam pun langsung gemetar sambil menelan salivanya. "D-Devan?" "Masuk, Ibu!" geram Devan. Dua polisi yang tadinya di belakang pun sudah kembali berlari mengejar Miriam. "Berhenti di sana!" teriak polisi itu. Miriam pun begitu panik sampai akhirnya ia pun masuk ke mobil dengan cepat dan Devan pun langsung melajukan mobilnya dengan cepat juga pergi dari sana.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Melahirkan Anak Kembar CEO Buta    Kecewa

    "Sial, ke mana Devan membawa Tante Miriam?" Edgard masih melajukan mobilnya mengikuti mobil Devan yang sudah melaju jauh di depan, namun Edgard mengernyit saat ia merasa mengenali jalan yang ia lewati. Untuk sesaat, Edgard berpikir keras, ke mana Devan akan membawa Miriam? Apa ke kantor polisi? Atau ke mana? Edgard tahu Devan adalah pria yang bijak dan ia selalu memutuskan semuanya dengan dewasa. Edgard pun berharap dugaannya ini tidak salah dan Devan benar-benar membawa Miriam ke kantor polisi. Namun, Edgard tetap tidak bisa melepaskan mobil Devan begitu saja sampai ia memastikan kalau Devan benar-benar membawa Miriam ke sana. Edgard pun menginjak gasnya makin kencang dan makin fokus mengejar mobil Devan saat tiba-tiba sebuah mobil menabrak mobilnya dari belakang. Brak!"Akkhh!" pekik Edgard saat tubuhnya tersentak ke depan. Edgard pun segera melihat lewat kaca spionnya dan ternyata mobil Emir kembali mengikutinya dari belakang. "Sialan! Emir lagi! Apa dia berhasil mengalahk

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Melahirkan Anak Kembar CEO Buta    Membunuh dengan Tangannya Sendiri

    Beberapa polisi nampak keluar dari kantor polisi karena menerima telepon dari Edgard yang akhirnya melihat mobil Devan menuju ke kantor polisi. Namun, sialnya Edgard masih belum bisa mengejar Miriam karena Emir terus menabrak mobilnya. Bahkan Edgard harus berteriak di telepon dengan suara yang terputus-putus sampai akhirnya ponselnya malah terjatuh entah ke mana. Edgard yang akhirnya tiba di depan kantor polisi pun melihat orang-orang berlari dan langsung melajukan mobilnya ke sana. Suasana malam itu langsung begitu riuh saat para polisi mengejar Miriam sambil menodongkan senjatanya. "Berhenti, Bu Miriam! Berhenti!" "Jangan tembak! Jangan tembak! Ibu, berhenti!" teriak Devan yang masih berlari sekuat tenaga mengejar Miriam sampai begitu jauh. Air mata Devan sudah kembali berderai, begitu juga dengan air mata Miriam. Kakinya juga kembali lemas kali ini dan ia merasakan lecet serta basah di kakinya namun Miriam terus berlari dan ia tidak boleh berhenti. Devan terus memohon agar

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Melahirkan Anak Kembar CEO Buta    Akhir dari Pelarian

    Dor!Suara tembakan dilepaskan kembali terdengar begitu keras sampai semua polisi yang membawa senjata pun menjadi waspada. Beberapa anak buah pun kembali menghentikan aktivitasnya sejenak saat mendengar pekikan Miriam di sana dan mereka pun menoleh ke arah sumber suara. Untuk sesaat, suasana nampak begitu hening saat akhirnya timah panas itu melesat dan menembus tubuh seseorang di sana.Edgard sendiri pun membelalak saat menerima pelukan dari Devan yang sudah lemas di hadapannya. "Devan ... Devan ...," panggil Edgard dengan mata yang membelalak dan jantung yang berdebar kencang. "Kak Edgard ... Kak Edgard ...," lirih Devan yang kakinya sudah tidak sanggup berdiri tegak. Devan begitu panik melihat Miriam menodongkan senjata dan akan menembak Edgard. Tanpa pikir panjang, Devan pun segera berbalik dan berlari ke arah Edgard yang masih berdiri tidak jauh di belakangnya. Devan pun segera menghambur ke pelukan Edgard sampai akhirnya timah panas itu menembus punggungnya dan Miriam pu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24

Bab terbaru

  • Melahirkan Anak Kembar CEO Buta    Melahirkan Anak Kembar CEO Buta (END)

    "Daphne Sayang, jangan lari!"Nara begitu gemas memanggil Daphne yang sedang asik merangkak kesana kemari bersama Denzel di sekeliling rumah. Semakin Nara mau menangkapnya, semakin Daphne merangkak kabur sambil terkikik dan berteriak. Collin dan Calista yang melihatnya sampai tertawa begitu senang melihat tingkah adik-adiknya. Nara sendiri pun akhirnya ikut tertawa dan tidak memanggil lagi. Hari ini genap satu tahun umur Daphne dan Denzel. Kedua anak kembar itu sudah begitu gemuk dan makin menggemaskan. Mereka juga sudah pintar merangkak kesana kemari, walaupun mereka belum mulai berjalan. Tingkah kedua anak itu begitu menggemaskan sampai gelak tawa pun tidak berhenti memenuhi rumah keluarga mereka setiap harinya. "Astaga, Sayang, mengapa kau bisa merangkak sampai ke sini!" pekik Janice yang baru saja keluar dari dapur. "Ah, Ibu sudah tidak kuat mengejarnya lagi, Janice! Daphne terlalu lincah!" protes Nara. Janice pun langsung terkekeh sambil mengangkat anaknya yang sudah ber

  • Melahirkan Anak Kembar CEO Buta    Bahagia untuk Semua

    "Semuanya perkenalkan, ini Viola, calon istriku!" Keluarga Edgard mengadakan makan malam bersama hari itu. Sejak anak Edgard lahir, Edgard memang lebih sering melakukan open house mengundang keluarganya agar rumah selalu ramai. Semua orang akan saling membantu menjaga si kembar Denzel dan Daphne sampai Janice benar-benar terbebas dari yang namanya stres dan baby blues. Sungguh, kali ini Janice memiliki support system terbaik dan Janice sangat bahagia dengan banyak berkat berlimpah dalam hidupnya. Devan pun datang malam itu sambil membawa seorang wanita yang sangat cantik, seorang wanita yang awalnya adalah asisten Devan, tapi benih-benih cinta muncul di sana dan dengan bangga, Devan memperkenalkannya pada semua. Elizabeth yang mendengarnya pun langsung memekik kegirangan. "Wah, selamat, Devan! Selamat! Setelah Edgard, akhirnya sebentar lagi kau akan menyusul, lalu Devina juga menyusul. Semua cucu Grandma akan menikah dan memberikan Grandma banyak cicit! Ini kabar bahagia, sangat

  • Melahirkan Anak Kembar CEO Buta    One Month Celebration

    Spanduk bertuliskan "One Month Celebration of Denzel and Daphne" terbentang di pinggir kolam renang rumah Edgard dan Janice hari itu. Hiasan balon-balon yang didominasi warna biru dan merah itu pun memenuhi dinding dan sepanjang jalan di sekitar kolam renang itu. Selain itu banyak hiasan lain yang menambah meriah suasana pagi itu. Hari ini tepat satu bulan bayi kembar Janice lahir ke dunia. Bayi kembar laki-laki dan perempuan itu diberi nama Denzel William dan Daphne William. Bayi kembar yang membawa kebahagiaan bagi keluarga Edgard dan menyempurnakan keluarga mereka yang tidak lagi kecil karena keluarga inti mereka berjumlah enam orang sekarang. Edgard pun akhirnya merasakan bagaimana lelahnya menjadi orang tua baru yang mengurusi dua bayi sekaligus. Walaupun mereka memakai dua orang baby sitter baru untuk bayi kembar mereka, tapi Edgard tetap ingin tidur dengan bayi mereka. Edgard ingin menemani Janice mengurus bayi kembar mereka sekaligus menebus rasa bersalah karena dulu J

  • Melahirkan Anak Kembar CEO Buta    Welcome Twins

    Janice terus merasa gelisah dalam tidurnya menjelang subuh hari itu. Saat melahirkan sudah tinggal menghitung hari dan Janice tidak berhenti berdebar sampai membuatnya insomnia beberapa hari ini. Janice pun masih terus gelisah sendiri sampai ia merasakan rasa aneh di bawah tubuhnya. "Apa yang lembab ini? Mengapa perutku juga terasa melilit?" gumam Janice sambil perlahan Janice bangkit berdiri dan melangkah ke kamar mandi. Janice memeriksa dan ternyata ada darah di sana, tanda bahwa ia sudah waktunya melahirkan. Jantung Janice langsung memacu kencang, apalagi rasa sakit di perutnya mulai makin kencang seperti meremat perutnya. "Edgard! Edgard!" panggil Janice sambil melangkah keluar dari kamar mandi. Edgard yang tadinya masih tertidur lelap di samping Janice pun seketika langsung membuka matanya waspada. Sejak Janice hamil, Edgard selalu waspada kapan pun istrinya itu membutuhkannya sehingga hanya perlu sedikit suara untuk membuat Edgard langsung membuka matanya. "Janice, ada

  • Melahirkan Anak Kembar CEO Buta    Ayah dan Suami yang Sempurna

    When I was just a little girl ....I asked my mother, what will I be ....Will I be pretty? Will I be rich?Here's what she said to me ....Que sera, sera ....Whatever will be, will be ....The future's not ours to see ....Que sera, sera ....What will be, will be ....Suara Calista bernyanyi terdengar begitu merdu memenuhi ruangan serbaguna yang digunakan untuk acara pementasan sekolah hari itu. Semua orang pun langsung bertepuk tangan begitu acara selesai. Termasuk Edgard, Janice, Nara, dan Grandma Elizabeth yang ikut hadir sebagai penonton. Mereka bertepuk tangan sambil meneteskan air mata begitu bangga melihat Collin dan Calista bersama teman-teman mereka yang menampilkan pertunjukkan drama musical yang begitu indah.Para anak-anak itu berdialog dalam bahasa Inggris, mereka berinteraksi bersama, melangkah kesana kemari, menari, dan diakhiri dengan nyanyian yang begitu merdu dari Calista. Sungguh semua orang tua yang melihatnya begitu bangga pada anak-anak mereka. Nara dan El

  • Melahirkan Anak Kembar CEO Buta    Babymoon

    Di umur kehamilan Janice yang memasuki lima bulan, Edgard mengajak Janice melakukan babymoon sekaligus berlibur bersama keluarga mereka. Edgard membawa serta Nara, Collin, Calista, dan pengasuh kecil mereka, berlibur ke Bali. "Karena aku tidak mau mengambil resiko, jadi kita akan pergi ke tempat yang dekat saja ya, Sayang. Aku sudah menyuruh Jefry menyiapkan semuanya dan kita tinggal menyusun barang pribadi kita saja," kata Edgard malam itu saat mereka sudah berdua di kamar. "Ya ampun, Edgard, aku sungguh tidak perlu babymoon seperti ini." Edgard tersenyum lalu menangkup kedua tangan istrinya itu. "Janice, Sayang, babymoon memang bukan merupakan keharusan, bahkan honeymoon juga bukan merupakan keharusan." "Semua pasangan akan tetap baik-baik saja tanpa honeymoon maupun babymoon." "Hanya saja bedanya, ada pasangan yang memang menginginkannya dan kalau mereka mampu, mereka akan melakukannya." "Begitu juga dengan aku, Sayang. Aku menginginkannya, menyenangkanmu dan anak-anak kita

  • Melahirkan Anak Kembar CEO Buta    Kehamilan yang Menyenangkan

    "Kembar lagi? Grandma akan punya cicit kembar lagi?" Elizabeth memekik senang saat Edgard memberitahunya tentang kehamilan Janice. "Benar, Grandma akan punya cicit lagi dan bukan hanya satu bayi tapi dua sekaligus," tegas Edgard. "Oh, Mefi, kau dengar itu? Oh, Grandma senang sekali! Grandma senang sekali! Janice ... oh, cucu Grandma ...." Elizabeth merentangkan kedua tangannya dan Janice pun langsung masuk ke dalam pelukan wanita tua itu. "Oh, cucu Grandma! Dengar ya, mulai hari ini Grandma akan selalu menyiapkan makanan sehat untukmu, Janice. Kau harus punya tenaga untuk menjaga dan melahirkan bayi kembar yang lucu itu. Haha ...." Janice hanya tertawa senang di pelukan Elizabeth dan Janice mengangguk bersemangat. Memang Janice belum sepenuhnya segar karena kehamilan kembar membuatnya begitu mudah lelah dan mengalami morning sickness parah, tapi ia begitu antusias melihat kebahagiaan semua orang. Elizabeth dan Nara pun langsung asik sendiri membayangkan anggota keluarga baru

  • Melahirkan Anak Kembar CEO Buta    Kejutan yang Tidak Disangka

    Beberapa waktu berlalu dan Janice serta Edgard sudah kembali disibukkan dengan banyaknya kegiatan serta pekerjaan mereka. Pekerjaan Edgard makin sibuk dan makin berkembang, sedangkan Janice membantu suaminya dengan sepenuh hati sambil mengurus kedua anaknya. Namun, padatnya kegiatan mereka akhirnya membuat Janice tumbang juga. "Kau yakin tidak perlu ke dokter, Sayang? Aku tidak tega melihatmu seperti ini, apalagi aku harus ke luar kota besok," seru Edgard cemas. "Aku hanya kelelahan. Aku hanya butuh istirahat, Edgard! Sudahlah, tidak usah cemas!" Janice terus menenangkan Edgard sampai Edgard pun akhirnya pasrah. Namun, saat Edgard ke luar kota, Janice mulai mengalami mual-mual dan gejala yang mencurigakan bagi Nara. "Cobalah melakukan tespek, Janice! Ibu rasa kau sedang hamil." "Ah, tidak, Ibu. Aku hanya kelelahan, tidak apa." Janice berdebar mendengar kemungkinan ia hamil, tapi rasa trauma kehilangan janinnya masih membuatnya takut kecewa kalau ternyata ia tidak hamil. Jani

  • Melahirkan Anak Kembar CEO Buta    Perfect Honeymoon

    "Cheers!" Edgard dan Janice bersulang malam itu setelah menikmati makan malam romantis di restoran resort. Mereka pun tidak berhenti saling menatap dan melemparkan senyum. Setelah sepanjang sore berjalan bergandengan tangan menyusuri resort, mereka pun begitu kelaparan sampai Janice makan begitu banyak. "Bagaimana rasa winenya, Sayang?" "Hmm, ada rasa manis tapi ada pahitnya juga." "Kau menyukainya?" "Hmm, tidak. Tapi aku mau meminumnya sedikit lagi. Apa ini tidak membuat mabuk?" "Tidak, Sayang. Kecuali kau minum satu botol. Haha!" Edgard hanya tertawa mendengarnya. "Lagipula kalau kau mabuk, kau aman bersamaku, Sayang."Janice pun tertawa lebar mendengarnya dan terus meneguk winenya sambil memejamkan matanya. "Hmm, apa acara kita setelah ini, Edgard?" Edgard menaikkan alis mendengarnya. "Acara kita? Apa yang bisa kita lakukan di malam hari, Sayang? Haha, tentu saja berdua di kamar, bahkan mungkin kita tidak akan keluar sampai besok siang." "Astaga, Edgard! Kau membuatku me

DMCA.com Protection Status