Share

2. Wanita Asing Di Mobilku

Ketika Rosella hendak keluar IGD seorang suster memanggil Rex Albq sebagai wali dari wanita yang kerap kali disapa Ro itu.

Suster itu menjelaskan kepada Rex tentang tagihan biaya pengobatan Rosella yang harus ia bayar. Rex pun mengerti. Ia lantas pergi ke kasir. Selesai membayar, ia bergegas meninggalkan rumah sakit.

Selang beberapa saat, Rosella menyusul keluar IGD lalu bersitatap dengan seorang rentenir dan anak buahnya yang sedang mencarinya.

Rosella yang bingung bagaimana para rentenir itu bisa tahu dirinya di rumah sakit mencoba menghindar.

Saat lari dari kejaran para rentenir, Rosella masuk ke mobil seorang pria dan bersembunyi di sana. Melihat seorang wanita masuk ke mobilnya tanpa permisi, si pria tampan yang duduk di balik setir itu jadi salah sangka dan mengira bahwa ia menginginkan uangnya.

"Hey! Apa yang kau lakukan di mobilku, huh? Cepat keluar! Jika tidak, aku akan melaporkanmu ke polis," ujar Rex marah. Ya... Pemilik mobil mewah yang Rosella naiki adalah Rex Alba.

Sayang sekali, peringatan dari Rex itu sama sekali tak berpengaruh pada Rosella yang mati ketakutan dikejar oleh rentenir dan anak buahnya.

Alih-alih keluar dari mobil Rex, Rosella justru berkata dengan raut wajah cemas, "Maafkan aku... Aku benar-benar putus asa."

Penuturan Rosella itu kontan membuat amarah Rex semakin meletup-letup. Ia yang tidak tahan dengan sikap Rosella lantas menyeretnya paksa keluar dari mobil mewahnya.

"Kita akhiri dengan ini!" Rex memberi—tidak! Ia melemparkan sejumlah uang kepada Rosella, tepat di depan wajahnya. "Jangan ganggu aku lagi!" tegasnya sambil melotot.

Setelah melempar uang kepada Rosella, Rex masuk ke mobilnya dan meninggalkan Rosella. Ia bergegas pergi ke kantornya. Namun saat dalam perjalanan, tiba-tiba saja ponsel Rex bunyi.

Rex pun langsung mengangkatnya, dan orang di balik telepon tersebut ternyata adalah ART di rumah, yang memberi tahunya bahwa salah satu putranya masuk rumah sakit.

"Tuan Rex, Jovin pingsan lagi. Awalnya dia muntah karena merasa mual. Lalu tiba-tiba pingsan. Jadi saya dan Pak Taylor membawanya ke rumah sakit," ungkap wanita 55 tahun bernama Grace ini dengan hati-hati.

Rex bak disambar petir usai mendengar kabar dari Grace. Ia lantas menutup telepon lalu menginjak gas dan menambah kecepatan mobilnya supaya sampai di rumah sakit lebih cepat.

***

Hanya butuh beberapa menit bagi Rex untuk tiba di Paradise Hospital. Di rumah sakit itulah Rex bertemu dengan dokter yang merawat putranya selama ini.

"Halo, Rex...." Dokter Liam yang baru saja keluar dari ruang operasi menyapa Rex yang telah menunggunya, dengan duduk di kursi tunggu di depan pintu masuk dan keluar ruang operasi.

Mendengar suara Dokter Liam saat menyapanya, Rex pun bangkit dari duduknya. "Halo, Dok..." balas Rex. Ia menyapa balik dengan ramah.

"Maaf lama menunggu... Aku ada banyak jadwal operasi hari ini." Dokter Liam mengulas senyumnya pada Ayah Jovin itu.

"Tidak masalah, Dok," ujar Rex yang juga mengurai senyum pada Dokter Liam. "Dok, apakah kondisi anakku buruk?" tanyanya langsung. Dan, raut wajahnya seketika saja berubah cemas.

Dokter Liam yang merasa sesak menghela napas panjang sambil mengedarkan pandangannya ke arah lain sejenak. "Penyakit Jovin berkembang lebih cepat daripada dugaan kita selama ini," jawabnya. "Rex, sebenarnya kami bisa menghentikan pendarahan varises di esofagus. Tapi aku rasa Jovin butuh transplantasi lebih dulu sebelum keadaannya memburuk. Dan saat ini, kemungkinnya kecil mendapat donor melalui Jaringan Donor Organ negara kita. Jadi, jika ada anggota keluarga yang cocok, kau harus bicara dengan mereka."

"Apakah aku benar-benar tidak bisa melakukannya?" tanya Rex, masih berharap dapat menjadi donor putranya.

"Tidak bisa, Rex." Dengan berat hati Dokter Liam menggeleng. "Pertama, golongan darahmu tak cocok. Dan, hasil tes juga menunjukkan bahwa pembuluh darah dan saluran empedumu lemah. Karena itulah, kami tidak bisa mengoperasimu. Apa ada anggota keluarga lain?" Dokter Liam menatap Rex penasaran.

Samar-samar Rex menggeleng. "Bagaimana kalau kita akhirnya kita tidak bisa operasi Jovin, Dok?" ucap Rex yang memasang wajah khawatir setelah ia mendengar keterangan sang dokter. "Berapa sisa waktunya?" tanya pira ini lagi. Suaranya gemetar.

"Aku tidak bisa memastikannya, Rex. Tapi kau harus cepat," terang Dokter Liam. Ia kemudian kembali masuk ke ruang operasi, meninggalkan Rex yang tercekat, diam membisu, dan terlihat shock.

***

Selagi Rex shock di depan ruang operasi seorang diri, Rosella yang belum lama menerima uang dari Rex berjalan ke suatu tempat sementara pikirannya melayang pada perkataan Ayah Jovin itu tentang dirinya sewaktu ia memberinya uang.

"Hey! Entah kau sakit atau tidak... Tapi apa dengan melompat ke tengah jalan dan memanfaatkan dirimu sebagai korban akan membuat orang lain iba?!" tanya Rex sinis sementara menatap Rosella nyalang. Yang ditanya hanya diam sambil menatapnya tak percaya.

"Cobalah ikuti perkembangan zaman. Skema seperti itu sudah ketinggalan zaman. Berhentilah. Jangan hidup seperti itu!" bentak pria kaya raya ini lalu berlalu dari hadapan Rosella dengan wajah marah.

"Hhhhhh...." Rosella menghela napas panjang. "Apa dia pikir aku ini penipu, huh?" katanya, menggerutu. Sekian detik berikutnya, ia sampai di tempat tujuannya—rumah kontrakannya.

Saat Rosella akan masuk ke rumah kontrakannya, ia bertemu dengan seorang wanita yang tidak lain adalah pemilik kontrakannya, yang mengeluhkan dirinya yang harus pindah padahal belum lama ia tinggal di rumah kontrakan tersebut.

"Apakah kau benar-benar harus pindah?" tanya si wanita tua berambut keriting pendek abu-abu ini. Azzura pun tersenyum dan mengangguk. "Astaga... Kau belum lama tinggal di sini. Kenapa mau pindah lagi?" keluhnya.

"Maaf, Bu. Tapi ini masalah darurat," kata Rosella.

Si wanita pemilik kontrakan lantas mengangguk, dan masuk ke rumahnya. Ia tidak bisa berbuat banyak jika memang itu sudah menjadi keputusan Rosella.

Setelah itu, Rosella yang akan masuk ke rumah kontrakannya tiba-tiba dikejutkan oleh rentenir yang keluar dari dalam rumahnya.

Melihat pria berpakaian serba hitam itu, Rosella mencoba menghindar. Tetapi saat akan berlari, anak buah si rentenir muncul sehingga mau tidak mau ia harus menghadap kembali pada renternir itu.

"Rosella atau Rozetta... Long time no see." Si rentenir menyeringai saat menyapa Rosella yang terdiam di hadapannya, dan enggan menatapnya. "Hm, sulit sekali menemukanmu belakangan ini," cicitnya.

"Bagaimana kau bisa menemukanku?" tanya Rosella sinis.

"Itu tak penting. Yang penting kau tak bayar utang dan kabur dari kami," jawab si rentenir ketus.

Seketika saja netra Rosella berkaca-kaca setelah mendengar penuturan si rentenir. "Aku sudah bayar jumlah yang seharusnya," katanya lugas meskipun suaranya gemetar.

"Oh ya? Benarkah?" Si renternir dan anak buahnya terbahak-bahak di hadapan Rosella.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status