Share

4. Rosella Adalah Identitas Baru

"Selamat siang, Tuan. Perkenalkan aku Rosella," ujar Rosella sesaat setelah Wendy meninggalkan ruangan. Ia memperkenalkan dirinya dengan sopan. Nada bicaranya ramah. Ia juga mengulas senyumnya meski saat itu sang Billionaire memunggunginya.

Sayangnya, senyum manis yang mengembang di wajah Rosella tidak bertahan lama. Seketika saja wanita ini terkejut—matanya terbelalak dan jantungnya seakan ingin lepas.

Tidak hanya itu, lutut Rosella juga terasa lemas sementara lidahnya keluh saat sang Billionaire berbalik, menoleh melihatnya.

Ya, bagaimana mungkin Rosella bisa tidak terkejut dan mendadak lemas ketika ia tahu kepala rumah tangga di kediaman Keluarga Alba adalah pria yang sama yang membawanya ke Dream Medical Centre, dan menuduhnya penipu. Siapa lagi kalau bukan Rex.

"Kau!" Setali tiga uang dengan Rosella, saat itu Rex juga terkejut. Matanya melotot dan dahinya berkerut saat ia melihat Rosella, wanita yang masuk ke mobilnya seperti seorang pencuri tetapi kini justru muncul di rumahnya. "Sedang apa kau di sini?!" tanya Rex, sinis.

Sebenarnya, saat Rosella memperkenalkan dirinya, Rex sudah menduga kalau ia adalah Rosella yang sama, yang hampir ditabraknya beberapa saat lalu. Akan tetapi, Rex ragu. Ia juga berharap bahwa wanita yang berada di ruangan kerjanya saat itu bukanlah Rosella yang ia kenal.

"Kenapa kau datang ke rumahku?!" Rex menatap Rosella tajam. Yang ditanya dan ditatap hanya membisu dengan mata terbelalak dan mulut yang sedikit terbuka.

Mengapa tidak Rosella terbelalak, membisu, dan membeku? Karena ia jelas semakin terkejut, tidak percaya setelah mendengar kata 'rumahku' keluar dari mulut Rex.

"Rumahku? Tunggu! Apa dia pemilik rumah ini? Jadi, dia kepala rumah tangga yang dimaksud Nyonya Wendy? Dia kepala rumah tangga di keluarga ini?" Rosella bertanya-tanya dalam benaknya.

Melihat Rosella mematung dan membisu, Rex pun berkomentar dengan sinis, "Hey! Mengapa kau diam saja? Cepat jawab pertanyaanku. Kenapa kau kemari? Kenapa kau datang ke rumahku? Apakah kau sengaja mencariku? Apakah uang yang tadi kuberikan kepadamu kurang?"

Masih dengan mata yang membola besar, Rosella menggeleng cepat. "Oh tidak! Tentu saja tidak!" jawabnya cepat. "Begini, Tuan, sebenarnya, aku kemari karena salah satu staf Kids Service mengatur wawancara kerja untukku. Untuk jadi tutor dan pengasuh tinggal," ungkap wanita ini terbata-bata.

"Kids Service? Siapa?" Alan memasang raut wajah waspada saat bersitatap dengan Rosella yang berdiri dan gugup di hadapannya. Saking gugupnya, Rosella sampai menggenggam jemari tangannya.

"Namanya Joy," aku Rosella sementara jantungnya berdegup kencang.

"Joy?" Rex berpikir sejenak, mencoba mengingat sosok Joy yang dimaksud oleh Rosella. "Ooh... Joy, teman dekat adikku," kata pria ini, yang malah membuat kening Rosella berkerut dan raut wajahnya berubah jadi bingung.

Melihat kebingungan di wajah Rosella itu, Rex kemudian menjelaskan. "Wanita yang membawamu kemari, dia adik perempuanku."

Rosella yang baru saja mengetahui hubungan Joy dengan Wendy saat itu lantas mengangguk samar.

"Apakah kau temannya Joy?" tanya Rex penasaran.

Dengan cepat dan tegas Rosella mengangguk. "Ya Tuan. Aku teman dekatnya Joy," jawabnya. "Ini resumeku." Rosella mengulurkan sebuah map biru gelap ke arah Rex.

Rex pun mengambil map itu dari tangan Rosella. Ia lalu membuka map itu, dan melihat isinya sekilas. Setelah itu, Rex membiarkan resume milik Rosella ditaruh di atas meja kerjanya.

Setelah memberikan resumenya kepada Rex dan pria itu menerimanya, Rosella berpamitan pergi. Namun saat ia akan melangkah ke pintu keluar, Rex menahannya dengan pertanyaan sindiran. "Kau pasti menipu orang lain lagi dengan pura-pura tertabrak?"

"Apa?" Rosella menatap Rex terkejut, tidak percaya. "Kenapa Tuan sampai berpikir begitu?" tanyanya bingung.

Seketika saja Rex tersenyum miring. "Terlihat dari lututmu," jawab Rex datar. Yang diajak bicara hanya diam. Ia tidak berniat untuk memberi tahu Rex mengenai alasan sebenarnya mengapa lututnya bisa terluka.

"Hey! Jika kau ingin terus menipu, lakukan dengan hati-hati. Tidak semua orang bisa kau tipu," imbuh Rex, ketus.

"Tapi, Tuan, aku bukan penipu. Dan, aku tidak pernah menipu siapa pun—"

"Baiklah. Aku mengerti," kata Rex saat memotong bicara Rosella cepat. "Sekarang kau pergilah dan jangan pernah kembali kemari. Aku tidak bisa mempekerjakan seorang penipu menjadi tutor sekaligus pengasuh tinggal untuk anak-anak di rumah ini," terangnya, yang membuat mulut Rosella seketika diam sementara hatinya marah.

"Maaf, Tuan... Tapi aku benar-benar bukan penipu. Aku memang linglung saat tadi menyebrang jalan. Tetapi itu terjadi bukan karena aku sengaja melakukannya, dan ingin menabrakan diriku ke mobil orang lain hanya untuk mendapatkan sesuatu. Tidak! Aku tak sebodoh itu," tegas Rosella sambil menapa Rex tajam saat membela dirinya. "Jadi, Tuan, aku mohon padamu agar kau berkenan untuk mempertimbangkan resumeku," pintanya pelan. Ia mencoba menahan diri dari amarah yang meletup-letup di dalam dirinya.

"Meskipun kau dan Joy berteman baik sementara Joy adalah teman dekat adikku, lantas apakah kau pikir aku akan mempercayai ucapanmu?" Rex tersenyum miring pada Rosella yang menatapnya penuh harap.

"Kumohon, Tuan, tolong jangan salah paham dulu kepadaku. Kalau kau tak percaya dengan ucapanku, kau bisa bertanya tentang diriku langsung pada Joy. Dia pasti akan memberi tahumu semua hal tentangku. Karena, Joy dan aku berteman sejak kami SMA. Dan, Joy adalah salah satu staf terbaik di Kids Service. Jadi, mana mungkin dia merekomendasikan seorang penipu untuk menjadi tutor dan pengasuh tinggal," beber Rosella lugas meski saat ia bicara suaranya gemetar seperti sedang menahan tangis karena resume-nya ditolak oleh Rex.

Sementara, Rosella sangat membutuhkan pekerjaan tambahan untuk bisa menjalani pengobatan, bertahan hidup dan melunasi semua utang mendiang orang tuanya.

"Kalau memang benar kau bukan penipu, jelaskan kepadaku apa motivasimu ingin menjadi tutor dan pengasuh tinggal untuk enam orang anak laki-laki di rumah ini?" Rex bertanya. Nadanya sinis saat menganggap Rosella remeh.

Rosella mengatur napasnya terlebih dahulu, lalu ia dengan jujur dan juga lugas menjelaskan pada Rex bahwa motivasinya bekerja sebagai tutor dan pengasuh tinggal karena ia membutuhkan uang untuk bertahan hidup, dan melunasi utang mendiang orang tuanya.

"Hanya itu?" tanya Rex. Nadanya mengejek. Yang ditanya hanya mengangguk. "Kalau begitu pergilah dan jangan datang menemuiku lagi! Aku tidak akan pernah menjadikanmu tutor dan pengasuh tinggal," tegasnya. Ia tak merasa puas dengan jawaban Rosella.

"Kenapa? Bukankah kau membuka lowongan kerja ini untuk memberi kesempatan bagi orang lain bertahan hidup?" Rosella menatap Rex bingung.

"Nona, aku ini pengusaha. Jadi, aku tak mau rugi. Menerimamu sebagai tutor dan pengasuh tinggal tidak akan memberi keuntungan apapun kepadaku dan anak-anakku. Motivasimu tadi hanya menguntungkan dirimu saja," terang Rex ketus.

"Aku tidak akan pernah menjual apapun kepada siapapun tanpa mendapatkan imbalan. Jadi, pergilah!" Dengan penuh penekanan Rex mengusir Rosella.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status