Share

3. Lowong Kerja Baru Untuk Rosella

"Mari kita lihat...." tukas si rentenir pada Rosella. Ia lalu mengeluarkan ponselnya dari saku celana. Di dalam ponsel tersebut terdapat catatan utang yang diwariskan mendiang orang tua Rosella kepada putri tunggal mereka.

"Dengarkan aku baik-baik, Rosella. Kau punya bunga enam bulan dengan pokok utangnya jumlahnya 115 juta Won. Dan karena aku merasa kasihan kepadamu, jadi, aku kurangi 15 juta won menjadi hanya 100 juta Won saja." si rentenir menjelaskan dengan sangat runut. "Apakah kau mengerti?" tanyanya sinis. Dan kemudian, ia menyimpan ponselnya ke saku celananya.

Rosella mendengus kasar dan membuang wajah ke arah lain sekilas usai mendengar penjelasan si rentenir padanya saat itu. "Apa katamu? 100 juta Won?" keluhnya sambil menatap si rentenir itu. "Aku tidak bisa bayar. Jadi, tolong minggir." Rosella meminta si rentenir memberinya jalan untuk masuk ke rumah. Tetapi, dengan tegas si rentenir menolak.

"Apa?!" dengan mata melotot, si rentenir membentak Rosella. "Kau tak mau bayar—"

"Yaa!!!" tegas Rosella, memotong bicara si rentenir cepat sementara netranya menatap pria bertubuh tinggi dan besar di hadapannya itu nyalang. "Aku tidak mau bayar!" jelas wanita ini.

"Aku bayar jumlah yang seharusnya dan sudah kulakukan. Kau tahu berapa banyak bunga yang kubayar sejak orangtuaku meninggal? Aku bayar pokok utangnya beberapa kali. Aku tidak pernah beli baju baru untuk diriku bahkan pernah kesulitan makan, dan aku harus membayarmu setiap hari. Tapi sekarang apa? 100 juta won? Hey! Kau bahkan bukan manusia," hardik Rosella, penulis novel kurang terkenal.

"Katamu aku bukan manusia? Kalau begitu... Apa menurutmu aku ini binatang?" Si rentenir menatap Rosella dengan mata elangnya, seolah ia siap menerkam wanita bertubuh mungil itu hidup-hidup.

Rosella, wanita yang diajak bicara dan ditatap si rentenir, kontan tertegun dan gemetar. Rasa takut mulai menyergap dirinya perlahan. Kendati begitu, ia berusaha untuk tak terlihat demikian.

"Hey, Jalang! Kalau menurutmu aku ini binatang, lalu kenapa orangtuamu meminjam uang dari kami, huh?! Kau tahu, uang itu juga berharga bagi kami. Kau pikir aku mendapatkannya dari jalan?" Pria berbadan besar, tinggi dan berotot ini mendorong Rosella hingga ia terjatuh, dan kemudian keduanya berakhir dengan adu mulut.

Si rentenir itu berniat menjadikan Rosella sebagai wanita penghibur, dan menjualnya kepada pria hidung belang jika ia tidak bisa bayar utang dalam waktu tiga bulan.

Setelah memberi peringatan kepada Rosella, si rentenir dan anak buahnya pergi. Rosella sangat kesal tapi juga takut akan niat jahat renternir itu untuk menjual dirinya.

Dalam tangisnya menangisi semua masalahnya, tiba-tiba saja Rosella mendapat telepon dari sahabatnya. Siapa kalau bukan Joy, yang berkata: "Rosella, apa kau tertarik menjadi tutor dan pengasuh yang menginap untuk tujuh orang anak laki-laki?"

"Jangankan tujuh, dua belas orang anak laki-laki pun aku bersedia," jawab Rosella tanpa ragu. Mendengar itu, Joy yang berada di ujung telepon lantas tertawa.

"Jika kau benar-benar bersedia menjadi tutor dan pengasuh tinggal, maka itu artinya kau akan menginap di kediaman Keluarga Alba. Merekalah yang sedang mencari tutor dan pengasuh tinggal untuk keenam putra mereka," beber Joy. Nadanya terdengar serius.

Seketika saja Rosella tertegun dan suasana berubah jadi tegang. Namun kemudian, si penulis kurang terkenal satu ini menyeringai disertai dengan tatapannya yang dingin. "Joy, kupikir ini kesempatan yang bagus."

"Tentu saja," sahut Joy cepat. "Karena itulah, aku meneleponmu. Akhirnya, semesta berpihak padamu." Raut wajah Joy tampak begitu senang. "Ingat, saat nanti kau datang ke rumah keluarga kaya itu untuk wawancara, namamu adalah Rosella bukan Rozetta," imbuhnya penuh penekanan.

"Aku mengerti," balas Rosella. Ia lalu mengakhiri bicaranya dengan Joy, dan menutup teleponnya. Setelah itu, wanita ini mengeluarkan pakaian dari lemari bajunya, lalu mengganti pakaiannya dan mematut dirinya di depan standing mirror yang berada di salah satu sudut kamar tidurnya.

"Apa kabar? Aku Rosella, tutor dan pengasuh anak baru dari Kids Service." Di depan standing mirror, Rosella berlatih—seolah sedang memperkenalkan dirinya kepada calon bosnya dengan identitasnya saat ini. "Aku Rosella. Aku Rosella," kata Rosella, mengulang kalimatnya karena ia tak ingin membuat kesalahan saat wawancara nanti.

Setelah selesai berlatih, Rosella bergegas pergi ke kediaman Keluarga Alba.

***

Di dekat rumah keluarga kaya itu, Rosella melihat seorang bocah laki-laki yang baru pulang dari sekolah ditemani dengan seorang wanita berambut hitam pendek sebahu, yang dibiarkan tergerai.

Wanita itu memakai dress casual berwarna biru tanpa motif dengan panjangnya di bawah lutut. Saat keduanya jalan bersama, si bocah laki-laki itu secara tidak sengaja melempar bola yang ia bawa hingga ke tengah jalan.

Karena itulah, bocah itu berlari mengejar bolanya. Melihat ini, wanita yang sedang bersamanya lantas mengekorinya dari belakang dengan berlari juga.

Di waktu ini, sebuah mobil yang hendak melintas hampir menabrak bocah laki-laki bernama Jiro itu. Untung sang dewi fortuna masih berpihak kepada Jiro.

Buktinya, Rosella yang saat itu sedang berada di sana, dan melihat kejadian itu lantas menyelamatkan Jiro dengan cepat. Hanya lutut Rosella yang terluka tapi ia tak menghiraukan itu, dan buru-buru pergi untuk janji wawancara.

Setibanya Rosella di Kediaman Alba, ia di sambut wanita berambut cokelat yang telah menunggunya di depan pintu masuk.

Wanita itu adalah Wendy—anak perempuan satu-satunya di Keluarga Alba, yang setengah jam lalu diberi tahu oleh Joy bahwa Rosella akan datang menghadiri wawancara.

"Aku Wendy. Apakah kau datang untuk wawancara terkait pekerjaan tutor dan pengasuh tinggal?" Dengan ramah, Wendy bertanya pada Rosella di hadapannya.

Rosella lantas tersenyum dan mengangguk. "Ya, benar. Namaku Rosella, Nyonya," jawabnya lembut, sopan dan ramah. Sehingga, Wendy langsung menyukainya.

"Seandainya aku kepala rumah tangga di sini, kau pasti langsung diterima," balas Wendy, membuat Rosella tersenyum lebar.

"Mari...." Wendy yang sejak awal menyambut hangat Rosella kini mengajaknya masuk ke rumah dan mengantarnya bertemu dengan kepala rumah tangga di ruang kerjanya. Rosella pun mengangguk patuh dan mengekorinya dari belakang.

Sekian menit kemudian, Rosella sampai di depan pintu coklat besar yang ia yakini itu adalah ruangan kerja kepala rumah tangga Keluarga Alba.

Dan, dugaan Rosella benar! Buktinya, Wendy membuka pintu lalu mengajaknya masuk ke dalam ruangan sambil berkata, "Ini ruang kerja kepala rumah tangga kami."

"Semoga beruntung," kata Wendy, berbisik kepada Rosella. Yang disemangati hanya mengangguk sambil tersenyum.

Setelah itu, Wendy pergi meninggalkan Rosella yang malang berdua dengan sang penguasa ruangan, yang mengenakan setelan jas hitam, dan sedang berdiri di belakang meja kerjanya, menghadap ke luar jendela ruangan dengan kedua tangan berada di saku celana.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status