Home / Romansa / Mawar Hitam Sang Presdir / 9. Guru Rosella Penyihir Sungguhan

Share

9. Guru Rosella Penyihir Sungguhan

Author: Ms Iced Coffee
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Meskipun Wendy dan Rhea telah membela Rosella habis-habisan dengan mengungkit kebaikan yang ia miliki, tetapi semua anak laki-laki kecuali si bungsu, Jiro, tetap saja tidak menyukai Guru Rosella hanya karena mereka tidak menginginkan adanya seorang Tutor dan Pengasuh tinggal baru yang mengawasi mereka setiap saat.

Ya, kelima anak laki-laki itu merasa lebih senang kalau mereka diberikan kebebasan serta tanggung jawab untuk melakukan apa yang mereka sukai dan juga minati. Bukan malah diperintah untuk selalu belajar dan dituntut supaya mendapat nilai terbaik dan menjadi juara kelas di sekolah.

Mark, Jovan, Riku, Riyu, dan Chio, mereka berlima pada dasarnya adalah anak laki-laki yang senang belajar, membaca dan ujian. Namun sebagai pre-teens dan teens, tentu saja mereka juga butuh yang namanya bermain dan bersenang-senang, untuk mengusir penat, bosan bahkan juga mood buruk yang bisa datang kapan saja dan tanpa permisi.

Sayangnya, bermain dan bersenang-senang hanya bisa dilak
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Mawar Hitam Sang Presdir   10. Para Kakak Menasihati Si Bungsu

    "Meskipun anak-anak itu harus merasakan apa yang kurasakan. Lagi pula, mereka harus tahu seperti apa dan siapa keluarga mereka sebenarnya," sambungnya. "Perasaanku mengatakan bukan Rex atau Wendy orangnya. Mungkin anggota keluarga mereka yang lainnya," kata Joy pelan. "Bagaimana dengan istrinya Rex? Apa kau bertemu dengannya?" Rosella menggeleng. "Wendy tak menyinggungnya. Dan, aku juga tidak bertanya tentang itu. Mungkin nanti... Setelah beberapa hari aku tinggal di rumah itu, aku akan bertanya pada Wendy. Aku juga penasaran dengan sosok istrinya dan orangtuanya. Karena, yang aku tahu di rumah itu ada Rex, Wendy dan suaminya, orang tua mereka, dan tujuh orang anak laki-laki. Oh pembantu dan supir mereka juga tinggal di sana," beber Rosella. Setelah itu, ia dan Joy melanjutkan makan mereka sambil membicarakan banyak hal. *** Selagi Rosella dan Joy makan bersama di Pizzeria, Wendy yang berada di rumah keluarga Alba sedang duduk di halaman bel

  • Mawar Hitam Sang Presdir   11. Serangan Kecil Untuk Guru Rosella

    "Guru Rosella, kau habis dari mana?" tanya Jovan. Nadanya lebih lembut dari beberapa saat lalu.Rosella yang mengira sikap Jovan mulai berubah menjadi lebih baik kepadanya lantas tersenyum. "Aku tadi pergi untuk mengambil barangku agar aku bisa pindah ke sini," jawab gadis ini.Jovan pun mengangguk mengerti. Ia lalu dengan canggung menawarkan bantukan pada Rosella. Bocah ini mengulurkan satu tangannya ke arah Rosella tanpa bicara.Melihat itu, kening Rosella lantas berkerut sedang netranya menatap Jovan bingung. "Ada apa, Jovan?" ujar wanita ini.Alih-alih menjawab pertanyaan tutor dan pengasuh barunya, Jovan justru menunjuk strap bahu sebelah kanan tas Rosella, dan kemudian beberapa kali mengetuk strap bahu tersebut dengan jari telunjuknya pelan."Apa yang kau lakukan?" tanya Rosella pada Jovan."Biar kubantu kau membawa barangmu ke kamar." Jovan tersenyum tipis pada tutor dan pengasuh barunya itu.Dengan tegas Rosella menggelengkan kepalanya. "Oh tak pe

  • Mawar Hitam Sang Presdir   12. Hantu Di Dapur Keluarga Alba

    Saat Jovan juga Jiro dan keempat sepupu mereka tertawa, Rosella yang berdiri di tepi kolam renang sambil menatap keenam bocah laki-laki tampan itu memicingkan matanya sementara kedua tangannya mengepal kuat, lalu wajahnya merah padam juga terasa panas, dan kepalanya seperti keluar asap."Bye-bye penyihir...." Jovan dan Mark melambaikan tangan pada Rosella. Lalu detik berikutnya, mereka masuk ke dalam rumah—meninggalkan Tutor dan Pengasuh baru mereka yang menggeram dengan menggertakan giginya sementara rahangnya mengeras saat ia melihat mereka melambaikan tangan kepadanya."Sampai jumpa, penyihir...." timpal Riku dan Riyu disertai dengan senyum mereka yang lebar. Anak kembar Wendy ini juga melambaikan tangan kepada Rosella, dan kemudian mereka menyusul Jovan juga Mark."Semangat, penyihir...." seru Jiro dan Chio kepada Rosella dengan senyum lebar dan raut wajah senang juga. Tampaknya duo bungsu ini menganggap sang Tutor dan Pengasuh baru itu sebagai taman bermain baru mer

  • Mawar Hitam Sang Presdir   13. Setelah Memandang Bintang Malam

    Untuk sesaat Rosella tercekat setelah mendengar penuturan si bungsu, Jiro. Namun kemudian, wanita 40an ini berkedip dan berdeham. "Beruang suka memakan anak kecil," ucap Rosella, mengulangi kalimat Jiro dengan nada rendah. Ia kemudian mengangguk mengerti dan tersenyum pada putra bungsu Rex itu. "Ya, aku mengerti. Beruang itu suka makan anak kecil. Pasti sangat menakutkan karena kau masih kecil. Lupakan perkataanku tadi. Maaf," jelasnya.Alih-alih menjawab permintaan maaf Rosella, Jiro justru mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. Lalu ia sadar bahwa saat itu ia sedang berada di dapur. "Hhhhhh..." Jiro menghela napas. "Aku tidur berjalan lagi," katanya."Begitu rupanya." Sekali lagi, samar-samar Rosella mengangguk dan tersenyum. "Baiklah, di mana kamarmu? Aku akan mengantarmu ke kamar," terangnya pelan juga lembut dan dengan tenang. Tak ada raut wajah dan nada bicara kesal seperti beberapa saat sebelumnya."Di lantai atas. Tapi aku ingin bertemu dengan Ibu dulu," jawa

  • Mawar Hitam Sang Presdir   14. Sepenggal Rahasia Keluarga Alba

    Cerita Bibi Grace tentang apa yang terjadi kepada wanita yang menjadi Tutor dan Pengasuh di keluarga Alba sebelum Rosella seketika membuat rasa mual di perut Rosella semakin bergejolak. Dan, kali ini, ia juga bergedik ngeri. Namun kemudian, Rosella menghela napas panjang guna menetralisir perasaan buruk yang tengah mengintimidasinya saat itu. Setelah itu, bibirnya tersenyum kepada Bibi Grace. "Begini, Bibi Grace.. Memang aku tidak yakin apakah aku bisa bertahan menghadapi anak-anak tampan itu. Tapi aku yakin jika kita memperlakukan mereka dengan baik, maka mereka juga akan melakukan hal yang sama," ujar Rosella, tegas. Bibi Grace pun mengangguk setuju. "Ya, itu benar, Nona Rosella," ucap Bibi Grace dengan tenang dan lembut seperti biasanya. "Nona Rosella mungkin tidak berniat menyakiti siapa pun. Tapi itu tidak berarti orang lain tidak berniat menyakitimu. Semoga kau selalu beruntung dengan apa yang kau lakukan, Nona Rosella." Bibi Grace beralih dari hadapan Rose

  • Mawar Hitam Sang Presdir   15. Mengenal Si Bungsu Lebih Dekat

    Usai mengetahui di mana keberadaan Ibunya Jiro, Jovin dan Jovan, Rosella bersama Rhea bergegas pergi ke kamar tidur si bungsu Jiro. Di kamar tidur, Jiro duduk dengan tenang di meja belajarnya dengan didampingi oleh Rhea di sampingnya, sementara Rosella memperhatikan mereka dengan berdiri—tidak jauh—di belakang mereka sambil memegang notebook dan pena. Kedua benda tersebut akan Rosella gunakan untuk mencatat hal-hal penting saat ia melihat Rhea memeriksa tugas sekolah Jiro. "Jiro.." Rhea mengalihkan pandangannya dari buku pelajaran di tangannya ke Jiro yang duduk di sampingnya. "Kenapa kau tidak pelajari aksara Mandarin?" tanya wanita ini lembut saat bertatapan dengan putra bungsu Rex itu. "Aksara Mandarin terlalu sulit," keluh Jiro. "Aku tak mau mempelajarinya," terang bocah berwajah mungil dan bertubuh tinggi ini saat ia dan Rhea masih berpandangan. "Apa aku harus mempelajarinya?" tanyanya begitu polos. Sehingga, Rosella yang mendengarnya refleks tersenyum.

  • Mawar Hitam Sang Presdir   16. Hadiah Perdamaian Untuk Rosella

    "Kk—kalian tidak perlu repot-repot begini. Lagi pula aku memang tidak lapar. Dan, sebentar lagi juga makan malam, bukan?" ujar Rosella sedikit terbata-bata, dan masih dengan ekspresi jijik bercampur mual.Jovan dan Mark kemudian menggeleng tegas secara serentak. "Tidak repot sama sekali, Guru Rosella," jawab Jovan. "Kita tidak pernah berbicara secara langsung dengan baik sebelumnya," kata salah satu putra kembar Rex ini. Dan, Rosella pun mengangguk membenarkan kata-kata Jovan itu. "Dan... Karena kau adalah Tutor juga Pengasuh tinggal baru kami—""Lantas?" potong Rosella cepat dan lugas."Kami ingin memberimu hadiah perdamaian," ucap Mark kini. Dan kemudian, Jovan mengangguk tegas."Jadi, aku dan Kak Mark—kami membuat roti lapis ini untukmu," terang Jovan disertai dengan bibirnya yang melengkung ke atas, membentuk bulan sabit yang indah. Ia tampak ramah dan sopan saat berbicara dengan sang Tutor dan Pengasuh tinggal baru.Kontan kedua mata coklat gelap Rosella mem

  • Mawar Hitam Sang Presdir   17. Tujuh Bocah Kematian

    Seketika saja netra Rosella membola besar usai mendengar penuturan Jovan. Namun kemudian, wanita ini mendengus kasar. "Anak-anak... Jangan melanggar janji kalian!" tegasnya sambil melotot ke arah Jovan juga Mark, Riku, Riyu, dan Chio silih berganti.Kelima bocah tampan itu pun mengangguk tegas. "Tidak akan!" balas Mark, tidak kalah tegas dari Rosella.Lalu detik berikutnya, dengan gugup Rosella mulai memasukkan roti lapis ke dalam mulut dan menggigitnya secara perlahan. Sebagai reaksinya, kelima bocah tampan dari keluarga kaya yang melihat itu berpura-pura dengan mengernyitkan wajah sembari menutup hidung mancung mereka dengan telapak tangan."Ini adalah selai kacang dengan almon jenis yang kasar," ungkap Rosella—makan sambil bicara—pada Mark, Riku, Riyu, Chio dan Jovan. "Aku menyukainya," imbuhnya. Mendengar itu, kelima bocah tampan itu lantas menatap Rosella terkejut, tak percaya, dan bercampur kesal."Ini sangat lezat." Rosella menggigit roti lapis selai kacang it

Latest chapter

  • Mawar Hitam Sang Presdir   117. Miliarder Real Estate

    Rosella memberitahu Chris tentang kesepakatan Park Hill. Ia mengambil file yang disimpan dan melampirkannya sebelum ia menghapus jejak informasi apa pun dari ponselnya dan memasukkannya ke dalam saku. Rasa bersalah mulai menggerogoti Rosella.Rasa bersalah itu menyusup dari sekeliling Rosella. Rasa bersalah terhadap Rimba dan tidak bisa menjaga performanya. Rasa bersalah atas apa yang mungkin ia lakukan pada Hugo Kenyataan.Rex berkata dulu itu perusahaannya adalah milik ayahnya. Dan yang mengejutkan Rosella, bagian yang paling membuatnya merasa tidak enak adalah kenyataan bahwa ia mengkhianati Rex.Rosella seharusnya tidak merasa bersalah atas hal itu, tetapi ia merasa bersalah. Tidak peduli seberapa sering ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia sedang membalas kematian Rimba, rasa bersalah itu tetap ada.Rosella meraih handuk untuk menyeka wajahnya. Satu-satunya saat rasa bersalah dan amarah itu tidak mencoba menguasainya adalah ketika Rex memeganginya. Kendali yan

  • Mawar Hitam Sang Presdir   116. Ratu Catur Presdir Alba

    Rosella menatap ke bawah ke set catur, dan jantungnya mulai berdebar. Ia mengusap telapak tangannya yang berkeringat di pahanya, mencoba mencari tahu bagaimana ia akan keluar dari situasi ini. Rasa bersalah yang seharusnya tidak ia rasakan seketika menyerangnya. "Ini indah," Rosella mengakui, mengambil ratu dari Rex. "Kenapa Joy dan Chris harus meletakkan ini di resumeku yang dibuat-buat?" Rosella menggerutu dalam hati. Rosella sama sekali tidak tahu apa-apa tentang catur. Biasanya tidak butuh waktu lama bagi Rosella untuk mengingat sesuatu dengan ingatannya, tetapi dalam hal ini, ia sama sekali tidak tahu. Rosella harus mengalihkan perhatian Rex sehingga Rex tidak sadar kalau ia tidak tahu apa yang ia lakukan.Rosella bahkan tidak tahu nama separuh bidaknya, apalagi cara memainkannya. Rosella mencoba mencari di otaknya untuk melihat apakah ia dapat mengingat momen saat orang lain bermain di dekatnya. Kalau saja ia dapat mengingatnya, setidaknya ia dapat mengambil bebe

  • Mawar Hitam Sang Presdir   115. Paket Untuk Nyonya Alba

    "Dokumen untuk kesepakatan Park Hill hampir selesai, dan aku akan mengirimkannya kepadamu sore ini. Kami memiliki beberapa petunjuk tentang SUV hitam yang kami incar. Polisi tidak banyak membantu, tetapi orang yang memiliki perusahaan teknologi di lantai atas, Maxim, sedang mengerjakan semacam pengenalan karakter. Aku tidak begitu memahaminya, tetapi dia berpikir bahwa dengan melapisi foto-foto dari CCTV dan membandingkan bentuk-bentuk piksel dengan basis data gambar, kita akan dapat mengidentifikasi pelat nomor SUV tersebut. Aku tidak berpikir itu dapat dilakukan, tetapi dia cukup yakin. Itu berarti kita seharusnya dapat kembali ke kantor sekitar minggu depan mungkin,” beber Cannor. “Tidak perlu terburu-buru,” kata Rex pada Connor. “Kita tidak terburu-buru.”“Kurang dari 24 jam yang lalu kau marah karena kita bekerja di rumah dan ingin mengembalikan hukuman rajam,” Cannor berteriak.“Aku lapar. Aku sudah lama tidak makan, dan emosiku menguasai diriku. Jangan terburu-bu

  • Mawar Hitam Sang Presdir   114. Dibawah Kontrol Gairah

    Rosella mengerang ketika merasakan batang Rex menekan pantatnya. Sementara, tangan Rex menyelinap untuk masuk ke dalam kemeja Rosella. Jari-jari Rex menelusuri perut Rosella hingga ia mencapai kancing celana panjangnya. Rex lalu menarik, melepaskan kancing sebelum mendorong celana Rosella ke bawah kakinya.“Apakah ini yang ada dalam pikiranmu? Ketika kau terus bicara, Rosella?” Kali ini ketika Rex menggerakkan tangannya ke perut Rosella, ia terus turun sampai ke antara kedua paha Rosella. Rosella menggigit bagian dalam pipinya ketika ia mendengar Rex mengeluarkan kutukan pelan di bawah napasnya. Rosella menutup matanya. Ia tidak yakin apakah itu malu atau bukan, tetapi tidak dapat disangkal sekarang bahwa ia terangsang. Celana dalamnya yang basah adalah semua bukti yang Rex butuhkan.“Jawab aku,” tuntut Rex. “Pergilah ke neraka.” Rosella menjerit kecil ketika tangan Rex turun ke pantatnya. Kejutan rasa sakit menghantamnya, entah bagaimana langsung menuju klitorisny

  • Mawar Hitam Sang Presdir   113. Tuan Alba, Bos Yang Baik?

    Rosella mengganggu. Rex tidak dapat melakukan apa pun karena ia berpikir apakah Rosella merasa hangat atau tidak cukup panas, apakah Rosella lapar atau ia harus pergi membeli makanan, apakah Rosella mengisap ujung penanya karena itu kebiasaan ataukah ia berfantasi tentang mulutnya di sekitar batangnya. Itu mungkin kebiasaan tapi sial, bibir Rosella akan terlihat sangat melar di atas batang Rex dengan gunung kembarnya keluar dan tangannya terkubur di antara kedua kakinya. Rex bertanya-tanya berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuat Rosella mencapai klimaks usai perang dingin yang terjadi pada mereka belakangan ini. Apakah Rosella cepat panas atau butuh waktu untuk menyalakan apinya? Rex senang dengan kedua hal itu."Apakah ada sesuatu yang kau butuhkan?" tanya Connor. Rex terkejut mendengar suaranya. Ia benar-benar lupa bahwa ia sedang menelepon asistennya. "Maaf. Aku sedikit terganggu di sana. Begini, kita harus menyelesaikan urusan Mason. Dari tinjauanku, tampak

  • Mawar Hitam Sang Presdir   112. Dia Akhirnya Kembali

    Rosella bersumpah Rex Alba tampak seperti akan menciumnya. Rex mendapati Rosella, ia mencondongkan tubuhnya ke arahnya seolah ia menginginkan ciuman itu. Perut Rosella mengeluarkan suara keroncongan keras, dan ia jadi tidak yakin apakah ia ingin mengutuknya atau berterima kasih padanya karena telah mengganggunya dan Rex, tetapi ia tersenyum."Ayo kita makan."Rosella menganggukkan kepala karena sepertinya ia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Rex melepaskan tangannya dan meraih tangan Rosella untuk menuntunnya menyusuri lorong. Rosella belum sempat melihat sekeliling, yang jelas rumah terasa sepi. Jadi, ia yakin anak-anak telah tidur dan ia hanya melihat apa yang bisa ia lihat saat mereka berdua menuju dapur.Rumah Rex mengingatkan Rosella pada saat kali pertama ia datang ke rumah itu. Suasana rumah itu juga mengingatkan Rosella pada salah satu rumah mewah di suatu tempat. Semuanya serasi, dan kau bisa tahu tidak ada yang murah. Tetapi tidak ada sentuhan pribadi la

  • Mawar Hitam Sang Presdir   111. Cantik Tapi Pengkhianat!

    “Aku hanya makan malam denganmu,” jawab Rosella. “Dan menghabiskan malam denganku,” kata Rex. “Tidur akan menghabiskan banyak energi? Apa kau punya tempat tidur getar? Tunggu. Jangan jawab itu. Mari kita bicarakan sesuatu yang tidak berhubungan dengan apa yang terjadi di kepalamu,” balas Rosella. Rex mengernyitkan wajah. “Bagaimana mungkin?”“Apa kau benar-benar bekerja di rumah?” Rosella bersikeras, mengganti topik pembicaraan.Rex mengangguk. “Ya.”“Maksudmu, apakah kau punya komputer dan sebagainya?” tanya Rosella, asal. Ia bergalak seolah ia tak pernah tinggal di rumah Rex. "Hhhhh...." Rex mendengus lemah. "Bukankah kau sudah pernah melihat komputer di rumah?" tanyanya pada Rosella. "Lagi pula, semua orang pasti punya komputer di rumah mereka?”Rosella menggeleng tegas. “Tidak. Komputer itu mahal.”Di lampu merah, Rosella menoleh untuk melihat Leila, salah satu karyawan di perusahaan Rex, dengan saksama. Ia menginap di motel jangka panjang

  • Mawar Hitam Sang Presdir   110. Wanita Temporer Tuan Alba

    "Kau sangat mengganggu," akhirnya Rex berkata, memecah kesunyian. "Itu sebabnya aku tak peduli dengan penampilanmu. Tak peduli apa niatmu padaku sekarang. Tak peduli dengan kekecewaanmu. Aku ingin mengubah kesakitan ini. Aku ingin menebus kesalahanku, mantan istriku dan orang tuaku padamu dan Rimba. Aku ingin menajagmu. Kau telah mengambil semua perhatianku, Rosella." Rex menggeram di bagian terakhir saat pikiran Rosella membungkus apa yang Rex katakan. "Tapi—" Rosella tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun karena Rex mencengkeramnya. Rex menarik Rosella ke tubuhnya, dan mulutnya turun ke mulutnya. Untuk sesaat Rosella bersandar pada Rex, dan menikmati kehangatan juga kenyamanan tubuhnya. Ia membiarkan semua yang lain terlepas saat Rex mendorong lidahnya ke dalam mulutnya. Ketukan di pintu membuat Rosella melompat mundur. Semuanya membanjiri kembali padanya tentang kenyataan tentang siapa Rex Alba juga bagaimana orang tuanya. Dan seberapa banyak yan

  • Mawar Hitam Sang Presdir   109. Jangan Lari Dariku

    Rex memaksakan pandangannya ke depan. “Aku mengatakannya. Kau tak mendengarkan. Ada seseorang yang berlarian memotong ban mobilku di dekat kantor, dan kita harus meningkatkan keamanan. Kau karyawan baru di kantor hari ini, jadi aku di sini untuk memastikan kau sampai di tempat kerja dengan aman dan tidak ditikam saat masuk. Itu akan buruk untuk bisnisku, dan agen tenaga kerja sementara mungkin akan berhenti mengirimiku orang,” jelas Rex pada Rosella. “Kau tahu siapa yang melakukannya?” tanya Rosella pada Rex pelan.“Tidak, tapi aku akan tahu pada akhir hari dan siapa pun yang bertanggung jawab akan membayar mahal.” Rex meretakkan buku-buku jarinya. Orang itu bisa saja menusuk Jovan, Jovin, Jiro atau Rosella, jadi saat ia menemukan mereka, tentu saja mereka akan tenggelam dalam kehancuran. "Tidak ada ampun."***Apakah Rex mempermainkannya? Pasti begitu pikir Rosella. Jika tidak, kenapa Rex ada di sini menjemputnya? Gadis yang bahkan tidak tahan melihatnya. Tetap saja, Rosella tidak y

DMCA.com Protection Status