Share

5. Sang Penipu Kelas Kakap

Rosella yang bersikeras tidak ingin pergi, dan ingin Rex mempertimbangkan resume-nya lantas menjatuhkan tubuhnya ke lantai seperti orang pingsan.

Sayangnya, Rex tetap tak terpengaruh dengan sikap Rosella. Pria tampan itu malah melipat kedua tangannya di depan dada, dan ia asik memperhatikan Rosella dari tempatnya berdiri.

"Hey! Sedang apa kau?" Rex tersenyum smirk pada Rosella. "Percuma saja kau pura-pura pingsan begitu. Aku tetap dengan keputusanku. Jadi, cepat bangun dan pergi dari sini!" titah Alan, ketus.

Namun Rosella tidak memberikan respon apapun kepada Rex. Bukan karena ia tidak berniat membalasnya, tapi karena kepalanya benar-benar sakit.

Melihat Rosella bergeming, Rex lantas berjalan mendekatinya dan berkata, "Kalau kau terus diam seperti ini, maka jangan salahkan aku jika aku akan melakukan napas buatan kepadamu!"

Akan tetapi, ancaman Rex itu tidak diindahkan oleh Rosella. Alhasil, Rex pun menempelkan bibirnya ke bibir Rosella dengan gentle dan tanpa ragu.

Anehnya, di waktu ini, Rosella tidak melindungi bibirnya dengan tangannya. Wanita itu malah menyambut baik bibir Rex di bibirnya.

Sehingga, Rosella dan sang Billionaire tampan dan matang tersebut saling berbagi ciuman yang berlangsung hingga beberapa detik untuk pertama kalinya.

Saat berciuman dengan Rex, lengan Rosella refleks mencengkeram erat lengan lelaki tampan rupawan dan matang itu. Hal itu kontan membuat Rex menjauhkan bibirnya dari bibir Rosella cepat.

"Yaish!" Dengan kasar Rex mengumpat Rosella. Ia sangat kesal dengan tingkah Rosella yang menurutnya sangat kekanak-kanakkan.

"Kau ini benar-benar penipu kelas kakap yang pandai berakting!" hardik Rex disertai dengan netranya yang menatap Rosella nyalang. Ia kemudian menarik paksa Rosella keluar dari ruangannya.

Bersamaan dengan itu, Wendy datang membawa baki dengan minuman di atasnya untuk Rex juga Rosella, dan melihat keduanya sedang berdiri di depan pintu ruang kerja Rex.

"Apakah wawancaranya sudah selesai?" Wendy menatap Rex dan Rosella silih berganti.

"Sudah, Wen," jawab Rex singkat dan datar.

"Jadi, Bagaimana, Kak? Apakah Rosella diterima?" Wendy menatap kakaknya penasaran.

Alih-alih menjawab pertanyaan Wendy, Rex justru memberi mandat pada adiknya itu. "Wen, tolong bawakan kandidat calon tutor dan juga pengasuh tinggal lainnya kepadaku," katanya tegas—seolah ia tidak ingin sang adik menolak perintahnya.

Seketika saja kening Wendy berkerut sementara ia menatap Rex bingung setelah mendengar penuturan pria yang menjadi kepala rumah tangga di kediaman Keluarga Alba.

Wendy yang merasa bingung lantas bertanya pada Rex, apa itu artinya Rosella belum memenuhi syarat untuk menjadi seorang tutor dan pengasuh tinggal mereka.

Dan, Rex dengan jelas dan cepat mengiyakan.

Usai mendengar jawaban Rex, Wendy yang sejak awal menyukai Rosella kemudian mencoba bernegosiasi dengan Rex di ruang kerja pria itu.

"Rosella, aku mohon tunggu di sini sebentar," pinta Wendy pada Rosella lembut. "Aku harus bicara berdua dengannya dulu," terangnya. Ia lalu mengarahkan pandangannya ke arah Rex. "Kak, ikut aku!" titah wanita ini pada sang kakak tegas. Yang diberi perintah mengekorinya masuk ke ruang kerjanya.

"Jelaskan kepadaku, kenapa kau menolaknya, Kak?" tanya Wendy langsung pada Rex saat ia menatap lelaki di hadapannya itu dengan raut wajah kesal dan penasaran.

"Hhhhh...." Rex menghela napas panjang. "Kurasa dia tidak cocok untuk menjadi tutor dan pengasuh tinggal kita," ucap sang Billionaire ini, yang justru membuat rasa kesal di hati Wendy kian bertambah kala ia mendengarnya.

"Kenapa? Apa alasannya?" tanya Wendy. Nadanya terdengar heran. Yang ditanya hanya diam tanpa ekspresi apa pun. "Kak!" Wendy menggeram. "Kurasa kau salah menilainya. Kau harus membiarkannya bekerja di sini sebagai tutor dan pengasuh tinggal," imbuh tegas. Lebih tegas dari Rex. Ia seolah kepala rumah tangga yang tidak terbantahkan.

Penuturan Wendy itu seketika saja membuat Rex menatap Wendy penasaran. "Apa kau mengenal Rosella secara pribadi dengan baik?" Rex menaikkan satu alisnya.

Untuk sesaat Wendy diam, sementara ia berpikir sejenak. Memikirkan jawaban untuk pertanyaan kakaknya.

Namun kemudian, Wendy berkedip dan dengan ragu-ragu ia menjawab, "Tidak juga, Kak. Tapi tadi aku diberi tahu asistenmu kalau Jiro hampir kecelakaan saat mengejar bola di depan rumah kita saat pulang dari sekolah. Tapi untunganya ada Rosella yang datang untuk wawancara hari ini, yang dengan berani dan tanpa ragu melompat ke depan mobil untuk menyelamatkan Jiro. Rosella yang tidak mengetahui bahwa Jiro adalah putra bungsumu langsung bergegas pergi. Padahal asistenmu berniat membawanya ke klinik untuk mengobati lututnya yang terluka setelah menyelamatkan Jiro. Tapi Rosella bilang dia sedang buru-buru karena ada janji wawancara. Dan saat itulah, Jiro dan asistenmu melihat Rosella mengarah masuk ke rumah kita. Dan kemudian, asistenmu berpikir kalau Rosella akan wawancara untuk pekerjaan tutor dan pengasuh tinggal di sini," ungkap Wendy, sangat runut.

"Benarkah?" Rex menatap Wendy tak percaya.

"Kak, apakah kau pikir asistenmu akan berbohong kepadamu? Jiro sendiri bahkan membenarkan ucapannya, dan mengatakan kalau dia tak terluka itu berkat Rosella." Wendy mengomel pada Rex. Bicaranya tegas dan ketus. Ia kemudian mengambil napas.

"Kak, aku tahu kalau latar belakang dan pengalaman kerja sangat penting. Tapi, aku yakin Rosella itu seseorang yang dibutuhkan anak-anak di rumah ini, terutama ketiga putramu. Kau tahu, kak, betapa sulitnya menemukan seseorang yang rela mengorbankan nyawanya demi anak-anak di jaman sekarang," bebernya, yang membuat Rex kontan tertegun.

"Kak, tidak ada yang perlu kau khawatirkan darinya. Joy sudah memberitahuku segalanya tentang Rosella. Dia orang yang sangat bertanggung jawab, setia, dan sangat menyukai anak-anak. Rosella memang tidak kuliah. Tapi prestasinya bagus selama SMA. Dia tidak hanya pintar, tapi dia juga baik. Aku dan Joy bisa jamin itu. Aku kenal Joy dan Kids Service dengan baik, Kak. Apa kau tidak percaya kepadaku?" imbuh Wendy. Raut wajah dan bicaranya benar-benar serius dan sungguh-sungguh.

Rex yang sejak tadi membisu kini menghela napas panjang. "Bawa dia kemari," kata pria matang dan sangat mapan juga tampan rupawan, yang digilai banyak wanita di manapun ia berada.

Mendengar itu, Wendy lantas mengangguk. Ia lalu memanggil Rosella yang masih berdiri di luar ruang kerja Rex.

Sekian menit kemudian, Wendy kembali masuk ke ruang kerja Rex dengan Rosella di sisinya. Rex sebagai pemilik ruangan kemudian mempersilakan kedua wanita itu duduk di sofa yang berada di tengah-tengah ruangan.

"Selain penipu kelas kakap, ternyata kau juga seorang penyihir," ucap Rex, ketus pada Rosella yang duduk berhadapan dengannya. "Apa kau pikir aku akan menerimamu bekerja di sini setelah mendengar cerita Wendy tentangmu?" tanyanya, dingin. Yang diajak bicara hanya diam sambil menatapnya bingung.

Detik berikutnya, Rex mengarahkan pandangannya kepada Wendy. "Aku tidak akan membiarkan dia meracuni pikiran anak-anak—seperti dia meracuni pikiranmu, Wendy. Aku tidak percaya dia!" tegas Rex. Ia lalu bangkit dari duduknya, dan berjalan menuju pintu keluar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status