Share

Mawar Hitam Sang Presdir
Mawar Hitam Sang Presdir
Penulis: Ms Iced Coffee

1. Pria Dengan Setelan Jas Hitam

Hidup benar-benar tak dapat diprediksi. Kiranya itulah yang Rosella rasakan saat Dokter mendiagnosanya mengidap tiga penyakit parah sekaligus, yang mana penyakit-penyakit itu tak pernah sekali pun ia bayangkan akan datang kepadanya meski saat haid ia selalu merasa sakit yang hebat.

"Bagaimana kau bisa menahan itu semua? Tidak adakah gejala lain yang mungkin kau rasakan selain nyeri saat haid?" tanya dokter. Nadanya heran sekaligus penasaran.

"Sebenarnya ada. Tapi aku tak yakin," jawab Rosella terbata-bata. "Akhir-akhir ini aku sering sakit kepala yang hebat juga. Tapi, tiap kali aku minum obat, sakit kepalaku berkurang dan hilang. Jadi, aku mengabaikannya begitu saja, dan mengira itu hanya sakit kepala biasa," jelasnya. "Apa yang harus aku lakukan sekarang, Dok?" tanyanya. Ia terlihat seperti seseorang yang sedang kehilangan arah, sehingga tidak tahu harus melakukan apa dan mulai dari mana.

"Tenanglah, Nona Rosella. Kau akan baik-baik saja. Tumor dan Endometriosis bisa dihilangkan dengan operasi," terang sang dokter. "Tetapi hanya ada satu cara untuk menyembuhkanmu dari Leukimia, yaitu dengan transplantasi sel punca. Tapi, di dalam daftar pendonor kami, tidak ada satu pun pendonor yang cocok denganmu saat ini. Jadi kita hanya bisa mengendalikan kondisimu saat ini dengan obat-obatan," imbuhnya sangat mendetil.

"Baik." Rosella tersenyum nanar pada dokter.

"Oh ya, satu lagi. Kau sudah melakukan tes AMH untuk membekukan telurmu, bukan?" tanya sang dokter. Yang ditanya mengangguk. "Di sini tertulis indung telurmu berusia 40 tahun," jelas dokter wanita ini. Mendengar itu, Rosella lantas terdiam sejenak.

"Ap—pa itu sangat buruk, Dok?" tanya Rosella. Bicaranya terbata-bata.

"Sebenarnya kondisi indung telur akan menurun jika berumur di atas 35 tahun. Maka itu, Nona Rosella, aku tidak menyarankan pembekuan sel telur. Seharusnya kau melakukan itu saat usiamu 20 atau di awal 30. Umur 40 sudah sangat terlambat," beber dokter, yang membuat Rosella semakin shock.

"Jadi... Apakah itu mustahil dilakukan?" Rosella yang merasa hopeless kembali bertanya pada sang dokter.

Dokter menghela napas panjang lalu menjelaskan, "Dalam kasusmu ini akan sulit memiliki sel telur yang sehat dan bagus. Kami bisa membekukannya. Namun sel telur itu bisa rusak saat dicairkan dan dibuahi."

"Apa tidak ada jalan lain, Dok?" Lagi, Rosella bertanya. Ia masih berharap agar bisa hamil.

"Peluangmu untuk hamil secara alami hanya lima persen. Dan, setelah usiamu melebihi 43 tahun, peluang kesuksesan IVF di bawah sepuluh persen. Dan peluang kegugurannya adalah 90 persen dalam sepuluh pekan pertama," ucap dokter sangat jelas. Semua penjelasan itu kontan membuat Rosella menatap sedih sang dokter.

"Jadi, aku tidak bisa punya anak? Aku juga tidak bisa melahirkan?" ujar Rosella yang benar-benar mendambakan kehadiran anak dalam hidupnya.

"Kehamilan memang tidak mudah untukmu. Jika kau melakukan operasi Endometriosis, dan pengangkatan tumor di batang otakmu lalu transplantasi sumsum tulang belakang, kau tetap tak bisa hamil selama setahun karena konsumsi obat. Kau kehilangan sel telurmu setiap bulan. Lantas apa yang akan terjadi setelah satu tahun? Tentu saja akan lebih sulit untuk hamil," beber dokter wanita bernama Lila, yang memakai jas putih yang disebuat medial wears ini.

Kesedihan Rosella semakin bertambah setelah ia mendengar keterangan Dokter Lila. Air mata Rosella jatuh bercucuran di atas pipi hingga merembes ke dasar hati.

Rosella bahkan terlihat shock dan linglung saat ia keluar dari rumah sakit dan berjalan ke halte bus yang berada di seberang rumah sakit.

Saat hendak menyeberang jalan, Rosella yang masih terguncang hampir ditabrak oleh sebuah mobil. Si pengendara mobil yang melihat Rosella dalam lantas bahaya mencoba melindunginya agar tak tertabrak dengan menginjak rem mobilnya.

Meski Rosella selamat, orang-orang yang berada di sekitar lokasi kejadian mulai berkumpul dan mendekatinya, untuk menanyakan keadaannya. Namun wanita yang terduduk lemas dengan wajah pucat karena shock ini hanya diam membisu.

Lalu detik berikutnya, orang-orang menghampiri pria bernama Rex Alba, yang hampir menabrak Rosella dan masih berada di dalam mobilnya. Orang-orang tersebut meminta Rex turun dari mobil dan bertanggungjawab.

Akhirnya, Rex membawa Rosella ke Dream Medical Centre. Setibanya di sana, Rosella langsung dibawa ke IGD. Di IGD itulah seorang dokter memeriksa keadaan Rosella dan meminta suster untuk memberinya infus.

Selagi Rosella diperiksa, Rex yang menunggu di luar menelpon adik laki-lakinya dan menceritakan insiden itu. Sang adik lantas menasihati Rex untuk berhati-hati karena bisa saja Rosella merupakan seorang penipu. Rex pun mulai terpengaruh dengan penuturan adiknya.

Tidak berselang lama, pembicaraan Rex dan adiknya terputus saat ponsel Rosella yang sempat jatuh dan diamankan oleh Rex berdering. Mendengar itu, Rex lantas mengangkatnya dan suara pria yang terdengar di telepon menanyakan keberadaan Rosella.

Rex yang mengira pria tersebut kerabat dekat Rosella mengatakan bahwa wanita yang ia cari ada di Dream Medical Centre.

Setelah berbicara dengan pria yang mencari Rosella, Rex bergegas menemui dokter dan wanita malang yang terbaring lemah dengan wajah pucat di atas tempat tidur pasien.

Kendati demikian, Dokter mengatakan bahwa Rosella baik-baik saja. Sehingga, Rex bisa langsung membawanya pulang.

Rex terlihat bernapas legas setelah mendengar keterangan dokter. Pria itu lantas mengangguk mengerti dan berterima kasih kepada dokter yang memeriksa Rosella.

"Apa kau benar baik-baik saja? Kau tak merasakan sakit apa pun? Apa kau perlu pemeriksaan menyeluruh untuk memastikan kau tidak terluka?" Rex bertanya secara beruntun pada Rosella dengan nada bicara khawatir setelah dokter meninggalkan mereka.

"Ya, aku tak apa," jawab Rosella, pelan.

"Hhhhhh...." Rex menghela napas lega. "Syukurlah. Lain kali tolong lebih hati-hati. Kau tidak boleh tiba-tiba menyeberang jalan seperti tadi," ucapnya saat menasihati Rosella, lembut. Lalu yang dinasihati mengangguk. "Dan ini—" Pria ini mengulurkan sebuah ponsel pada Rosella. "Itu milikmu. Tadi jatuh dan aku mengambilnya," jelasnya.

"Terima kasih," kata Rosella, dingin. "Oh ya... Lain kali juga tolong menyetir dengan lebih hati-hati." Wanita ini bangkit dari tidurnya dan turun dari ranjang pasien. Rupanya, ia berniat untuk pergi dari IGD.

Rex yang mengetahui niat Rosella itu dengan cepat menghentikannya. "Sebelum kau pergi, mari lihat kamera dasbor mobilku dulu," tuturnya sinis sementara Rosella menatapnya bingung.

"Dengar... Entah kau mengerti yang terjadi, atau kau hanya pura-pura dan mau melakukan sesuatu, tetapi mari kita luruskan. Tadi kau menyeberang jalan dengan tatapan kosong, seperti orang linglung saat lampu sedang merah. Dan aku sudah menghentikan mobil. Jadi, kau tidak tertabrak mobilku!" tegas Rex—pria dengan setelan jas hitam. "Jika kau terus mengeluh seperti ini padahal kau tidak terluka, maka aku akan lapor polisi," kecamnya. Ia lalu berjalan keluar IGD.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status