Semua orang tertawa terbahak-bahak setelah perlombaan bucin-bucinan selesai. Dan yang keluar sebagai juara adalah Chen, Heya, dan Tora.
Yah, walaupun garing, Chen menjadi juara satu dan memiliki banyak penggemar saat ini. Karena Chen menang, Aura tidak memutuskan Chen, berbeda dengan gadis sebelumnya.
.
Langkah Dona terhenti ketika mendengar ucapan itu. Matanya berkedip sekali seolah memastikan kalau yang ia dengarkan tidaklah salah.
Benar, Dona baru menyadari kenapa Fairel begitu benci dengan obat. Itu karena Fairel sering meminum obat.
Setiap dipukuli ayahnya, Fairel meminum obat pereda rasa nyeri agar bisa tidur tenang, atau agar bisa melukis dengan benar.
Fairel terlalu kesepian.
GEDUBRAK!
Suara jatuhnya bahkan begitu menggema ke seluruh ruangan. Tetapi, anehnya Dona tidak merasa nyeri apapun.
"Sakit nggak?"
Entah kenapa, suara Fairel begitu menggema di telinganya. Nafasnya yang memburu bahkan terasa
Dona melingkarkan tangannya di leher Fairel, gadis itu mundur beberapa senti, membuat Bara yang berdiri di belakangnya tersenyum mengejek karena melihat aksi tadi. "Gimana kalau kita ciumannya dengan gaya dewasa?" tanya Dona dengan suara yang cukup lantang. Bisa di dengar oleh Bara dan Fairel sekaligus. Fairel menelan salivanya, ia sebenarnya hanya bercanda dan berniat untuk ngetes gadis itu saja. Fairel hanya ingin tahu, apakah Dona akan memilih ego atau hatinya. Ego Dona pasti akan bersuara untuk mencium Fairel, dan membuat Bara panas. Sedangkan hatinya akan berkata, untuk tidak mencium Fairel dan bersikap biasa-biasa saja, seolah Dona sudah bisa melepaskan Bara tanpa perlu adegan panas. Tetapi, Dona memilih egonya. "Dengan saling melumat bibir masing-masing, mengabsen setiap gigi kita, dan merasakan rasa manisnya. Gimana?" tanya Dona dengan ekspresinya yang serius. Bara merasa panas, ke pergi dan menghampiri Fera di stand me
CEKREK! CEKREK! CEKREK!Dion dan Cesla tidak menyadari kalau kegiatan mereka difoto oleh seseorang.Dion yang terlalu terbuai oleh keromantisan hanya terus memandangi wajah Cesla dengan lekat."Mas, kok kamu nggak beliin cincin buat kamu juga? Aku juga pengen pake cincin yang sama kayak kamu, loh Mas." Cesla menarik kedua tangannya untuk menumpu dagu."Aku udah pakai cincin. Biar kamu aja yang pakai, itu hadiah istimewa loh, apa kamu nggak merasa hadiah itu istimewa?" tanya Dion dengan mimik yang dibuat sedih.Ia tidak bisa memakai cincin pasangan bersama Cesla. Aliya bisa marah. Ya, walaupun istrinya itu lebih memilih memendam amarahnya dan mengurung diri, Dion tidak enak dipandang mencurigakan oleh kedua anaknya.Dion sebisa mungkin untuk bermain bersih. Ia tidak boleh meninggalkan jejak apapun tentang hubungannya dengan mereka semua.Dan Gow, mengetahui kalau Dion selingkuh. Pria itu bahkan yang memberikan list perempuan cantik unt
"Semangat... semangat... semangat!" Semua orang bersorak, menyemangati sepuluh peserta pertama yang sedang berlomba. Dona tampak bersemangat, dia terus menyuap lebih banyak mie ke dalam mulutnya. Fairel bahkan speechless melihat hal itu. Dona yang tidak suka kue ketika di ruang panitia, tampak lebih berbeda jika sudah berhadapan dengan mie pedas. Fairel bahkan dibuat ngiler ketika terus memperhatikan Dona yang sedang makan. Perutnya berbunyi nyaring, membuat Gero tertawa terbahak-bahak. Sialnya, kenapa Gero mendengar suara perutnya? Apakah sekencang itu? "Ikutan lomba gih Rel. Perlombaannya masih terbuka buat lo seorang." Gero masih tertawa terbahak-bahak. Hidungnya kembang kempis menahan lelucon. "Gue nggak suka pedes." Gero menoyor kepala Fairel,"Gaya lo, Rel. Kalau cowok nggak suka pedes. Nggak jantan." "Emangnya ayam?" ledek Fairel tepat menghunus hari Gero. "Sialan lo," umpat Gero kesal setengah mati. G
"Nih, nasi buat kalian berdua. Jangan lupa dimakan." Gero memberikan dua kotak makanan ke Fairel. Masih ada satu dus lagi kotak makanan yang belum empat dibagikan. Gero langsung berpamitan untuk membagikan kotak nasi ini ke karpet sebelah. Fairel menyodorkan satu kotak ke Dona. Ini adalah makanan terakhir untuk kami sebelum memulai acara band. Perlombaan mukbang sudah selesai. Khusus untuk perlombaan tersebut, pemenang akan diumumkan nanti bersamaan dengan acara band. Panitia ingin memberikan kejutan khusus untuk perlombaan mukbang. Fairel membuka kotak makanan milik Dona. Nasi dan ayam bakar menyapa matanya untuk pertama kali. Fairel begitu menyukai ayam bakar, ia tidak tahan untuk segera memakannya. "Makan Na." Dona mengangguk, ia pergi untuk cuci tangan. Berbeda dengan Fairel, tangannya yang sudah bersih itu langsung menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Fairel tidak bisa menunggu lama lagi, karena sudah dua jam pria itu menahan ras
"Banyak yang nanya, kenapa sih sertifikatnya nggak langsung dikasih aja? Kita ikutan lomba karena itu tahu. Oke...." Gero menarik nafas begitu dalam, ia mencoba untuk berpikir jernih agar semua alumni tidak marah-marah lagi soal sertifikat. "Baik, begini anak-anakku tercinta. Sertifikat yang kami maksud adalah e-sertifikat. Lalu, apa bedanya sih Kak Gero? E-sertifikat itu tidak dicetak sayang. Kami hanya memberikan file-nya saja. Silakan, kalian mencetak e-sertifikat itu masing-masing di fotokopian terdekat." Semuanya bersorak kesal, Gero kembali melerai,"Kalau sertifikat cetak kalian kebasahan, jika ada e-sertifikat, kalian tinggal cetak lagi saja. Itulah keunggulan dari e-sertifikat." Apa boleh buat? Semuanya hanya bisa menerima keputusan panitia. Lagian, mereka hanya menyumbang paling banyak sepuluh ribu untuk acara reuni ini. Jadi, setelah mereka paham penjelasan Gero, mereka tidak menuntut banyak lagi. "Oke. Sekarang akhirnya, waktu yang mene
"Kamu mau tidur di sini Mas?"Suara itu mengalun syahdu di kamar Gow yang penuh dengan kilauan harta.Pria itu tertawa terbahak-bahak ketika rencananya ternyata berhasil dengan mulus."Iya. Aku sudah bosan bermalam dengan Aliya."Jackpot sekali. Gow bisa menggunakan rekaman ini sebagai bukti perselingkuhan Dion kepada Aliya.Selain mendapatkan anaknya, Gow bisa menghancurkan keluarga itu. Dari awal, Gow sudah berniat jahat. Ia hanya memanfaatkan Dion dan perselingkuhannya itu.Dion yang buta akan kenyataan, terus terbuai dengan cinta yang palsu.Gow berhasil menyembunyikan penyedap suara itu di seluruh rumah Cesla. Setiap gerak-gerik yang dilakukan dua sejoli itu akan selalu terekam dan terdengar oleh Gow.Kepulan asap itu kian membumbung, tawa menggelegar terus dihiasi dengan bau rokok. Gow baru merasakan kehidupannya yang kelewat sempurna ini."Selangkah lagi, tinggal kita porak-porandakan keluarga itu." Dengan senyum
"BUNDAAA...."Samar-samar, suara yang begitu familiar di telinga Aliya seperti terbawa oleh angin.Berkali-kali, Aliya melihat sekitar ruangan, tetapi tidak ada seseorang yang memiliki suara itu.Apa Aliya halusinasi? Mungkin saja, karena semalaman hati Aliya kacau. Ia perlu menata kembali hatinya yang rapuh, agar bisa kembali bertahan hidup dengan kedamaian."BUNDAAA...." Suara nyaring itu begitu menekankan telinganya, Aliya sampai terperanjat kaget karena sedang melamun tadi.Aliya berdiri, ia kembali melarikan pandangannya ke seluruh penjuru. Hanya saja, kali ini Aliya bisa melihat sosok yang meneriakinya.Senyum cantik terbit dari bibir Aliya. Anak cantiknya itu sudah pulang dari reuni. Berdiri di ambang pintu rumah sembari memegang buket bunga mawar berwarna merah muda.Baru saja Aliya ingin menghampiri Dona, tubuhnya itu sudah terdorong lebih dekat ke arah Aliya, berbeda dengan Wima yang cekikikan.Kakaknya itu selalu pun
"Lo mau ke mana?" teriak Wima dari atas tangga.Baru saja mandi dan ganti pakaian, setelah turun dari kamar, ia menemukan Dona yang tengah berlari kencang menuju pintu rumah dengan pakaian yang tadi.Dona menjawab asal sambil terus berlari, suaranya makin terdengar rendah,"Mau ke sini dulu. Nanti pulang jam enam."Dona tidak menyadari kalau Dion sudah pulang. Ayahnya itu terus menatap punggung anaknya yang menjauh dari atas balkon. Helaan nafas berat keluar dari hidungnya, Dion menyesal kopi hangatnya yang baru saja Aliya sajikan."Dona mau ke mana? Dia pamit sama kamu?"Aliya bengong, ia menelengkan kepalanya ke kiri seraya mengingat-ingat,"Dia nggak ke mana-mana.""Huh." Dion membuang nafas kasar, ia meraup wajahnya yang kusut."Barusan dia pergi. Makin lama, Dona makin nggak bisa diomongin yah. Urus Dona yang bener, dia udah punya tunangan sekarang."Aliya merapatkan kesepuluh jari tangannya,"Mas, kamu juga h