Dona membuka kedua matanya. Cahaya dari sinar matahari membuat pandangannya menjadi silau.
Dona meringis, ia memalingkan wajahnya agar tidak terkena silau matahari. Hanya saja, ketika hendak berpindah, seseorang berdiri di hadapan Dona, menghalangi matahari yang menyinari ruangan.
Pelan-pelan, Dona menatap tubuh itu dari bawah sampai ke atas. Ia sampai memekik ketidak menyadari bahwa ada Fairel di kamarnya.
Dona beringsut mundur, hingga punggungnya terantuk papan ranjang dengan menarik selimut sampai menutupi dadanya.
"Lo ... lo ngapain di sini?" tanya Dona gugup. Masalahnya, ia tengah berpikir yang tidak-tidak.
"Anggap aja pelukan kemarin itu nggak pernah terjadi."
Dona memutar bola matanya jengah. Hatinya bertanya-tanya, tentang kemarin. Memangnya apa yang terjadi?
Dona melepaskan selimut yang menutupi dadanya. Ia memandangi bajunya yang berganti, dan kembali memekik sembari memelotot ke arah Fairel.
"Apa yang lo laku
"Ngapain Dona di sini?" Setelah duduk, Fairel diam-diam berbisik ke telinga Meta ketika dirinya berhasil mencuri waktu. Fairel tidak bisa bergerak, posisi duduknya dihimpit oleh dua wanita yang sedang memiliki masalah dengannya. Untuk bernafas saja, dirinya jadi kikuk tidak karuan. Apalagi, ketika Meta menjawab dengan gelengan acuh, membuat semuanya hancur. Fairel tidak mungkin mengusir Dona. Ia tidak sejahat itu dalam memperlakukan manusia. Walaupun dulu kata-katanya menyakitkan, tidak sampai mengusir juga. Fairel memilih menelungkupkan kepalanya diantara tumpukan tangan yang dilipat di atas meja. Memandangi dua wanita di sampingnya secara bergantian, membuat kepalanya berdenyut. Fairel tidak akan merubah posisinya sampai jam kuliah selesai. Meta dan Dona saling tukar pandang. Mereka berdua tengah menahan tawa melihat Fairel yang gelisah dan tidak mau diam. Dalam posisinya tadi, tangan Fairel terus bergerak. Entah meny
"Baru ke sini lagi? Ke mana aja nih?" Kedua sejoli itu saling bertukar pandang. Mereka bersama-sama menanyakan jawaban yang kompak untuk pertanyaan Bi Oni. Senyuman terukir manis di bibir keduanya, mereka kompak menjawab,"Baru balikan, Bi." "Wuah ...." Bi Oni bahkan sampai bertepuk tangan, hingga sarung tangannya yang penuh terigu itu berterbangan mengotori rambut Dona. Dona terkikik geli, dengan sigap Fairel membersihkan rambut Dona dengan tanganya. Penuh ketelatenan. Setelah membayar semua jajanan yang mereka beli, keduanya pamit. Mereka berjalan berdua mencari kenangan romantis yang bisa diukir. Mereka juga memilih membolos pada mata kuliah ketiga. Fairel meninggalkan mobilnya di kampus, mereka berencana akan kembali lagi ke kampus setelah mencari penat. Dona asyik menyuapkan sosis bakar bumbu rujak sebagai menu terbaru di kedai Bi Oni. Berbeda dengan Fairel, tangannya masih sibuk membersihkan rambut Dona dari tepung.
Semuanya sudah jelas dan terungkap. Walau terdengar sedikit mengejutkan, tetapi itulah kenyataannya. Fairel hendak berkunjung ke rumah Dona, akan tetapi ayahnya melarang hal itu. Beliau mengatakan sudah malam, dan lebih baik dibicarakan esok saja. Fairel menurut, karena perkataan ayahnya itu memang benar. Di sinilah mereka berada, Meta, Nea dan dirinya sedang berkumpul di kamar Fairel. "Kok lo bisa muncul tiba-tiba?" tanya Fairel langsung ke intinya. Fairel atau Nea, mereka sama-sama tidak punya janji untuk bertemu dengan Meta. Tetapi, dengan mengejutkannya, gadis itu menghampiri keluarga Fairel dan mengatakan kebenaran yang paling penting. "Soalnya tadi, gue habis teleponan sama Dona. Dia nutup telepon gue sepihak, setelah nanyain hadiah apa yang lo dapetin pas perlombaan waktu itu." Deg! Jantung Fairel seakan ada yang menusuk dan membuatnya berhenti. Ia melupakan satu hal itu, Fairel pikir, ia akan memberitahu Dona tepat dua
Fairel tidak langsung pulang ke rumah. Setelah pekerjaannya selesai, pria itu bergegas mencari keberadaan Dona. Bahkan, Gero sendiri sampai ia turunkan di jalan. "Jadi, gue turun di sini gitu?" Gero kesal setengah mati ketika mobil Fairel menepi, dan jaraknya menuju rumah masih jauh. "Gue minta maaf. Tapi gue harus nyari Dona." "Gue paham. Gue paham banget masalah lo, gimana kalau gue bantu cari aja. Kita sama-sama cari dari satu komplek ke komplek lain." Itu ide bagus. Hanya saja Fairel ingin sendiri. Gero kembali merayu,"Gue janji deh, gue nggak bakal nyusahin lo. Boleh yah, gue ikut?" Fairel menganggukan kepala dengan terpaksa. Ia kembali melajukan mobilnya tak tentu arah. "Tunggu, tunggu. Keluarga Dona ada siapa aja sih?" Gero baru mengingat hal itu. Fairel bersikap seolah Dona tinggal seorang diri. Sehingga tidak ada siapapun yang bisa dihubungi. "Gue udah ngehubungi kakaknya Dona sama bunda, tapi nggak aktif nomornya.
Saya mau berterimakasih kepada kalian semua, yang dengan setia membaca novel aku sampai selesai. Banyak kekurangan dari matchmaking ini, dan dari itu, saya meminta kritik dan sarannya yang bisa membangun diri saya untuk menjadi penulis yang lebih hebat lagi. Di novel ini, saya menyadari banyak sekali typo. Saya akan memperbaikinya. Apa kabar kalian? Saya @kkiiyys. Bisa kalian panggil kiy, salam kenal untuk kalian semua. Kalian, berasal dari kota mana saja? Saya juga berharap, kalian mau memberikan vote, komentar yang membangun, serta memberi novel saya rating sesuai dengan isi novelnya. Saya ingin tahu, apa kalian menyukai novel saya? Atau kalian tidak menyukainya? Apa komentar terakhir kalian buat pasangan nggak jelas ini, yaitu • Dona sama Fairel? Apa pesan kalian, untuk pasangan • Meta sama Loey? Untuk • Alfina dan Gero? Untuk • Fera dan Bara? Untuk • Seyi dan Wima? Untuk saya, mungkin?
Ada yang bilang cinta itu berasal dari hati. Selama Dona hidup, menurutnya cinta itu datang dari mata. Kita melihat setiap perbuatannya, kita melihat setiap amarahnya, dan kita mengetahui apakah pria itu memang baik atau tidak. Dan dari sikap itulah, cinta bersemi dalam hati. Tidak ada yang namanya cinta buta, semuanya memiliki alasan dalam mencintai, walau alasan itu terkadang terdengar konyol. Dona tidak ingin memiliki pasangan hidup dari hasil perjodohan orang tuanya. Ia berhak untuk memilih siapa dan seperti apa pria yang cocok sebagai pasangannya kelak. Akan tetapi, takdir selalu memiliki rahasianya sendiri. Setelah kehadiran pria itu, seluruh hidup Dona berubah, prinsip, sifat dan kebiasaannya berubah drastis. Bisa dibilang, dia adalah jodoh yang Tuhan kirimkan kepadanya. Yang tak mengenal waktu, atau situasi. Dipertemukan dalam ruang rindu yang masih belum bisa dipahami oleh siapapun.
Dona terus memainkan ponselnya, mengetikkan beberapa balasan dari pesan yang belum ia balas.Gadis berusia dua puluh tahun itu terlalu sibuk dengan dunianya sendiri, kedua telinganya disumbat dengan headset diikuti alunan musik dari sang idolanya, yang berjudul Spring Day.Ia bahkan tidak peduli dengan seseorang yang berada di sampingnya, yang terus menatapnya seolah ingin saling berbincang namun tertahan.Mobil yang mereka kendarai terus melaju menuju kampus Joy. Hari ini, Dona terpaksa menaiki mobil Fairel dengan tujuan agar kedua orang tuanya mau memaafkan kesalahannya.Sebenarnya Dona enggan menaiki mobil Fairel, ia sudah memiliki pacar dan tidak ingin dicap selingkuh olehnya.Dona bahkan terpaksa berbohong, dan mengatakan kalau dirinya akan diantar Dion, ayahnya ke kampus.Padahal, seumur hidupnya, Dion hanya memedulikan bisnis da
Jangan memikirkan dia yang pergi untuk mematahkan hati. Cukup pandang aku, yang sedang berusaha merebut hati.Fairel De Ferron———Mereka sampai di toko Nea yang menyediakan semua perlengkapan dalam hidup, dari perlengkapan sekolah, hadiah ulang tahun, anniversary, dan perlengkapan reuni.Seorang penjaga toko itu terlalu asyik memainkan ponselnya, hingga tidak mengucapkan selamat datang kepada pembeli yang baru saja masuk.Loey menyuruh Meta untuk membeli kertas origami, dan beberapa lampu tumbler untuk menerangi kemah reuni mereka nanti. Kata dia, ini sebagai syarat terakhir untuk bisa memaafkan kesalahan yang Meta buat.Loey terlalu memanfaatkan Meta dalam hal apapun, dan anehnya gadis itu selalu menuruti apapun yang keluar dari bibir Loey. Cinta memang selalu ada