Dona terus memainkan ponselnya, mengetikkan beberapa balasan dari pesan yang belum ia balas.
Gadis berusia dua puluh tahun itu terlalu sibuk dengan dunianya sendiri, kedua telinganya disumbat dengan headset diikuti alunan musik dari sang idolanya, yang berjudul Spring Day.
Ia bahkan tidak peduli dengan seseorang yang berada di sampingnya, yang terus menatapnya seolah ingin saling berbincang namun tertahan.
Mobil yang mereka kendarai terus melaju menuju kampus Joy. Hari ini, Dona terpaksa menaiki mobil Fairel dengan tujuan agar kedua orang tuanya mau memaafkan kesalahannya.
Sebenarnya Dona enggan menaiki mobil Fairel, ia sudah memiliki pacar dan tidak ingin dicap selingkuh olehnya.
Dona bahkan terpaksa berbohong, dan mengatakan kalau dirinya akan diantar Dion, ayahnya ke kampus.
Padahal, seumur hidupnya, Dion hanya memedulikan bisnis dan uang, sampai Dona tua-pun, diantar oleh Dion hanyalah angan-angan saja.
Dia bahkan tidak peduli kepada Aliya, ibunya yang butuh kasih sayang dari seorang suami.
Dion hanya menafkahi luar dengan memanjakan barang brended dan uang jutaan rupiah.
Walau mereka bisa makan dan liburan ke mana saja, tidur di kasur yang mewah dan empuk, pasti ada saja rasa sedih dan sakit hati jika mereka tidak saling memberi kasih sayang dan terlihat seperti dua orang asing yang tinggal dalam satu rumah.
Dunia tidak hanya tentang uang, walau uang adalah mayoritas utama.
"Pak supir, tolong berhentiin mobilnya," teriak Dona sambil mengetuk-ngetuk kaca mobilnya, memberi kode kepada sang supir untuk segera menghentikan mobilnya.
Fairel menoleh dengan tatapan bingung, akan tetapi ia tetap diam seperti orang bisu.
Mobil yang dikendarainya berhenti, Dona langsung turun dari mobil tersebut seperti orang yang tidak sabaran.
Rasanya begitu sesak berada terlalu lama di dalam mobil dengan seorang pria yang ia sebal, bukan benci.
Kaca mobil itu terbuka, Dona memasukkan wajahnya ke sana seraya berbicara dengan Fairel,
"Gue tahu lo nggak berniat jahat sama gue. Karena itu, gue pamit jalan kaki ke kampus. Gue punya pacar, dan inget kita harus pura-pura tidak saling kenal. Lo harus bilang ke orang tua gue, kalau gue akur sama lo."Tanpa menunggu persetujuan, Dona langsung pergi berjalan kaki menuju kampus. Kalimat itu terdengar seperti perintah yang harus Fairel setujui, dan Dona tidak butuh jawaban, melainkan sebuah tindakan.
Fairel hanya bisa diam sambil terus memandangi punggung kecil itu yang terlihat semakin jauh dari kaca depan mobilnya. Ia tidak bisa mencegah kepergian itu, karena Fairel bukanlah siapa-siapa bagi Dona, hanya laki-laki pembuat masalah.
Fairel adalah calon tunangan Dona yang berasal dari perjodohan kedua orang tuanya. Fairel anak tunggal dari keluarga kaya raya, ia terkenal pendiam dan sopan. Ia tidak dingin, justru Fairel begitu takut menyakiti perasaan seseorang dengan lisannya.
Oleh karena itu, kenapa hari ini ia terus terdiam, walau dalam hatinya, Fairel ingin sekali berbincang dan mengenal lebih dalam tentang Dona.
"Lanjutin ke kampus nggak Den? Atau mau jalan kaki nyusul Neng Dona?" Suara itu membuat lamunan Fairel buyar.
"Iya, lanjutin aja."
Sang supir mengangguk, tentu saja mobil itu kembali melaju dan mulai memasuki halaman kampus Joy yang terlihat luas dan megah.
Fairel keluar dari mobil, dan pertama kali yang ia lihat adalah Dona yang sedang bermesraan dengan seorang pria yang kemungkinan adalah pacar yang disebutkan tadi.
Fairel tidak merasa sakit hati, karena ia masih belum memiliki perasaan sama sekali kepada Dona. Mereka baru bertemu kemarin saat perayaan ulang tahun Dona yang ke dua puluh.
Sesuai dugaan Fairel, sepertinya pria itu tidak datang ke acara ulang tahun Dona kemarin. Karena memang, acara ulang tahunnya hanya diselenggarakan untuk sanak keluarga.
"Ngelamun lo? Tanding basket mau?" tanya Gero dengan memamerkan bola basket di tangannya yang baru saja dicuci.
"Gue ada kelas pagi."
Gero mencibir Fairel yang selalu menjadi mahasiswa teladan yang tidak pernah absen kelas.
"Kali-kali lah Rel, bolos.""Siapa aja yang ikut reuni?" tanya Fairel mengalihkan pembicaraan, ia masih memiliki waktu setengah jam sebelum kuliah paginya.
Gero menepuk dahinya, ia benar-benar lupa akan hal itu, padahal tadi pagi, ia ada rencana memberi tahu Fairel list nama yang ikut reuni.
Untung saja, list nama itu sudah ia foto dan disimpan di ponselnya. Tentu saja, Gero selalu membawa ponsel itu ke manapun ia pergi, seperti sedang dimabuk cinta.
"Mau gue kirimin, atau mau lihat dari ponsel gue?"
"Ribet. Dari ponsel lo aja. Tugas gue kan cuman ngasih dana."
Memang benar, Fairel hanya menyumbang dana untuk kegiatan reuni SMAnya. Dia tidak ingin ribet, atau menjadi panitia yang harus bergerak ke sana kemari.
Cukup duduk diam, dan semuanya selesai.
Gero memperlihatkan gambar yang ia tangkap itu, di sana tertulis beberapa nama yang menurutnya familiar.
"Dona?" tanya Fairel heran. Ia ingin memastikan kalau bukan Dona yang itu, yang ikut reuninya.
"Iya, noh, Dona yang lagi mesra-mesraan sama Bara," tunjuk Gero tepat ke arah Dona yang berada jauh jaraknya.
Fairel langsung menelan salivanya dengan susah payah, ia mendadak merasa terbebani dengan keberadaan Dona nanti.
"Emang kita sekelas?"
Gero langsung menjitak kepala Fairel yang benar-benar pelupa itu,
"Lo sendiri yang ngusulin kalau reuni nanti buat seluruh SMA kelas tiga yang seangkatan. Dia nggak sekelas, tapi satu sekolah."Mampus, Fairel bisa mati di sana. Ia tidak tahu harus berbincang seperti apa dengan Dona nanti jika mereka berpapasan.
Fairel tidak pandai berbicara, sifat pendiamnya itu membuat ucapannya tidak luas.
"Tenang, dia nggak sama Bara. Lo bisa deketin dia kalau lo emang suka," celetuk Gero.
Tatapan mematikan langsung terlihat dari wajah Fairel, Gero langsung berlari dengan alasan ingin bergabung dengan tim basket, walau dalam hatinya ia takut dibunuh oleh Fairel.
———
"Kamu ke mana aja sih!" ketus Dona kala ia sudah memeluk tubuh Bara dari samping.
Bara menurunkan pandangannya, ia tersenyum dengan menyodorkan kotak kecil yang diikat dengan pita merah muda.
"Happy Birthday Na. Maaf, semalam aku ketiduran. Kamu tahu kan, aku lagi tahap nyusun skripsi, aku kebanyakan bergadang, sampai aku nggak kuat untuk bergadang lagi."
Dona baru ingat kalau pacarnya itu sedang dalam tahap sibuk-sibuknya, ia seharusnya bersyukur karena Bara masih mengingat ulang tahunnya walau sedikit telat.
Dona terlalu mencintai Bara, sampai ia begitu percaya dengan alasan klise seperti itu.
"Iya gapapa Ba, yang penting kamu inget sekarang. Makasih yah hadiahnya." Dona mengambil hadiah itu, lalu meneliti setiap sudutnya seraya menebak apa isinya,
"Aku tebak, isinya pasti hal yang aku sukai.""Iya dong, masa aku kasih kamu hadiah isinya yang nggak kamu sukai."
Dona terkekeh pelan, ia terlihat sangat cantik dengan senyuman ceria itu,
"Aku buka yah?""Buka aja."
Kemudian, suara ponsel milik Bara berbunyi, pria itu mengintip nama yang tertera di layar panggilan itu, lalu berpamitan kepada Dona dengan alasan ada kelas pagi.
"Aku ke kelas duluan yah Na, sebentar lagi dosen dateng soalnya."
"Iya hati-hati Ba."
Tanpa ada rasa curiga, Dona menyetujuinya dengan senang hati. Tentu saja, setiap pacar pasti tidak mengetahui kapan jadwal pacarnya belajar. Dan itu tidak membuat Dona berpikiran negatif, ia tahu bahwa Bara menerima telepon dengan sembunyi-sembunyi, dan mungkin saja panggilan telepon itu terlalu rahasia sampai Dona tidak boleh mengetahuinya.
Dona memang dewasa, ia selalu berpikiran positif. Menurutnya mencurigai orang lain, hanya akan mengundang penyakit.
Sebuah notifikasi pesan di ponselnya berbunyi, Dona langsung membaca isi pesan itu dan melupakan hadiah dari Bara.
Reuni Alumni
Gero :
Selamat datang. Ini Grup alumni yang mau ikut reunian. Di sini juga bakal ada info terkait hal itu, jadi jangan ada yang keluar grup, atau gue coret nama lo pakai pulpen merah.Alfina :
Siapa aja yang ikut bang Ger?Dea :
Cih Abang, mentang-mentang pacaran.Gero sent photo
Dea :
Donaa... @dona Lo ikut? Ahhhh,, gue kangen sama lo.Dona :
Dasar jomblo.Dea :
Biarin, nanti kita curhat-curhatan yah. Mumpung gue liburan kuliah, kalau gue udah balik ke Australia, lo pasti kangen lagi sama gue.Dona :
Emang rencana reuninya nginep?Tanpa nama :
Iya, nginep satu hari, untuk melepas rindu.Gero :
@tanpanama mau gue sebutin nama lo nggak?Dea :
Emang siapa Ger?Alfina :
2Gero :
Dia si anak orang kaya, yang ngebiayain reuni kita.Dona juga pasti akan sulit bergerak jika Fairel ada di sana.
Dona tidak melihat gambar yang dikirim Gero, gadis itu tidak peduli dengan hal seperti itu. Yang ia lakukan hanyalah datang ke reuni pada waktunya, Dona juga tidak ikut berpartisipasi menjadi panitia dalam reuni nanti.
Saat memikirkannya, pria bernama Fairel itu tidak sengaja bertatapan dengan mata Dona.
Fairel tidak memalingkan pandangannya, ia terus menatap mata Dona sambil berjalan ke arahnya.
Dona terpaku dengan tatapan itu, ia seperti terhipnotis dan diam ditempat seperti patung.
Saat mereka berpapasan, Fairel mengangkat satu tangannya seraya melambai.
Dona tidak menyangka akan sikap Fairel barusan, ia sudah melarangnya untuk tidak sok kenal di kampus, tetapi lihat apa yang dilakukan Fairel, pria itu malah melambaikan tangan kepadanya seraya menyapa.
Dona hendak memalingkan wajah, namun genggaman tangan yang melingkar di tangan pria itu membuat mata Dona membelalak tak percaya.
"Anter gue yuk Rel, beli barang," ajak Meta sambil bergelayut mesra di tangan kekar milik Fairel.
Fairel hanya mengangguk, dan memalingkan tatapannya menjadi berporos pada Meta.
Dona hampir tertawa miris melihatnya, barusan apakah Dona yang terlalu percaya diri? Sampai ia berpikir kalau Fairel akan menyapanya setelah apa yang dilakukan Dona hari itu?
Harga diri Dona langsung terlempar ke dasar jurang yang sangat dalam. Ia malu sekaligus kesal atas sikap Fairel. Ia merutuki pria itu.
—
Aku ingin percaya sama kamu, percaya dengan semua yang kamu lakukan. Sehingga hatiku tidak akan mudah berpaling, karena dalam pikiranku kamulah satu-satunya orang yang dapat aku percayai.
DONA
—
Jangan memikirkan dia yang pergi untuk mematahkan hati. Cukup pandang aku, yang sedang berusaha merebut hati.Fairel De Ferron———Mereka sampai di toko Nea yang menyediakan semua perlengkapan dalam hidup, dari perlengkapan sekolah, hadiah ulang tahun, anniversary, dan perlengkapan reuni.Seorang penjaga toko itu terlalu asyik memainkan ponselnya, hingga tidak mengucapkan selamat datang kepada pembeli yang baru saja masuk.Loey menyuruh Meta untuk membeli kertas origami, dan beberapa lampu tumbler untuk menerangi kemah reuni mereka nanti. Kata dia, ini sebagai syarat terakhir untuk bisa memaafkan kesalahan yang Meta buat.Loey terlalu memanfaatkan Meta dalam hal apapun, dan anehnya gadis itu selalu menuruti apapun yang keluar dari bibir Loey. Cinta memang selalu ada
Dengan semua yang kulakukan, sekarang kamu percaya akan aku yang setia kepadamu?Fairel——Fairel tidak fokus terhadap perbincangan yang dibicarakan seseorang di hadapannya. Pikirannya kalut, karena ucapan Dona masih terngiang di telinganya."Hah— apa?" Fairel kembali cengo, ia sudah meminta kliennya untuk mengulangi ucapannya dan itu hampir sepuluh kali.Untung saja, kliennya itu penyabar, serta tidak tersulut emosi. Mungkin karena Fairel sosok yang berbakat, dan dia begitu menggemari karya yang dihasilkan oleh Fairel."Kak, mending minum dulu. Tenangin pikiran kakak dulu, sebelum aku mengulangi perkataan aku lagi," ucap Fania seraya menginterupsi. Ia menyodorkan teh hangat yang baru saja tiba di mejanya ke arah Fairel.Fairel menanggapi dengan senyuman
Aku terlalu kelewat batas dalam bersikap kepadamu. Aku tidak bisa mengontrol apapun, harusnya aku mengatakannya sedari dulu, bahwa aku bersyukur memiliki kamu.Loey A.N.———Plak!Tangan yang gemetaran itu dengan lantang menampar pipi kanan Fairel hingga tercetak kemerahan yang berbentuk kelima jarinya di sana.Mata cantik itu berubah kemerahan karena menahan amarahnya yang memuncak.Benar-benar menjijikkan! Bagaimana bisa, pria di hadapannya itu melakukan hal yang tidak benar kepadanya."BRENGSEK! DASAR SIALAN!" umpatnya tanpa ada sepatah katapun yang terdengar manis.Fairel mengalihkan tatapannya, memandangi jalan raya yang cukup sepi dari kaca depan mobilnya.Fairel merasakan pipinya yang berdenyut, sakit dan perih
Mulut dan hati keduanya sama-sama susah dijaga, jadi kamu harus patuh, agar aku bisa menjaganya.BARA?———Kemarin, bertepatan dengan ulang tahun Dona pada tanggal 09-09-2021, Loey mengikuti pertandingan tinju yang didaftarkan oleh coach-nya.Bara, Meta, dan Loey saat ini sedang berada di tempat pertandingan. Tempat pertandingan itu terlihat kumuh, dan terlihat seperti bangunan yang tidak pernah terpakai. Warna cat keputihan yang mulai mengelupas dan luntur, serta banyak debu di mana-mana. Penerangan minim, yang hanya menyoroti tempat istirahat petinju, serta ring, membuat kesan pertama Meta adalah sedikit horor.Tentu saja, pertandingan itu diadakan secara sembunyi-sembunyi. Bahkan banyak sekali penjaga yang menjaga di depan pintu masuk. Serta gerbang rumah itu yang se
Itulah kenapa kebohongan itu dosa, karena mengucapkannya tidak sesulit mengucapkan kebenarannya.DONA———"Sayang ... turun yuk, kita makan bareng, ayah udah pulang."Teriakan yang berasal dari luar pintu kamarnya berhasil membuyarkan lamunan Dona.Gadis itu segera berdiri, membuka pintu kamarnya, lalu berjalan menuruni tangga menuju meja makan yang terletak di dapur.Semua anggota keluarga sudah berkumpul di meja makan, mengelilingi meja itu dengan sesekali memberikan canda gurau.Dona menghentikan langkahnya kembali, ketika pikiran gadis itu teringat akan Fairel. Gadis itu menghembuskan nafas kasarnya, merasa lelah dengan sesuatu yang terasa rumit dan sulit di hadapi.Dona tidak bisa mengelak permintaan Dion, ayahnya. Ia sangat ta
Jika dengan rasa sakit ini, kamu memperhatikanku, memahami keadaanku. Aku rela melakukannya, hanya demi kamu.FAIREL————Gow menyeret tubuh anaknya yang berdarah-darah itu ke kamar anaknya sendiri. Beliau membawanya ke sudut kamar di samping lemari pakaian, lalu mengikat kedua tangan dan kakinya dengan tambang agar tidak bergerak ke mana-mana.Gow tidak punya perasaan, ia membiarkan anaknya mati kedinginan tanpa selapis baju atasan, ditambah darah segar yang terus mengalir itu yang tak kunjung mengering, membuat Fairel sedikit kewalahan, hingga nyaris tidak kuat menopang tubuhnya."Berdiri terus di sini sampai ayah kembali ke kamar kamu lagi. Jika ayah ngeliat kamu duduk, kamu tahukan apa yang akan ayah perbuat?" Senyum menyeringai tercetak di bibir Gow yang memiliki kumis dan jenggot.
Terimakasih untuk segalanya. Terimakasih karena sudah terlahir sebagai perempuan, terimakasih karena sudah terlahir dengan nama Dona yang penuh ketulusan. Semoga kehidupanmu, penuh dengan kebahagiaan, walau tanpa aku di sana. Bara atau Fairel? ————————— Dona kembali sambil membawa nampan berisikan dua piring. Ia masih kepikiran dengan apa yang dilihatnya barusan, makanan yang dibuang di dapur tanpa ada rasa sayang atau mubazir, dan kemudian diganti dengan makanan baru. Mungkin basi?! Batin Dona membeo, ia tidak ambil pusing dengan hal itu, atau menceritakan kejadiannya kepada Fairel. Pria itu mungkin akan merasa sakit hati jika mendengarnya. Dona memberikan satu piring berisi makanan dan lauk pauk yang sudah lengkap, ditambah es teh dingin, begitu juga de
Aku begitu menderita, sampai merasa bernafas saja terasa sesak. Apa yang salah dengannya, hanya ingin bahagia dengan ibunya, apa tidak boleh? Dan jangan ada yang lain. Please?Metta———Dona berlari ke arah Bara, lalu kemudian memeluknya dengan erat, terlihat seperti seorang anak yang sedang merindukan ayahnya.Dona hanya paranoid, dia takut jika hubungannya dengan Bara nanti akan putus dan berakhir dengan canggung.Bara menurunkan tatapannya, menatap wajah Dona yang bersembunyi di dadanya."Janjinya jam berapa Na?" tanya Bara mengejek, namun tampaknya Dona tidak bisa diajak bercanda.Gadisnya itu terus mengeratkan pelukannya, menyembunyikan wajahnya lebih dalam, dan memejamkan kedua matanya, seolah meyakinkan diri, kalau Bara adalah miliknya.Bara tidak akan pergi