Beranda / Romansa / Matchmaking / 1. Pertemuan Menjengkelkan

Share

1. Pertemuan Menjengkelkan

Penulis: 10_Welcome
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-03 19:04:30

Dona terus memainkan ponselnya, mengetikkan beberapa balasan dari pesan yang belum ia balas.

Gadis berusia dua puluh tahun itu terlalu sibuk dengan dunianya sendiri, kedua telinganya disumbat dengan headset diikuti alunan musik dari sang idolanya, yang berjudul Spring Day.

Ia bahkan tidak peduli dengan seseorang yang berada di sampingnya, yang terus menatapnya seolah ingin saling berbincang namun tertahan.

Mobil yang mereka kendarai terus melaju menuju kampus Joy. Hari ini, Dona terpaksa menaiki mobil Fairel dengan tujuan agar kedua orang tuanya mau memaafkan kesalahannya.

Sebenarnya Dona enggan menaiki mobil Fairel, ia sudah memiliki pacar dan tidak ingin dicap selingkuh olehnya.

Dona bahkan terpaksa berbohong, dan mengatakan kalau dirinya akan diantar Dion, ayahnya ke kampus.

Padahal, seumur hidupnya, Dion hanya memedulikan bisnis dan uang, sampai Dona tua-pun, diantar oleh Dion hanyalah angan-angan saja.

Dia bahkan tidak peduli kepada Aliya, ibunya yang butuh kasih sayang dari seorang suami.

Dion hanya menafkahi luar dengan memanjakan barang brended dan uang jutaan rupiah.

Walau mereka bisa makan dan liburan ke mana saja, tidur di kasur yang mewah dan empuk, pasti ada saja rasa sedih dan sakit hati jika mereka tidak saling memberi kasih sayang dan terlihat seperti dua orang asing yang tinggal dalam satu rumah.

Dunia tidak hanya tentang uang, walau uang adalah mayoritas utama.

"Pak supir, tolong berhentiin mobilnya," teriak Dona sambil mengetuk-ngetuk kaca mobilnya, memberi kode kepada sang supir untuk segera menghentikan mobilnya.

Fairel menoleh dengan tatapan bingung, akan tetapi ia tetap diam seperti orang bisu.

Mobil yang dikendarainya berhenti, Dona langsung turun dari mobil tersebut seperti orang yang tidak sabaran.

Rasanya begitu sesak berada terlalu lama di dalam mobil dengan seorang pria yang ia sebal, bukan benci.

Kaca mobil itu terbuka, Dona memasukkan wajahnya ke sana seraya berbicara dengan Fairel,

"Gue tahu lo nggak berniat jahat sama gue. Karena itu, gue pamit jalan kaki ke kampus. Gue punya pacar, dan inget kita harus pura-pura tidak saling kenal. Lo harus bilang ke orang tua gue, kalau gue akur sama lo."

Tanpa menunggu persetujuan, Dona langsung pergi berjalan kaki menuju kampus. Kalimat itu terdengar seperti perintah yang harus Fairel setujui, dan Dona tidak butuh jawaban, melainkan sebuah tindakan.

Fairel hanya bisa diam sambil terus memandangi punggung kecil itu yang terlihat semakin jauh dari kaca depan mobilnya. Ia tidak bisa mencegah kepergian itu, karena Fairel bukanlah siapa-siapa bagi Dona, hanya laki-laki pembuat masalah.

Fairel adalah calon tunangan Dona yang berasal dari perjodohan kedua orang tuanya. Fairel anak tunggal dari keluarga kaya raya, ia terkenal pendiam dan sopan. Ia tidak dingin, justru Fairel begitu takut menyakiti perasaan seseorang dengan lisannya.

Oleh karena itu, kenapa hari ini ia terus terdiam, walau dalam hatinya, Fairel ingin sekali berbincang dan mengenal lebih dalam tentang Dona.

"Lanjutin ke kampus nggak Den? Atau mau jalan kaki nyusul Neng Dona?" Suara itu membuat lamunan Fairel buyar.

"Iya, lanjutin aja."

Sang supir mengangguk, tentu saja mobil itu kembali melaju dan mulai memasuki halaman kampus Joy yang terlihat luas dan megah.

Fairel keluar dari mobil, dan pertama kali yang ia lihat adalah Dona yang sedang bermesraan dengan seorang pria yang kemungkinan adalah pacar yang disebutkan tadi.

Fairel tidak merasa sakit hati, karena ia masih belum memiliki perasaan sama sekali kepada Dona. Mereka baru bertemu kemarin saat perayaan ulang tahun Dona yang ke dua puluh.

Sesuai dugaan Fairel, sepertinya pria itu tidak datang ke acara ulang tahun Dona kemarin. Karena memang, acara ulang tahunnya hanya diselenggarakan untuk sanak keluarga.

"Ngelamun lo? Tanding basket mau?" tanya Gero dengan memamerkan bola basket di tangannya yang baru saja dicuci.

"Gue ada kelas pagi."

Gero mencibir Fairel yang selalu menjadi mahasiswa teladan yang tidak pernah absen kelas.

"Kali-kali lah Rel, bolos."

"Siapa aja yang ikut reuni?" tanya Fairel mengalihkan pembicaraan, ia masih memiliki waktu setengah jam sebelum kuliah paginya.

Gero menepuk dahinya, ia benar-benar lupa akan hal itu, padahal tadi pagi, ia ada rencana memberi tahu Fairel list nama yang ikut reuni.

Untung saja, list nama itu sudah ia foto dan disimpan di ponselnya. Tentu saja, Gero selalu membawa ponsel itu ke manapun ia pergi, seperti sedang dimabuk cinta.

"Mau gue kirimin, atau mau lihat dari ponsel gue?"

"Ribet. Dari ponsel lo aja. Tugas gue kan cuman ngasih dana."

Memang benar, Fairel hanya menyumbang dana untuk kegiatan reuni SMAnya. Dia tidak ingin ribet, atau menjadi panitia yang harus bergerak ke sana kemari.

Cukup duduk diam, dan semuanya selesai.

Gero memperlihatkan gambar yang ia tangkap itu, di sana tertulis beberapa nama yang menurutnya familiar.

"Dona?" tanya Fairel heran. Ia ingin memastikan kalau bukan Dona yang itu, yang ikut reuninya.

"Iya, noh, Dona yang lagi mesra-mesraan sama Bara," tunjuk Gero tepat ke arah Dona yang berada jauh jaraknya.

Fairel langsung menelan salivanya dengan susah payah, ia mendadak merasa terbebani dengan keberadaan Dona nanti.

"Emang kita sekelas?"

Gero langsung menjitak kepala Fairel yang benar-benar pelupa itu,

"Lo sendiri yang ngusulin kalau reuni nanti buat seluruh SMA kelas tiga yang seangkatan. Dia nggak sekelas, tapi satu sekolah."

Mampus, Fairel bisa mati di sana. Ia tidak tahu harus berbincang seperti apa dengan Dona nanti jika mereka berpapasan.

Fairel tidak pandai berbicara, sifat pendiamnya itu membuat ucapannya tidak luas.

"Tenang, dia nggak sama Bara. Lo bisa deketin dia kalau lo emang suka," celetuk Gero.

Tatapan mematikan langsung terlihat dari wajah Fairel, Gero langsung berlari dengan alasan ingin bergabung dengan tim basket, walau dalam hatinya ia takut dibunuh oleh Fairel.

———

"Kamu ke mana aja sih!" ketus Dona kala ia sudah memeluk tubuh Bara dari samping.

Bara menurunkan pandangannya, ia tersenyum dengan menyodorkan kotak kecil yang diikat dengan pita merah muda.

"Happy Birthday Na. Maaf, semalam aku ketiduran. Kamu tahu kan, aku lagi tahap nyusun skripsi, aku kebanyakan bergadang, sampai aku nggak kuat untuk bergadang lagi."

Dona baru ingat kalau pacarnya itu sedang dalam tahap sibuk-sibuknya, ia seharusnya bersyukur karena Bara masih mengingat ulang tahunnya walau sedikit telat.

Dona terlalu mencintai Bara, sampai ia begitu percaya dengan alasan klise seperti itu.

"Iya gapapa Ba, yang penting kamu inget sekarang. Makasih yah hadiahnya." Dona mengambil hadiah itu, lalu meneliti setiap sudutnya seraya menebak apa isinya,

"Aku tebak, isinya pasti hal yang aku sukai."

"Iya dong, masa aku kasih kamu hadiah isinya yang nggak kamu sukai."

Dona terkekeh pelan, ia terlihat sangat cantik dengan senyuman ceria itu,

"Aku buka yah?"

"Buka aja."

Kemudian, suara ponsel milik Bara berbunyi, pria itu mengintip nama yang tertera di layar panggilan itu, lalu berpamitan kepada Dona dengan alasan ada kelas pagi.

"Aku ke kelas duluan yah Na, sebentar lagi dosen dateng soalnya."

"Iya hati-hati Ba."

Tanpa ada rasa curiga, Dona menyetujuinya dengan senang hati. Tentu saja, setiap pacar pasti tidak mengetahui kapan jadwal pacarnya belajar. Dan itu tidak membuat Dona berpikiran negatif, ia tahu bahwa Bara menerima telepon dengan sembunyi-sembunyi, dan mungkin saja panggilan telepon itu terlalu rahasia sampai Dona tidak boleh mengetahuinya.

Dona memang dewasa, ia selalu berpikiran positif. Menurutnya mencurigai orang lain, hanya akan mengundang penyakit.

Sebuah notifikasi pesan di ponselnya berbunyi, Dona langsung membaca isi pesan itu dan melupakan hadiah dari Bara.

Reuni Alumni

Gero :

Selamat datang. Ini Grup alumni yang mau ikut reunian. Di sini juga bakal ada info terkait hal itu, jadi jangan ada yang keluar grup, atau gue coret nama lo pakai pulpen merah.

Alfina :

Siapa aja yang ikut bang Ger?

Dea :

Cih Abang, mentang-mentang pacaran.

Gero sent photo

Dea :

Donaa... @dona Lo ikut? Ahhhh,, gue kangen sama lo.

Dona :

Dasar jomblo.

Dea :

Biarin, nanti kita curhat-curhatan yah. Mumpung gue liburan kuliah, kalau gue udah balik ke Australia, lo pasti kangen lagi sama gue.

Dona :

Emang rencana reuninya nginep?

Tanpa nama :

Iya, nginep satu hari, untuk melepas rindu.

Gero :

@tanpanama mau gue sebutin nama lo nggak?

Dea :

Emang siapa Ger?

Alfina :

2

Gero :

Dia si anak orang kaya, yang ngebiayain reuni kita.

Saat membaca kalimat itu, Dona teringat akan Fairel yang notabenenya orang kaya. Akan tetapi, ia tidak pernah bertemu dengan orang itu saat SMA. Ya, mungkin saja dia orang lain.

Dona juga pasti akan sulit bergerak jika Fairel ada di sana.

Dona tidak melihat gambar yang dikirim Gero, gadis itu tidak peduli dengan hal seperti itu. Yang ia lakukan hanyalah datang ke reuni pada waktunya, Dona juga tidak ikut berpartisipasi menjadi panitia dalam reuni nanti.

Saat memikirkannya, pria bernama Fairel itu tidak sengaja bertatapan dengan mata Dona.

Fairel tidak memalingkan pandangannya, ia terus menatap mata Dona sambil berjalan ke arahnya.

Dona terpaku dengan tatapan itu, ia seperti terhipnotis dan diam ditempat seperti patung.

Saat mereka berpapasan, Fairel mengangkat satu tangannya seraya melambai.

Dona tidak menyangka akan sikap Fairel barusan, ia sudah melarangnya untuk tidak sok kenal di kampus, tetapi lihat apa yang dilakukan Fairel, pria itu malah melambaikan tangan kepadanya seraya menyapa.

Dona hendak memalingkan wajah, namun genggaman tangan yang melingkar di tangan pria itu membuat mata Dona membelalak tak percaya.

"Anter gue yuk Rel, beli barang," ajak Meta sambil bergelayut mesra di tangan kekar milik Fairel.

Fairel hanya mengangguk, dan memalingkan tatapannya menjadi berporos pada Meta.

Dona hampir tertawa miris melihatnya, barusan apakah Dona yang terlalu percaya diri? Sampai ia berpikir kalau Fairel akan menyapanya setelah apa yang dilakukan Dona hari itu?

Harga diri Dona langsung terlempar ke dasar jurang yang sangat dalam. Ia malu sekaligus kesal atas sikap Fairel. Ia merutuki pria itu.

Aku ingin percaya sama kamu, percaya dengan semua yang kamu lakukan. Sehingga hatiku tidak akan mudah berpaling, karena dalam pikiranku kamulah satu-satunya orang yang dapat aku percayai.

DONA

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Bego lu dona, cowok yg lu puja2 itu brengsek
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Matchmaking   2. Datang untuk Patah

    Jangan memikirkan dia yang pergi untuk mematahkan hati. Cukup pandang aku, yang sedang berusaha merebut hati.Fairel De Ferron———Mereka sampai di toko Nea yang menyediakan semua perlengkapan dalam hidup, dari perlengkapan sekolah, hadiah ulang tahun, anniversary, dan perlengkapan reuni.Seorang penjaga toko itu terlalu asyik memainkan ponselnya, hingga tidak mengucapkan selamat datang kepada pembeli yang baru saja masuk.Loey menyuruh Meta untuk membeli kertas origami, dan beberapa lampu tumbler untuk menerangi kemah reuni mereka nanti. Kata dia, ini sebagai syarat terakhir untuk bisa memaafkan kesalahan yang Meta buat.Loey terlalu memanfaatkan Meta dalam hal apapun, dan anehnya gadis itu selalu menuruti apapun yang keluar dari bibir Loey. Cinta memang selalu ada

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-04
  • Matchmaking   3. Percaya atau Tidak

    Dengan semua yang kulakukan, sekarang kamu percaya akan aku yang setia kepadamu?Fairel——Fairel tidak fokus terhadap perbincangan yang dibicarakan seseorang di hadapannya. Pikirannya kalut, karena ucapan Dona masih terngiang di telinganya."Hah— apa?" Fairel kembali cengo, ia sudah meminta kliennya untuk mengulangi ucapannya dan itu hampir sepuluh kali.Untung saja, kliennya itu penyabar, serta tidak tersulut emosi. Mungkin karena Fairel sosok yang berbakat, dan dia begitu menggemari karya yang dihasilkan oleh Fairel."Kak, mending minum dulu. Tenangin pikiran kakak dulu, sebelum aku mengulangi perkataan aku lagi," ucap Fania seraya menginterupsi. Ia menyodorkan teh hangat yang baru saja tiba di mejanya ke arah Fairel.Fairel menanggapi dengan senyuman

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-05
  • Matchmaking   4. Maafkan Aku

    Aku terlalu kelewat batas dalam bersikap kepadamu. Aku tidak bisa mengontrol apapun, harusnya aku mengatakannya sedari dulu, bahwa aku bersyukur memiliki kamu.Loey A.N.———Plak!Tangan yang gemetaran itu dengan lantang menampar pipi kanan Fairel hingga tercetak kemerahan yang berbentuk kelima jarinya di sana.Mata cantik itu berubah kemerahan karena menahan amarahnya yang memuncak.Benar-benar menjijikkan! Bagaimana bisa, pria di hadapannya itu melakukan hal yang tidak benar kepadanya."BRENGSEK! DASAR SIALAN!" umpatnya tanpa ada sepatah katapun yang terdengar manis.Fairel mengalihkan tatapannya, memandangi jalan raya yang cukup sepi dari kaca depan mobilnya.Fairel merasakan pipinya yang berdenyut, sakit dan perih

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-06
  • Matchmaking   5. Jaga Aku

    Mulut dan hati keduanya sama-sama susah dijaga, jadi kamu harus patuh, agar aku bisa menjaganya.BARA?———Kemarin, bertepatan dengan ulang tahun Dona pada tanggal 09-09-2021, Loey mengikuti pertandingan tinju yang didaftarkan oleh coach-nya.Bara, Meta, dan Loey saat ini sedang berada di tempat pertandingan. Tempat pertandingan itu terlihat kumuh, dan terlihat seperti bangunan yang tidak pernah terpakai. Warna cat keputihan yang mulai mengelupas dan luntur, serta banyak debu di mana-mana. Penerangan minim, yang hanya menyoroti tempat istirahat petinju, serta ring, membuat kesan pertama Meta adalah sedikit horor.Tentu saja, pertandingan itu diadakan secara sembunyi-sembunyi. Bahkan banyak sekali penjaga yang menjaga di depan pintu masuk. Serta gerbang rumah itu yang se

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-07
  • Matchmaking   6. Kebohongan

    Itulah kenapa kebohongan itu dosa, karena mengucapkannya tidak sesulit mengucapkan kebenarannya.DONA———"Sayang ... turun yuk, kita makan bareng, ayah udah pulang."Teriakan yang berasal dari luar pintu kamarnya berhasil membuyarkan lamunan Dona.Gadis itu segera berdiri, membuka pintu kamarnya, lalu berjalan menuruni tangga menuju meja makan yang terletak di dapur.Semua anggota keluarga sudah berkumpul di meja makan, mengelilingi meja itu dengan sesekali memberikan canda gurau.Dona menghentikan langkahnya kembali, ketika pikiran gadis itu teringat akan Fairel. Gadis itu menghembuskan nafas kasarnya, merasa lelah dengan sesuatu yang terasa rumit dan sulit di hadapi.Dona tidak bisa mengelak permintaan Dion, ayahnya. Ia sangat ta

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-08
  • Matchmaking   7. Rasa Sakit Kebahagiaan

    Jika dengan rasa sakit ini, kamu memperhatikanku, memahami keadaanku. Aku rela melakukannya, hanya demi kamu.FAIREL————Gow menyeret tubuh anaknya yang berdarah-darah itu ke kamar anaknya sendiri. Beliau membawanya ke sudut kamar di samping lemari pakaian, lalu mengikat kedua tangan dan kakinya dengan tambang agar tidak bergerak ke mana-mana.Gow tidak punya perasaan, ia membiarkan anaknya mati kedinginan tanpa selapis baju atasan, ditambah darah segar yang terus mengalir itu yang tak kunjung mengering, membuat Fairel sedikit kewalahan, hingga nyaris tidak kuat menopang tubuhnya."Berdiri terus di sini sampai ayah kembali ke kamar kamu lagi. Jika ayah ngeliat kamu duduk, kamu tahukan apa yang akan ayah perbuat?" Senyum menyeringai tercetak di bibir Gow yang memiliki kumis dan jenggot.

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-09
  • Matchmaking   8. Terimakasih

    Terimakasih untuk segalanya. Terimakasih karena sudah terlahir sebagai perempuan, terimakasih karena sudah terlahir dengan nama Dona yang penuh ketulusan. Semoga kehidupanmu, penuh dengan kebahagiaan, walau tanpa aku di sana. Bara atau Fairel? ————————— Dona kembali sambil membawa nampan berisikan dua piring. Ia masih kepikiran dengan apa yang dilihatnya barusan, makanan yang dibuang di dapur tanpa ada rasa sayang atau mubazir, dan kemudian diganti dengan makanan baru. Mungkin basi?! Batin Dona membeo, ia tidak ambil pusing dengan hal itu, atau menceritakan kejadiannya kepada Fairel. Pria itu mungkin akan merasa sakit hati jika mendengarnya. Dona memberikan satu piring berisi makanan dan lauk pauk yang sudah lengkap, ditambah es teh dingin, begitu juga de

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-10
  • Matchmaking   9. Tentang Meta

    Aku begitu menderita, sampai merasa bernafas saja terasa sesak. Apa yang salah dengannya, hanya ingin bahagia dengan ibunya, apa tidak boleh? Dan jangan ada yang lain. Please?Metta———Dona berlari ke arah Bara, lalu kemudian memeluknya dengan erat, terlihat seperti seorang anak yang sedang merindukan ayahnya.Dona hanya paranoid, dia takut jika hubungannya dengan Bara nanti akan putus dan berakhir dengan canggung.Bara menurunkan tatapannya, menatap wajah Dona yang bersembunyi di dadanya."Janjinya jam berapa Na?" tanya Bara mengejek, namun tampaknya Dona tidak bisa diajak bercanda.Gadisnya itu terus mengeratkan pelukannya, menyembunyikan wajahnya lebih dalam, dan memejamkan kedua matanya, seolah meyakinkan diri, kalau Bara adalah miliknya.Bara tidak akan pergi

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-15

Bab terbaru

  • Matchmaking   Mari Berkenalan dan Ucapan Terimakasih

    Saya mau berterimakasih kepada kalian semua, yang dengan setia membaca novel aku sampai selesai. Banyak kekurangan dari matchmaking ini, dan dari itu, saya meminta kritik dan sarannya yang bisa membangun diri saya untuk menjadi penulis yang lebih hebat lagi. Di novel ini, saya menyadari banyak sekali typo. Saya akan memperbaikinya. Apa kabar kalian? Saya @kkiiyys. Bisa kalian panggil kiy, salam kenal untuk kalian semua. Kalian, berasal dari kota mana saja? Saya juga berharap, kalian mau memberikan vote, komentar yang membangun, serta memberi novel saya rating sesuai dengan isi novelnya. Saya ingin tahu, apa kalian menyukai novel saya? Atau kalian tidak menyukainya? Apa komentar terakhir kalian buat pasangan nggak jelas ini, yaitu • Dona sama Fairel? Apa pesan kalian, untuk pasangan • Meta sama Loey? Untuk • Alfina dan Gero? Untuk • Fera dan Bara? Untuk • Seyi dan Wima? Untuk saya, mungkin?

  • Matchmaking   88. Tamat

    Fairel tidak langsung pulang ke rumah. Setelah pekerjaannya selesai, pria itu bergegas mencari keberadaan Dona. Bahkan, Gero sendiri sampai ia turunkan di jalan. "Jadi, gue turun di sini gitu?" Gero kesal setengah mati ketika mobil Fairel menepi, dan jaraknya menuju rumah masih jauh. "Gue minta maaf. Tapi gue harus nyari Dona." "Gue paham. Gue paham banget masalah lo, gimana kalau gue bantu cari aja. Kita sama-sama cari dari satu komplek ke komplek lain." Itu ide bagus. Hanya saja Fairel ingin sendiri. Gero kembali merayu,"Gue janji deh, gue nggak bakal nyusahin lo. Boleh yah, gue ikut?" Fairel menganggukan kepala dengan terpaksa. Ia kembali melajukan mobilnya tak tentu arah. "Tunggu, tunggu. Keluarga Dona ada siapa aja sih?" Gero baru mengingat hal itu. Fairel bersikap seolah Dona tinggal seorang diri. Sehingga tidak ada siapapun yang bisa dihubungi. "Gue udah ngehubungi kakaknya Dona sama bunda, tapi nggak aktif nomornya.

  • Matchmaking   87. Kehilangan dan Menghilang

    Semuanya sudah jelas dan terungkap. Walau terdengar sedikit mengejutkan, tetapi itulah kenyataannya. Fairel hendak berkunjung ke rumah Dona, akan tetapi ayahnya melarang hal itu. Beliau mengatakan sudah malam, dan lebih baik dibicarakan esok saja. Fairel menurut, karena perkataan ayahnya itu memang benar. Di sinilah mereka berada, Meta, Nea dan dirinya sedang berkumpul di kamar Fairel. "Kok lo bisa muncul tiba-tiba?" tanya Fairel langsung ke intinya. Fairel atau Nea, mereka sama-sama tidak punya janji untuk bertemu dengan Meta. Tetapi, dengan mengejutkannya, gadis itu menghampiri keluarga Fairel dan mengatakan kebenaran yang paling penting. "Soalnya tadi, gue habis teleponan sama Dona. Dia nutup telepon gue sepihak, setelah nanyain hadiah apa yang lo dapetin pas perlombaan waktu itu." Deg! Jantung Fairel seakan ada yang menusuk dan membuatnya berhenti. Ia melupakan satu hal itu, Fairel pikir, ia akan memberitahu Dona tepat dua

  • Matchmaking   86. Semua Tentang Dona

    "Baru ke sini lagi? Ke mana aja nih?" Kedua sejoli itu saling bertukar pandang. Mereka bersama-sama menanyakan jawaban yang kompak untuk pertanyaan Bi Oni. Senyuman terukir manis di bibir keduanya, mereka kompak menjawab,"Baru balikan, Bi." "Wuah ...." Bi Oni bahkan sampai bertepuk tangan, hingga sarung tangannya yang penuh terigu itu berterbangan mengotori rambut Dona. Dona terkikik geli, dengan sigap Fairel membersihkan rambut Dona dengan tanganya. Penuh ketelatenan. Setelah membayar semua jajanan yang mereka beli, keduanya pamit. Mereka berjalan berdua mencari kenangan romantis yang bisa diukir. Mereka juga memilih membolos pada mata kuliah ketiga. Fairel meninggalkan mobilnya di kampus, mereka berencana akan kembali lagi ke kampus setelah mencari penat. Dona asyik menyuapkan sosis bakar bumbu rujak sebagai menu terbaru di kedai Bi Oni. Berbeda dengan Fairel, tangannya masih sibuk membersihkan rambut Dona dari tepung.

  • Matchmaking   85. Berbaikan

    "Ngapain Dona di sini?" Setelah duduk, Fairel diam-diam berbisik ke telinga Meta ketika dirinya berhasil mencuri waktu. Fairel tidak bisa bergerak, posisi duduknya dihimpit oleh dua wanita yang sedang memiliki masalah dengannya. Untuk bernafas saja, dirinya jadi kikuk tidak karuan. Apalagi, ketika Meta menjawab dengan gelengan acuh, membuat semuanya hancur. Fairel tidak mungkin mengusir Dona. Ia tidak sejahat itu dalam memperlakukan manusia. Walaupun dulu kata-katanya menyakitkan, tidak sampai mengusir juga. Fairel memilih menelungkupkan kepalanya diantara tumpukan tangan yang dilipat di atas meja. Memandangi dua wanita di sampingnya secara bergantian, membuat kepalanya berdenyut. Fairel tidak akan merubah posisinya sampai jam kuliah selesai. Meta dan Dona saling tukar pandang. Mereka berdua tengah menahan tawa melihat Fairel yang gelisah dan tidak mau diam. Dalam posisinya tadi, tangan Fairel terus bergerak. Entah meny

  • Matchmaking   84. Memutar Balik Rasa

    Dona membuka kedua matanya. Cahaya dari sinar matahari membuat pandangannya menjadi silau. Dona meringis, ia memalingkan wajahnya agar tidak terkena silau matahari. Hanya saja, ketika hendak berpindah, seseorang berdiri di hadapan Dona, menghalangi matahari yang menyinari ruangan. Pelan-pelan, Dona menatap tubuh itu dari bawah sampai ke atas. Ia sampai memekik ketidak menyadari bahwa ada Fairel di kamarnya. Dona beringsut mundur, hingga punggungnya terantuk papan ranjang dengan menarik selimut sampai menutupi dadanya. "Lo ... lo ngapain di sini?" tanya Dona gugup. Masalahnya, ia tengah berpikir yang tidak-tidak. "Anggap aja pelukan kemarin itu nggak pernah terjadi." Dona memutar bola matanya jengah. Hatinya bertanya-tanya, tentang kemarin. Memangnya apa yang terjadi? Dona melepaskan selimut yang menutupi dadanya. Ia memandangi bajunya yang berganti, dan kembali memekik sembari memelotot ke arah Fairel. "Apa yang lo laku

  • Matchmaking   83. Tentang Kita yang Bersatu Dengan Hujan

    "Kenapa lo lari?" Meta berhasil menyusul Dona. Gadis itu menangis di setiap larinya. "Terus gue harus gimana? Gue nggak mau ketemu sama orang yang benci sama gue." Guratan amarah terlihat dari setiap ekspresi Dona. Meta tahu, sahabatnya itu tengah frustasi dengan semuanya. Ketika ingin menghindar, Dona malah bertemu dengannya. "Gue yakin, Fairel nggak benci sama lo." Dona ingin percaya, namun ia menyadari kalau kalimat itu adalah kebohongan. Kalimat yang hanya digunakan untuk menenangkan hati dan pikiran. Dona menatap ke jalan raya yang lumayan lengang,"Gue cuman pengen denger hal itu dari mulut Fairel sendiri. Tapi gue yakin, itu nggak mungkin." Dona menghela nafas dengan gusar. Kalau boleh jujur, Dona sebenarnya masih mencintai Fairel. Dona rela melakukan apapun demi Fairel. Tetapi, jika pria itu menolak semua hal tentang Dona, ia tidak punya pilihan. "Gue mau sembunyi di sana, kalau lo masih peduli sama gue. Bila

  • Matchmaking   82. Ketahuan Lari Dari Kenyataan

    Ketiga orang itu heboh. Di dalam stadion, Meta, Nea, dan Dona terus meneriaki nama Gero hingga mengalahkan lolongan suara suporter tim sebelah. Meta, Nea dan Dona datang ke stadion perlombaan basket dengan penampilan yang urakan. Mereka mampir ke toko Nea untuk membeli ikat rambut yang penuh dengan rumbai-rumbai dari tali rafia serta bola-bola kecil yang terbuat dari bahan yang sama. Mereka juga memiliki terompet yang cukup besar suaranya, sesekali Meta meniup terompet tersebut, membuat Nea dan Dona menjauh, begitu juga penonton yang duduk di depannya. Bahkan ada yang sampai mengomeli Meta. Ketiganya itu malah tertawa menanggapi kalimat sinis dari kursi penonton di depannya. "Udah, udah. Jangan ditiup lagi Met. Bisa-bisa, bukannya pertandingan basket malah jadi arena tawuran gara-gara lo." Meta angkat tangan. Benar juga kata Dona, bisa jadi Meta jadi sasaran empuk para wanita yang tengah menyoraki idolanya. Meta yang ringkih itu bisa sekali tendang da

  • Matchmaking   81. Nonton Bersama Musuh (Dulu)

    "Ayah, ngirim surat undangan itu ke rumah kita?" Tidak seperti biasanya, setelah bercerai dengan Dion. Dona tampak membenci ayahnya sendiri. Setiap kita sebagai keluarga menyebutkan nama Dion, Dona selalu berusaha bersikap masa bodo dan tidak mau dengar. "Bukan, ini dari temennya Kak Wima." "Iya, ayah nitipin kan lewat dia?" "Kenapa kamu sewot sih Dek?" Dona langsung terdiam mendengar bentakan kakaknya,"Kenapa ribet banget. Kita nggak usah datang. Udah gitu aja." Aliya-pun ikut mengambil jalan terbaik dengan merobek surat undangan itu menjadi serpihan kecil dan langsung ia buang ke tempat sampah. Semua kenangan tentang Dion harus Aliya buang jauh-jauh. Dion hanya menjadi bumerang saja dalam keluarga. Walau begitu, Aliya masih bisa melihat sikap baik Dion dengan melihat anak-anaknya yang sekarang tumbuh dewasa. Dona memilih pergi ke kamarnya. Ia perlu merapikan kamarnya dan membentang karpet karena kemungkinan Aliya belum se

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status