Home / Romansa / Matchmaking / 51. Lari Sebulan

Share

51. Lari Sebulan

Author: 10_Welcome
last update Last Updated: 2022-03-17 15:31:17

"BUNDAAA...."

Samar-samar, suara yang begitu familiar di telinga Aliya seperti terbawa oleh angin.

Berkali-kali, Aliya melihat sekitar ruangan, tetapi tidak ada seseorang yang memiliki suara itu.

Apa Aliya halusinasi? Mungkin saja, karena semalaman hati Aliya kacau. Ia perlu menata kembali hatinya yang rapuh, agar bisa kembali bertahan hidup dengan kedamaian.

"BUNDAAA...." Suara nyaring itu begitu menekankan telinganya, Aliya sampai terperanjat kaget karena sedang melamun tadi.

Aliya berdiri, ia kembali melarikan pandangannya ke seluruh penjuru. Hanya saja, kali ini Aliya bisa melihat sosok yang meneriakinya.

Senyum cantik terbit dari bibir Aliya. Anak cantiknya itu sudah pulang dari reuni. Berdiri di ambang pintu rumah sembari memegang buket bunga mawar berwarna merah muda.

Baru saja Aliya ingin menghampiri Dona, tubuhnya itu sudah terdorong lebih dekat ke arah Aliya, berbeda dengan Wima yang cekikikan.

Kakaknya itu selalu pun

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Matchmaking   52. Tamu Tak Diundang

    "Lo mau ke mana?" teriak Wima dari atas tangga.Baru saja mandi dan ganti pakaian, setelah turun dari kamar, ia menemukan Dona yang tengah berlari kencang menuju pintu rumah dengan pakaian yang tadi.Dona menjawab asal sambil terus berlari, suaranya makin terdengar rendah,"Mau ke sini dulu. Nanti pulang jam enam."Dona tidak menyadari kalau Dion sudah pulang. Ayahnya itu terus menatap punggung anaknya yang menjauh dari atas balkon. Helaan nafas berat keluar dari hidungnya, Dion menyesal kopi hangatnya yang baru saja Aliya sajikan."Dona mau ke mana? Dia pamit sama kamu?"Aliya bengong, ia menelengkan kepalanya ke kiri seraya mengingat-ingat,"Dia nggak ke mana-mana.""Huh." Dion membuang nafas kasar, ia meraup wajahnya yang kusut."Barusan dia pergi. Makin lama, Dona makin nggak bisa diomongin yah. Urus Dona yang bener, dia udah punya tunangan sekarang."Aliya merapatkan kesepuluh jari tangannya,"Mas, kamu juga h

    Last Updated : 2022-03-17
  • Matchmaking   53. Kebenaran Mulai Terungkap

    "DONA? Terus gue harus gimana? Gue sembunyi di mana ini Rel?" Meta gelagapan, ia menghentakkan kedua kakinya ke lantai karena kesal tidak bisa menemukan solusinya. Jika Meta ketahuan berada di kamar Fairel, hanya akan memperumit masalah. Bisa saja Dona akan memusuhinya dan Fairel. Seperti ini. "Jadi, kalian diam-diam bermain di belakang gue?" Dona menghela kasar, dipandanginya satu persatu diantara mereka berdua. Ekspresi mereka sangatlah lucu. Walaupun sudah ketahuan selingkuh, mereka seperti tidak merasa bersalah sama sekali. Seolah, dari dulu mereka memang ingin memberitahukan hubungan sialnya itu ke semua orang. Di sini, seolah Dona yang terlalu mengemis. "Bukan kayak gitu. Gue cuman main. Lo harus tahu, kalau kita itu temen dari kecil." Dona tertawa terbahak-bahak, ia terus menghunus bola mata Fairel dan Meta secara bergantian. Sekuat tenaga, Dona harus terlihat kuat. Ia tidak boleh menangis. "Jadi, apakah setelah

    Last Updated : 2022-03-18
  • Matchmaking   54. Main ke Tetangga

    Pipi Dona memerah ketika dirinya dibawa masuk ke dalam kamar Fairel. Ini bukan pertama kalinya Dona masuk ke dalam Fairel, hanya saja ia baru menyadari kalau kamar tersebut begitu wangi jeruk. Mungkin karena keadaannya yang berbeda. Waktu itu, Fairel dalam keadaan terluka parah. Jadi, Dona tidak bisa menyadari kamar indah ini, karena pikirannya kalut karena penuh darah. Fairel menggiring Dona ke tepi ranjang, pria itu menyuruh Dona untuk duduk di kasur empuknya. Fairel menghela lega karena setelah pulang dari reuni, pria itu langsung mengganti seprai. Jadi, Dona tidak akan ilfeel hanya karena seprai yang kotor dan penuh bercak air liur. "Gue baru tahu, lo suka wangi jeruk." Dona terus mengendus, menghirup lebih dalam aroma jeruk yang begitu menenangkan hatinya. Wangi jeruk yang selalu Dona idamkan, karena buah favoritnya adalah jeruk. "Iya. Soalnya wanginya segar aja." Dona menjentikkan jarinya heboh, ia terus menggoyan

    Last Updated : 2022-03-18
  • Matchmaking   55. Tidur di tempat Dia

    "Oh iya, kalian udah pada makan belum? Gimana kalau kita makan dulu. Ya enggak Rel?" Setelah berkumpul dan mengobrol bersama-sama. Menceritakan kisah lucu, sedih, dan romantis secara bersamaan, Yuni berpikiran untuk menjamu pacar Fairel. Jari sudah semakin sore, Meta bahkan belum makan dari pagi. Anaknya itu selalu makan camilan setiap harinya. "Yaudah yuk, makan. Gue juga udah laper nih." Meta segera berdiri dan berjalan menuju dapur. Meja makan mereka tempatkan di dapur. Karena menurut Yuni, ini tidak terlalu merepotkan, apalagi ketika semua masakan tersedia di sana. "Udah, jangan malu-malu yuk. Fairel malu-maluin dia mah." Dona terkekeh, ia ikut berdiri dan berjalan beriringan di samping Yuni menuju dapur. Menurut Dona, ibunya Meta begitu baik dan ramah kepadanya. Dona diperlakukan seperti anak atau sanak saudaranya, yang akan dijamu dan mengobrol apapun tanpa kenal lelah atau rasa malu. Setelah duduk melingkar mengi

    Last Updated : 2022-03-19
  • Matchmaking   56. Menantu

    "Selamat malam ayah!" sapa Dona begitu manis, Gow mengangguk asal. Gow terlihat sangat kikuk, Fairel terus menatap ayahnya itu dalam jarak dekat. Jarang-jarang, Fairel dapat menatap ayahnya sedekat ini. Paling, ketika Gow memukulinya, hanya saat itu Fairel bisa menatap ayahnya dekat, bahkan baru mengetahui kalau ayahnya itu sudah memiliki uban. "Selamat malam Sayang. Kamu mau keluar?" tanya Gow lemah lembut. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana. Tak pernah sedikitpun, Gow menanyakan kabar Fairel, atau mengucapkan kalimat penuh lemah lembut seperti itu. Untuk pertama kalinya, Dona membuat Fairel menyadari kalau ayahnya juga memiliki hati nurani. "Iya ayah. Atau mau ikut? Dona dengan senang hati, kalau ayah bisa ikut sama kita." Gow membuang muka, bibirnya dirapatkan seperti menahan tawa,"Jadi... maksud kamu, ayah mau dijadiin obat nyamuk?" Dona menggeleng,"Eh, bukan gitu. Aku nggak maksud kayak gitu ayah."

    Last Updated : 2022-03-19
  • Matchmaking   57. Makan Malam Bersama Calon Mertua

    "Ayo... ayo kita duduk."Seyi menggiring semua orang untuk duduk di kursi masing-masing. Dona sudah memesan meja, jadi pelayan tinggal menunjuk nomor meja yang dipesan.Suasana restoran ini cukup sepi. Dona sengaja memesan tempat yang cukup sepi untuk mengobrol dan berkumpul bersama keluarga.Sebenarnya restoran ini adalah rekomendasi dari Dea. Sebelum ke luar negeri, Dea selalu mengajaknya pergi makan-makan secara gratis, dan menuruti Dona, dari semua restoran yang Dea ajak, restoran ini adalah yang terbaik untuk kumpul keluarga.Dekorasi restoran yang mewah, dengan penuh aksen rumput di dinding dan di lantai, seperti sebuah restoran sederhana kelas menengah. Hanya saja, makanan di sini sangat mahal.Lampu lentera menyala di setiap penjuru, hembusan angin menerbangkan setiap keheningannya. Selain itu, restoran ini juga menghadap langsung dengan alam. Ada spot foto yang cocok untuk menyejukkan otak bagi para pembeli.Dona mengangkat tanganny

    Last Updated : 2022-03-20
  • Matchmaking   58. Lagu Untuk Fairel

    "Rel...."Dona heboh di tempat duduknya, gadis itu melambaikan tangan agar Fairel menghampirinya.Fairel pergi ke kampus mengenakan kaos biasa dan celana jeans. Pria itu tampak tidak ingin kelihatan kasual di mata siapapun.Fairel menghampiri Dona, pria itu duduk di tempat yang sudah gadisnya sediakan.Hati Fairel tersentuh melihatnya. Dulu, Dona terlihat ingin selalu jauh-jauh dari dirinya. Waktu itu, di mata Dona Fairel layaknya kuman yang harus dibasmi. Berbeda dengan sekarang, Fairel layaknya parfum yang harus selalu dipakai oleh Dona."Cie... pasangan tahun ini nempel-nempel terus," ejek Meta. Gadis itu langsung duduk di tempat duduknya.Meta sekarang harus duduk seorang diri. Dulu Fairel selalu duduk bersamanya. Karena Loey dan Meta mengambil jurusan yang berbeda."Duduk di sini yah, Rel."Fairel menggeleng, pria itu langsung berdiri dari duduknya,"Nanti kita makan bareng yah, Na."Fairel berpamitan untuk dud

    Last Updated : 2022-03-20
  • Matchmaking   59. Mencari Kemiripan

    Hari sudah semakin sore. Fairel dan Dona memilih bersantai dulu di taman kampus sebelum pulang ke rumah. Kursi besi itu sudah diduduki oleh Fairel dan Dona, dilindungi oleh pohon besar yang terasa sangat menyejukkan. "Rel, gue mau nanya sesuatu, boleh?" Fairel mengangguk pelan. Pria itu seperti sedang memikirkan sesuatu yang tidak Dona ketahui. Terpaksa, Dona harus menanyakan siapa nama kakaknya agar Dona tidak penasaran lagi. "Nama kakak lo siapa?" Fairel menoleh, wajahnya tampak segar seperti semangatnya baru saja kembali. Apakah mengingat kakaknya, Fairel jadi semangat hidup lagi? Fairel mengulum senyum,"Namanya Nea." Dona hampir terjungkal jika saja Fairel tidak menjaganya. "Hati-hati," ucap Fairel mengingatkan. Dona mengangguk, jari-jemarinya terus bergerak merapikan rambutnya. Jantung Dona seakan meledak ketika Fairel mengatakan nama Nea dengan begitu jelas. Jadi, dugaannya dari dulu it

    Last Updated : 2022-03-21

Latest chapter

  • Matchmaking   Mari Berkenalan dan Ucapan Terimakasih

    Saya mau berterimakasih kepada kalian semua, yang dengan setia membaca novel aku sampai selesai. Banyak kekurangan dari matchmaking ini, dan dari itu, saya meminta kritik dan sarannya yang bisa membangun diri saya untuk menjadi penulis yang lebih hebat lagi. Di novel ini, saya menyadari banyak sekali typo. Saya akan memperbaikinya. Apa kabar kalian? Saya @kkiiyys. Bisa kalian panggil kiy, salam kenal untuk kalian semua. Kalian, berasal dari kota mana saja? Saya juga berharap, kalian mau memberikan vote, komentar yang membangun, serta memberi novel saya rating sesuai dengan isi novelnya. Saya ingin tahu, apa kalian menyukai novel saya? Atau kalian tidak menyukainya? Apa komentar terakhir kalian buat pasangan nggak jelas ini, yaitu • Dona sama Fairel? Apa pesan kalian, untuk pasangan • Meta sama Loey? Untuk • Alfina dan Gero? Untuk • Fera dan Bara? Untuk • Seyi dan Wima? Untuk saya, mungkin?

  • Matchmaking   88. Tamat

    Fairel tidak langsung pulang ke rumah. Setelah pekerjaannya selesai, pria itu bergegas mencari keberadaan Dona. Bahkan, Gero sendiri sampai ia turunkan di jalan. "Jadi, gue turun di sini gitu?" Gero kesal setengah mati ketika mobil Fairel menepi, dan jaraknya menuju rumah masih jauh. "Gue minta maaf. Tapi gue harus nyari Dona." "Gue paham. Gue paham banget masalah lo, gimana kalau gue bantu cari aja. Kita sama-sama cari dari satu komplek ke komplek lain." Itu ide bagus. Hanya saja Fairel ingin sendiri. Gero kembali merayu,"Gue janji deh, gue nggak bakal nyusahin lo. Boleh yah, gue ikut?" Fairel menganggukan kepala dengan terpaksa. Ia kembali melajukan mobilnya tak tentu arah. "Tunggu, tunggu. Keluarga Dona ada siapa aja sih?" Gero baru mengingat hal itu. Fairel bersikap seolah Dona tinggal seorang diri. Sehingga tidak ada siapapun yang bisa dihubungi. "Gue udah ngehubungi kakaknya Dona sama bunda, tapi nggak aktif nomornya.

  • Matchmaking   87. Kehilangan dan Menghilang

    Semuanya sudah jelas dan terungkap. Walau terdengar sedikit mengejutkan, tetapi itulah kenyataannya. Fairel hendak berkunjung ke rumah Dona, akan tetapi ayahnya melarang hal itu. Beliau mengatakan sudah malam, dan lebih baik dibicarakan esok saja. Fairel menurut, karena perkataan ayahnya itu memang benar. Di sinilah mereka berada, Meta, Nea dan dirinya sedang berkumpul di kamar Fairel. "Kok lo bisa muncul tiba-tiba?" tanya Fairel langsung ke intinya. Fairel atau Nea, mereka sama-sama tidak punya janji untuk bertemu dengan Meta. Tetapi, dengan mengejutkannya, gadis itu menghampiri keluarga Fairel dan mengatakan kebenaran yang paling penting. "Soalnya tadi, gue habis teleponan sama Dona. Dia nutup telepon gue sepihak, setelah nanyain hadiah apa yang lo dapetin pas perlombaan waktu itu." Deg! Jantung Fairel seakan ada yang menusuk dan membuatnya berhenti. Ia melupakan satu hal itu, Fairel pikir, ia akan memberitahu Dona tepat dua

  • Matchmaking   86. Semua Tentang Dona

    "Baru ke sini lagi? Ke mana aja nih?" Kedua sejoli itu saling bertukar pandang. Mereka bersama-sama menanyakan jawaban yang kompak untuk pertanyaan Bi Oni. Senyuman terukir manis di bibir keduanya, mereka kompak menjawab,"Baru balikan, Bi." "Wuah ...." Bi Oni bahkan sampai bertepuk tangan, hingga sarung tangannya yang penuh terigu itu berterbangan mengotori rambut Dona. Dona terkikik geli, dengan sigap Fairel membersihkan rambut Dona dengan tanganya. Penuh ketelatenan. Setelah membayar semua jajanan yang mereka beli, keduanya pamit. Mereka berjalan berdua mencari kenangan romantis yang bisa diukir. Mereka juga memilih membolos pada mata kuliah ketiga. Fairel meninggalkan mobilnya di kampus, mereka berencana akan kembali lagi ke kampus setelah mencari penat. Dona asyik menyuapkan sosis bakar bumbu rujak sebagai menu terbaru di kedai Bi Oni. Berbeda dengan Fairel, tangannya masih sibuk membersihkan rambut Dona dari tepung.

  • Matchmaking   85. Berbaikan

    "Ngapain Dona di sini?" Setelah duduk, Fairel diam-diam berbisik ke telinga Meta ketika dirinya berhasil mencuri waktu. Fairel tidak bisa bergerak, posisi duduknya dihimpit oleh dua wanita yang sedang memiliki masalah dengannya. Untuk bernafas saja, dirinya jadi kikuk tidak karuan. Apalagi, ketika Meta menjawab dengan gelengan acuh, membuat semuanya hancur. Fairel tidak mungkin mengusir Dona. Ia tidak sejahat itu dalam memperlakukan manusia. Walaupun dulu kata-katanya menyakitkan, tidak sampai mengusir juga. Fairel memilih menelungkupkan kepalanya diantara tumpukan tangan yang dilipat di atas meja. Memandangi dua wanita di sampingnya secara bergantian, membuat kepalanya berdenyut. Fairel tidak akan merubah posisinya sampai jam kuliah selesai. Meta dan Dona saling tukar pandang. Mereka berdua tengah menahan tawa melihat Fairel yang gelisah dan tidak mau diam. Dalam posisinya tadi, tangan Fairel terus bergerak. Entah meny

  • Matchmaking   84. Memutar Balik Rasa

    Dona membuka kedua matanya. Cahaya dari sinar matahari membuat pandangannya menjadi silau. Dona meringis, ia memalingkan wajahnya agar tidak terkena silau matahari. Hanya saja, ketika hendak berpindah, seseorang berdiri di hadapan Dona, menghalangi matahari yang menyinari ruangan. Pelan-pelan, Dona menatap tubuh itu dari bawah sampai ke atas. Ia sampai memekik ketidak menyadari bahwa ada Fairel di kamarnya. Dona beringsut mundur, hingga punggungnya terantuk papan ranjang dengan menarik selimut sampai menutupi dadanya. "Lo ... lo ngapain di sini?" tanya Dona gugup. Masalahnya, ia tengah berpikir yang tidak-tidak. "Anggap aja pelukan kemarin itu nggak pernah terjadi." Dona memutar bola matanya jengah. Hatinya bertanya-tanya, tentang kemarin. Memangnya apa yang terjadi? Dona melepaskan selimut yang menutupi dadanya. Ia memandangi bajunya yang berganti, dan kembali memekik sembari memelotot ke arah Fairel. "Apa yang lo laku

  • Matchmaking   83. Tentang Kita yang Bersatu Dengan Hujan

    "Kenapa lo lari?" Meta berhasil menyusul Dona. Gadis itu menangis di setiap larinya. "Terus gue harus gimana? Gue nggak mau ketemu sama orang yang benci sama gue." Guratan amarah terlihat dari setiap ekspresi Dona. Meta tahu, sahabatnya itu tengah frustasi dengan semuanya. Ketika ingin menghindar, Dona malah bertemu dengannya. "Gue yakin, Fairel nggak benci sama lo." Dona ingin percaya, namun ia menyadari kalau kalimat itu adalah kebohongan. Kalimat yang hanya digunakan untuk menenangkan hati dan pikiran. Dona menatap ke jalan raya yang lumayan lengang,"Gue cuman pengen denger hal itu dari mulut Fairel sendiri. Tapi gue yakin, itu nggak mungkin." Dona menghela nafas dengan gusar. Kalau boleh jujur, Dona sebenarnya masih mencintai Fairel. Dona rela melakukan apapun demi Fairel. Tetapi, jika pria itu menolak semua hal tentang Dona, ia tidak punya pilihan. "Gue mau sembunyi di sana, kalau lo masih peduli sama gue. Bila

  • Matchmaking   82. Ketahuan Lari Dari Kenyataan

    Ketiga orang itu heboh. Di dalam stadion, Meta, Nea, dan Dona terus meneriaki nama Gero hingga mengalahkan lolongan suara suporter tim sebelah. Meta, Nea dan Dona datang ke stadion perlombaan basket dengan penampilan yang urakan. Mereka mampir ke toko Nea untuk membeli ikat rambut yang penuh dengan rumbai-rumbai dari tali rafia serta bola-bola kecil yang terbuat dari bahan yang sama. Mereka juga memiliki terompet yang cukup besar suaranya, sesekali Meta meniup terompet tersebut, membuat Nea dan Dona menjauh, begitu juga penonton yang duduk di depannya. Bahkan ada yang sampai mengomeli Meta. Ketiganya itu malah tertawa menanggapi kalimat sinis dari kursi penonton di depannya. "Udah, udah. Jangan ditiup lagi Met. Bisa-bisa, bukannya pertandingan basket malah jadi arena tawuran gara-gara lo." Meta angkat tangan. Benar juga kata Dona, bisa jadi Meta jadi sasaran empuk para wanita yang tengah menyoraki idolanya. Meta yang ringkih itu bisa sekali tendang da

  • Matchmaking   81. Nonton Bersama Musuh (Dulu)

    "Ayah, ngirim surat undangan itu ke rumah kita?" Tidak seperti biasanya, setelah bercerai dengan Dion. Dona tampak membenci ayahnya sendiri. Setiap kita sebagai keluarga menyebutkan nama Dion, Dona selalu berusaha bersikap masa bodo dan tidak mau dengar. "Bukan, ini dari temennya Kak Wima." "Iya, ayah nitipin kan lewat dia?" "Kenapa kamu sewot sih Dek?" Dona langsung terdiam mendengar bentakan kakaknya,"Kenapa ribet banget. Kita nggak usah datang. Udah gitu aja." Aliya-pun ikut mengambil jalan terbaik dengan merobek surat undangan itu menjadi serpihan kecil dan langsung ia buang ke tempat sampah. Semua kenangan tentang Dion harus Aliya buang jauh-jauh. Dion hanya menjadi bumerang saja dalam keluarga. Walau begitu, Aliya masih bisa melihat sikap baik Dion dengan melihat anak-anaknya yang sekarang tumbuh dewasa. Dona memilih pergi ke kamarnya. Ia perlu merapikan kamarnya dan membentang karpet karena kemungkinan Aliya belum se

DMCA.com Protection Status