Purnomo memiliki beberapa bisnis, mall, hotel dan restoran seafood. Semua bisnis itu dikelola oleh orang kepercayaannya bertahun-tahun, orang itu adalah Narwan.
Di bawah kepemimpinannya, Narwan berhasil membuat laba yang cukup besar untuk Purnomo. Hasil yang dicapainya, sudah menjadi bukti bahwa dia dapat diandalkan.
Restoran Purnomo memiliki banyak cabang salah satunya di pinggir kota dekat kampung neneknya Anthony. Restoran itu bernama Bambu Kuning yang sedang mencari tenaga kerja sebagai Office Boy atau Cleaning Service.
Anthony sudah hampir seminggu tinggal di rumah neneknya, rumah kampung berbe
“Vanya!!!”Anthony berseru sambil menghampiri meja Vanya untuk memastikan apa yang sudah dilihatnya. Dia tidak sadar degan seragam Cleaning yang membalut badannya dan lagi dia membawa alat pel lengkap di tangannya.“Wahh!! Cleaning Service itu sedang ngapain? Tidak lihat apa ada tamu penting??” gumam salah satu karyawan disana.“Iya, aku setuju denganmu. Dia karyawan baru ya? Cepat siapa pun itu, usir dia dari sana!!!” sahut salah satu dari mereka.Mereka tidak tahu bahwa Vanya tidak serendah yang mereka pikirkan. Dia menghargai orang tidak dari pakaian
Anthony pulang ke rumah dengan membawa perasaan gembira, karena hari ini dia bisa berbicara dengan Vanya orang yang dia nanti setelah keluar dari rumah sakit. “Ton!! Bahagia sekali tampaknya, apa kamu bertemu dengan wanita cantik?” tanya nenek Yasmini. Yasmini duduk di teras rumah setelah dia memberi makan ayam, lalu dia beristirahat sambil menunggu Anthony pulang. Dia duduk di kursi panjang yang terbuat dari bambu, orang di desa sering menyebutnya ‘Amben’ . Anthony duduk di sebelahnya dan mencomot ubi rebus yang menemani minum kopi di sore hari. “Iya Nek, wanita yang sangat cantik sekali. Tidak Anthony sangka ini pertemuan keduaku dengan dia, Nek!!” ungkap Anthony. “Oohh pantas saja!!! Kamu senyum-senyum sendiri,” seru Yasmini. “Ya sudah mandi dulu, Ton. Sebentar lagi hari sudah m
Di rumah Purnomo, setiap malam Vanya tidak bisa tidur nyenyak lantaran Purnomo sering mengajaknya berhubungan badan. Pasti ada saja cara Vanya dan Anita menggagalkannya. Malam ini Anita sedang berkunjung ke rumah ibu, karena menjenguk ayahnya yang lagi sakit. Vanya tidak keluar setelah makan malam usai. Terpaksa Purnomo menggedor pintu Vanya dab memaksanya untuk melakukan hubungan itu. “Vanya!!! Keluar!!! Aku sudah tidak punya kesabaran lagi untuk menghadapimu!!” gertak Purnomo. Vanya takut, dia menyelimuti dirinya walau tahu tubuhnya penuh peluh yang bercucuran karena dia ingin bersembunyi agar tidak ditemukan Purnomo. “Vanya!! Aku hitung sampai 3 kali, jika tidak kamu buka pintu ini aku akan mendobraknya!!!” ancam Purnomo. “Bagaimana ini?? Aku tidak bisa terus bersembunyi di dala
Vanya terbangun dari tidurnya, samar dia mendengar namanya dipanggil. Dia memaksakan bangun untuk mencari tahu, siapa yang sudah memanggilnya. Anthony mendekati Vanya yang sudah duduk di sofa sambil mengucek mata, lalu Anthony duduk di kursi yang dia ambil dari depan meja. “Ternyata kamu, Ton?? Ini jam berapa?” tanya Vanya. “Sudah pagi, Neng!!! Semalam kamu tidur disini?” Anthony bertanya balik. “Hehe iya,” sahut Vanya singkat. “Apa yang terjadi? Kamu ada masalah?” Anthony masih penasaran ingin mengetahui hal apa yang menimpa Vanya. Vanya yang sebelumnya tersenyum itu, kini raib di wajah cantiknya. Dia harus mengenang lagi kejadian kemarin malam di rumah Purnomo. “Ya sudah!!! Jika itu masih berat untukmu, lupakanlah saja
“Lihat itu!!! Si Mata Ijo masuk ke ruang manager lagi. Bu Vanya kok mau ya berteman dengannya?” ucap karyawan wanita. “Apa karena dia ganteng ya?? Wajahnya memang diatas rata-rata sih!!” sahut salah satu dari mereka. Mereka sedang beristirahat secara bergantian di ruangan yang tersedia, letaknya persis di sebelah ruang manager. Kebetulan Dodit juga sedang beristirahat, lalu ikut membicarakan Anthony, dia duduk diantara karyawan wanita. “Mata Ijo?? Ganteng apanya?? Sekali kacung ya kacung, emang mau kalian diajak makan batu??” sanggah Dodit. Mereka beberapa setuju dengan perkataan Dodit, pembicaraan mereka terdengar oleh Jarot. Jarot tidak setuju dengan pendapatnya, bukankah kita harus berteman dengan siapa saja tanpa memandang pekerjaan? Entahlah sebagian orang mungkin setuju.
Anita sedang menunggu Vanya di dalam mobil, dia tidak memarkir kendaraannya dan memilih berhenti di tepi jalan depan mall. Vanya pun keluar mall dan berjalan menuju jalan, dia mencari mobil yang ditumpangi Anita. Ternyata hanya ada 1 mobil, dia pun berjalan menghampirinya dan masuk ke mobil. “Lama sekali kamu, Vany?” tanya Anita. Anita membagi konsentrasinya, dia masih mengamati jalan untuk mengemudikan kendaraannya sambil menajamkan telinga mendengarkan jawaban dari Vanya. Namun, Vanya masih tidak menjawab sampai mobil sudah berada di jalanan. Anita mengamati wajah Vanya yang tampak cemberut seperti anak kecil yang tidak mau diajak pulang ketika bermain ditempat yang dia sukai. “Kamu harus pulang, Vany. Kamu bukan remaja lagi yang bisa pergi dari rumah, apalagi sudah bersuami,” terang Anita.
Vanya sangat nyaman sekali tidur di hotel, suasana hatinya membaik. Hari sudah pagi, dia akan bersiap untuk pergi ke restoran. Ada pertemuan dengan seorang pelanggan yang akan mengadakan pernikahan di Hall. Karena Restoran ini tidak ada Marketing, Manager akan turun tangan untuk membantu menjelaskan harga di setiap paket menu. Vanya sudah rapi dan berseri, dia sudah melakukan perjalanan ke restoran. Anthony sudah sampai di restoran dari Vanya, dia mulai menyapu halaman dan mengepel lantai. Ketika Anthony membuang sampah, dia bertemu dengan Vanya yang turun dari taksi. “Pagi Ton!!”
“Dodit, kita bahas nanti saja masalahmu. Saya harus menemui pelanggan yang sudah mengatur janji dengan saya,” ucap Vanya. Vanya pun segera berjalan menuju Gazebo, dia tidak menunggu tanggapan dari Dodit dan pergi begitu saja. Dodit risau dia ingin menghentikan Vanya, tapi sudah tidak ada alasan yang ada di benaknya. Tamu pengunjung itu sudah berdiri disebelah Gazebo, mereka belum duduk karena masih menunggu Vanya. Lagi pula, mereka merasa tidak nyaman melihat daun kering bertebaran dimana-mana. Selang 5 menit Vanya datang menghampiri tamu pengunjung tersebut, dia sangat kaget ketika melihat Gazebo yang penuh dengan daun kotor. “Selamat pagi Bapak, Ibu selamat datang di restoran kami. Kenalkan saya Vanya yang akan melayani anda dalam memilih menu pengantin,” terang Vanya luwes, dia tersenyum cantik yang membuat siapa saja senang memperhatikan
“Ya ampun!! Kasihan sekali orang tua mempelai wanita,” kata ibu Bondan seperti mewakili sebagian besar pertanyaan tamu yang lain.“Kita tidak tahu duduk perkaranya, Buk. Jangan berkomentar dulu, kita lihat saja,” timpal Bondan.Suasana tegang itu masih berlangsung, penghulu yang ada disana juga masih menyaksikan sampai lupa tujuannya datang di acara Anthony hari ini.Airmata Vanya mengalir deras, memalingkan muka tidak kuat untuk melihat kedua orang tuanya. Hatinya masih keras sampai tangannya disentuh oleh Dylano dengan tinggi hampir menyamainya.“Kak Vanya apa kabar? Dylano merindukan kakak,” ungkap Dylano yang menggenggam tangan Vanya.Anthony melepas rangkulannya, dia membantu Sonya
Hari bahagia Vanya dan Anthony tiba, mereka menggelar acara resepsi di outdoor sebuah danau yang suasananya mirip puncak. Semua sudah sibuk dengan tugas masing-masing, memanglah tidak banyak tamu yang mereka undang. Hanya kalangan teman Anthony seperti Danang bersama keluarganya, Bondan, Asep, Jon juga begitu.Tidak terkecuali dengan Junet dan kepala koki, semua nampak bahagia menunggu acara pernikahan itu dimulai.Bukit ditumbuhi berbagai pohon yang diantaranya pinus terlihat segar, lantai beralaskan rumput didekor sedemikian cantik khas ala pengantin. Tidak luput kursi pengantin lengkap dengan meja untuk melakukan akad nikah.“Wahhh!!! Lihat Anthony sudah datang!!” seru Junet berdecak kagum, dia melihat ketampanan Anthony keluar dengan balutan setelan jas hitam dengan dasi kupu
“Kak, kemana kak Sean?? Kenapa selama 3 hari aku tidak melihatnya?” tanya Bondan, dia sedang menyerahkan laporan keuangan kepada Anthony.Anthony masih belum menjawab, dia mengamati hasil laporan tersebut yang profitnya 3 kali lipat dari bulan-bulan sebelumnya.“Ini benar laporan bulan ini, Ndan?” tanya Anthony mengalihkan pembicaraan tentang Sean.Malam itu Anthony tidak berhasil menemukan Sean, ketika dia berhenti di pangkalan ojek sudah tidak melihat siapa-siapa lagi. Anthony juga berusaha menghubungi nomor ponsel Sean, bahkan pergi ke tempat kerjanya, akan tetapi dia juga tidak menemukannya.“Benar Kak, aku sudah menelitinya sampai 3 kali, ternyata ada peningkatan saat kita setor kardus dan dupleks, sedangkan di gud
Seminggu setalah pesta kecil malam itu, Anita mendapatkan sebagian harta milik Purnomo yang terbukti aman dari penggelapan pajak, berupa rumah dan tanah, kecuali semua bisnis dan rekening bank untuk transaksi korupsi.“Ibu Anita, anda yang masih berstatus menjadi istri sah pak Purnomo, semua harta yang bersih ini jatuh ke tangan anda, silahkan tandatangani diatas surat kuasa ini,” kata pengacara keluarga Purnomo.Anita tersenyum sambil menerima surat yang disodorkan pengacara, dia tenang karena masih beruntung mendapatkan sedikit harta untuk mengurus kedua orang
“Pengacara senior Jocelyn menunjukan eksistensinya, dia kembali melaporkan tersangka dengan kasus berlapis yang dilakukan oleh seorang pejabat pemerintahan terjerat banyak kasus berat diantaranya penggelapan pajak, kasus korupsi, kekerasan dengan istri-istrinya yaitu Purnomo harus rela dicopot dari jabatannya dan menjalankan sidang untuk menunggu vonis hukumannya.”“Kami berhasil mewawancarai singkat saksi kasus korupsi yang sedang menjerat Purnomo. Simak wawancara eksklusif kami,” kata pembawa berita.“Selamat malam bapak Avan, terimakasih sudah bersedia diliput di acara televisi kami. Menurut keterangan dari penyidik anda adalah orang yang dengan kesukarelaan mengajukan diri sebagai saksi, apakah anda mengetahui perbuatan Purnomo secara langsung?” tanya pembawa berita.&nbs
Arka tahu ketika Mawar digotong masuk kamar yang sama dengannya, dia tidak bisa mengumpat lantaran mulutnya tersumpal serta tertutup lapban.Asep tertawa melihat penderitaan Arka, dia sudah sangat menantikan penderitaan di wajah lain, yaitu wajah Purnomo.Sebuah pisau tajam di lemparkan Anthony tepat di belakang tangan Arka yang terikat, lalu dia berbicara, “Akhiri sandiwaramu dan akui bahwa anak dalam kandungan Mawar itu adalah anakmu!!”“Aku beri kau kesempatan untuk melepaskan ikatan dengan pisau itu!! Jika kau bisa keluar dari sini, aku biarkan kau bisa hidup bahagia bersama Mawar,” ungkap Anthony.“Ugh!!! Ugh!!” Hanya suara itu yang keluar dari mulut Arka, dia tidak berdaya dan membiarkan Anthony beserta anak buahnya pergi
Rencana berikutnya adalah menculik Mawar, di dalam perjalanan menuju rumah Purnomo Anthony tidak menjawab serius pertanyaan Vanya, alhasil Vanya cemberut saja sambil menyilangkan kedua tangannya.“Bagaimana semalam?? Apakah tidurmu nyenyak?” tanya Anthony sambil melirik Vanya, lalu dia kembali memandang jalan.Anthony kembali menoleh untuk melihat Vanya, karena dia tidak kunjung berbicara. Anthony gemas setiap melihat tingkah laku Vanya, pengennya dia peluk dan ciumi.“Sayang, jangan cemberut gitu!! Nanti kamu tambah cantik loh!!” bual Anthony sambil membelai pipi Vanya.Vanya tampak menahan senyum, lalu dia kembali cemberut lagi untuk meneruskan sandiwaranya. Anthony semakin kuatir ketika rayuan tidak mempan membuat suasana
“Siapa kalian?” teriak Arka yang berjalan mundur masuk rumah sewa.Arka panik luar biasa dimana tidak ada yang bisa dilakukan, dia sudah melawan 2 orang berwajah seram itu, akan tetapi dia kalah. Mau minta tolong juga tidak ada orang, karena rumah sewanya berada di pinggir sungai besar pengairan kota yang kebetulan tetangga kanan kirinya adalah karyawan dengan jam lembur tinggi.“Berlutut!!! Dan jangan melawan jika kamu tidak pengen lecet!!” perintah seorang pria.Arka yang ketakutan ini segera berlutut berharap dia tidak kena pukul, tindakan yang naif itu membuatnya pingsan ketika salah seorang memukul tengkuknya. Dia jatuh tergeletak di lantai dingin begitu saja.&ldqu
Purnomo kembali dari mencari makan siang, suasana yang dia tangkap sanggatlah ganjil. Semua staff memandanginya sambil berbisik bahkan terdengar kata-kata pedas yang terucap.“Itu ya pejabat yang suka pencitraan itu!!! Ahh!!! Pantas saja kariernya cemerlang, lah semua pakai duit!!”“Ssstt!!! Kecilkan suaramu!!” timpal staff pembantu wanita.Purnomo menoleh ke arah 2 staff wanita dengan tersenyum, akan tetapi dia tidak mendapatkan balasan yang diharapkan, bahkan 2 staff itu segera kabur menjauhi Purnomo.Ketika Purnomo berjalan semakin dalam masuk kantor, dia bertemu pejabat yang lain dan sering ngobrol ringan bersama seperti layaknya teman.“Hai!! Pak Herman!! Bagaimana makan siangnya?? Apakah tadi makan soto babat langganan?” tanya Purnomo dibuat seriang mungkin kepada pejabat divisi la