Anita sedang menunggu Vanya di dalam mobil, dia tidak memarkir kendaraannya dan memilih berhenti di tepi jalan depan mall.
Vanya pun keluar mall dan berjalan menuju jalan, dia mencari mobil yang ditumpangi Anita. Ternyata hanya ada 1 mobil, dia pun berjalan menghampirinya dan masuk ke mobil.
“Lama sekali kamu, Vany?” tanya Anita.
Anita membagi konsentrasinya, dia masih mengamati jalan untuk mengemudikan kendaraannya sambil menajamkan telinga mendengarkan jawaban dari Vanya.
Namun, Vanya masih tidak menjawab sampai mobil sudah berada di jalanan. Anita mengamati wajah Vanya yang tampak cemberut seperti anak kecil yang tidak mau diajak pulang ketika bermain ditempat yang dia sukai.
“Kamu harus pulang, Vany. Kamu bukan remaja lagi yang bisa pergi dari rumah, apalagi sudah bersuami,” terang Anita.
Selamat malam kakak? Gimana kalian masih setia ddngan MT kan? Ayo ikutin terus..
Vanya sangat nyaman sekali tidur di hotel, suasana hatinya membaik. Hari sudah pagi, dia akan bersiap untuk pergi ke restoran. Ada pertemuan dengan seorang pelanggan yang akan mengadakan pernikahan di Hall. Karena Restoran ini tidak ada Marketing, Manager akan turun tangan untuk membantu menjelaskan harga di setiap paket menu. Vanya sudah rapi dan berseri, dia sudah melakukan perjalanan ke restoran. Anthony sudah sampai di restoran dari Vanya, dia mulai menyapu halaman dan mengepel lantai. Ketika Anthony membuang sampah, dia bertemu dengan Vanya yang turun dari taksi. “Pagi Ton!!”
“Dodit, kita bahas nanti saja masalahmu. Saya harus menemui pelanggan yang sudah mengatur janji dengan saya,” ucap Vanya. Vanya pun segera berjalan menuju Gazebo, dia tidak menunggu tanggapan dari Dodit dan pergi begitu saja. Dodit risau dia ingin menghentikan Vanya, tapi sudah tidak ada alasan yang ada di benaknya. Tamu pengunjung itu sudah berdiri disebelah Gazebo, mereka belum duduk karena masih menunggu Vanya. Lagi pula, mereka merasa tidak nyaman melihat daun kering bertebaran dimana-mana. Selang 5 menit Vanya datang menghampiri tamu pengunjung tersebut, dia sangat kaget ketika melihat Gazebo yang penuh dengan daun kotor. “Selamat pagi Bapak, Ibu selamat datang di restoran kami. Kenalkan saya Vanya yang akan melayani anda dalam memilih menu pengantin,” terang Vanya luwes, dia tersenyum cantik yang membuat siapa saja senang memperhatikan
“Vanya? Maaf Pak, sejak Vanya menjadi istri Bapak, dia belum pernah sama sekali menginjakkan kaki di rumah ini,” “Kenapa dengan Vanya? Apakah terjadi sesuatu dengannya, Pak?” tanya Sonya ingin tahu. “Dasar anak kecil itu!!! Sonya, apakah kamu tidak pernah bertemu dengannya?? Ibu macam apa kamu yang mendidik Vanya menjadi anak berandal seperti itu!!!” “Aku tidak mau tahu, ajarkan dia menjadi istri yang baik. Kalau tidak, kamu akan tahu akibatnya!!!” ancam Purnomo kesal.
Purnomo sangat marah, karena dia tahu para istrinya bekerja sama untuk menggagalkan rencana Purnomo untuk tidur dengan Vanya. Purnomo selama tidak tahu bahwa semua sudah direncanakan, seperti saat ini dia sangat menanti pulangnya Vanya tapi Anita menyembunyikannya agar tidak bisa bertemu dengan Purnomo. Vanya dan Anita sedang duduk menunduk, sedangkan Purnomo berkacak pinggang di hadapan mereka. “Ooww begitu ya!!! Cara kalian menghormati suami, yaitu bersekongkol untuk membohongiku selama ini!!!” bentak Purnomo. “Kami tidak bermaksud seperti itu Mas, hanya saja aku kasihan kepada Vanya yang masih remaja harus melakukan hubungan badan tanpa dia siap terlebih dahulu,”
Purnomo sedang mengikuti rapat anggota DPR, dia tidak bisa berkonsentrasi karena kesal mengingat kejadian semalam. Kenapa susah sekali tidur dengan Vanya? Apalagi di restoran, dia dekat dengan pria rendahan. Bahaya!! Bisa-bisa dia jatuh cinta dengan pria itu, aku mencari tahu siapa dia, batin Purnomo. Sampai rapat selesai, Purnomo masih sibuk dengan pikirannya. Dia tidak sadar bahwa namanya masuk daftar perjalanan dinas ke Kongo. “Pur, enak sekali kamu bisa jalan-jalan keluar negeri,” kata temannya yang juga pejabat. “Jalan-jalan!!! Apa maksudmu? Loh rapat sudah selesai?” tanya Purnomo bingung.
Anthony sedang melihat nenek menjahit bajunya yang sobek. Karena di rumah nenek tidak ada televisi, setelah pulang kerja makan malam sama nenek, duduk bersantai di teras lalu tidur dan begitu saja setiap hari. Hari ini tidak seperti biasanya, Anthony bisa mengobrol banyak dengan neneknya. Kadang kalau malam sudah menjelang, nenek akan tidur lebih dahulu. “Selama kepergian kakek, apa nenek merasa kesepian?” tanya Anthony, dia melihat neneknya yang sudah tidak muda lagi. “Yah bisa dibilang begitu, makanya nenek mencari kesibukan dengan memelihara ayam, atau menanam sayur di kebun. Berkat itu nenek bisa melaluinya sampai sekarang, kini nenek senang di hari tua ada kamu yang datang menemani nene
Junet, Jarot dan Anthony sudah di ruangan Manager, mereka duduk di hadapan Narwan yang memperlihatkan murkanya. “Kalian seperti anak kecil saja!!! Kenapa kalian bertengkar?” “Saya dilempar sapu sama Jarot, Pak. Siapa yang tidak marah, saya yakin dia bersengkokol dengan Anthony, Pak,” Junet berseru, dia mencoba memprovokasi Narwan. Kalau berhasil akan menguntungkan Junet, karena tujuannya memang membuat Anthony bermasalah. “Kamu ya!!! Anak baru jangan bertingkah, aku pecat baru tahu rasa!! Cepat minta maaf sama Junet!!!” Narwan tidak menunggu pendapat Anthony, dia langsung saja memarahinya, mungkin karena dia tidak senang melihat kedekatan Anthony dengan istri bosnya. “Jangan percaya, Pak. Itu hanya akal-akalan dari Junet, saya melihat sendiri dia sengaja meng
Di kamar hotel, Vanya membuka mata dari tidurnya yang panjang. Perasaan Vanya sudah merasa baikkan, dia bangun segera menuju kamar mandi untuk mengguyur badannya. Setelah 30 menit, dia sudah berpakaian. Dia baru sadar bahwa tidak ada Anita di ruangan kamar yang besar itu. Namun, dia berhenti memikirkan Anita ketika perutnya keroncongan dan sangat lapar sekali. “Aku lapar sekali!!” gumam Vanya. Vanya pun berdiri sambil menyambar ponsel diatas meja riasnya, lalu berjalan menuju sebuah restoran yang tersedia di hotel. Karena menurut dia terlalu lama jika memanggil staff hotel untuk membawakannya makanan. Seperti biasa, setiap dia melangkah di sudut hotel semua staff yang berpapasan dengan Vanya akan membungkuk dan memberi salam. Vanya sudah masuk restoran, dia langsung menghampiri menu sarapan yang