Anthony sudah sampai di rumah neneknya, dia membutuhkan waktu hampir 20 jam untuk sampai. Nenek Yasmini tidak mengira bahwa cucu satu-satunya datang mengunjunginya, bahkan akan tinggal bersamanya.
“Assalamualaikum, Nek,” sapa Anthony terhadap neneknya.
“Walaikum salam, Anthony?” tanya ibu Yasmini tidak percaya.
“Iya Nek, ini aku Anthony,” jawabnya sambil tersenyum.
Yasmini yang sedang memberi makan ayam, melihat cucunya datang langsung mencuci tangannya dan seketika Anthony menghampiri Yasmini, lalu mencium tangan dan memeluk neneknya.
”Ayo masuk rumah,
Purnomo memiliki beberapa bisnis, mall, hotel dan restoran seafood. Semua bisnis itu dikelola oleh orang kepercayaannya bertahun-tahun, orang itu adalah Narwan.Di bawah kepemimpinannya, Narwan berhasil membuat laba yang cukup besar untuk Purnomo. Hasil yang dicapainya, sudah menjadi bukti bahwa dia dapat diandalkan.Restoran Purnomo memiliki banyak cabang salah satunya di pinggir kota dekat kampung neneknya Anthony. Restoran itu bernama Bambu Kuning yang sedang mencari tenaga kerja sebagai Office Boy atau Cleaning Service.Anthony sudah hampir seminggu tinggal di rumah neneknya, rumah kampung berbe
“Vanya!!!”Anthony berseru sambil menghampiri meja Vanya untuk memastikan apa yang sudah dilihatnya. Dia tidak sadar degan seragam Cleaning yang membalut badannya dan lagi dia membawa alat pel lengkap di tangannya.“Wahh!! Cleaning Service itu sedang ngapain? Tidak lihat apa ada tamu penting??” gumam salah satu karyawan disana.“Iya, aku setuju denganmu. Dia karyawan baru ya? Cepat siapa pun itu, usir dia dari sana!!!” sahut salah satu dari mereka.Mereka tidak tahu bahwa Vanya tidak serendah yang mereka pikirkan. Dia menghargai orang tidak dari pakaian
Anthony pulang ke rumah dengan membawa perasaan gembira, karena hari ini dia bisa berbicara dengan Vanya orang yang dia nanti setelah keluar dari rumah sakit. “Ton!! Bahagia sekali tampaknya, apa kamu bertemu dengan wanita cantik?” tanya nenek Yasmini. Yasmini duduk di teras rumah setelah dia memberi makan ayam, lalu dia beristirahat sambil menunggu Anthony pulang. Dia duduk di kursi panjang yang terbuat dari bambu, orang di desa sering menyebutnya ‘Amben’ . Anthony duduk di sebelahnya dan mencomot ubi rebus yang menemani minum kopi di sore hari. “Iya Nek, wanita yang sangat cantik sekali. Tidak Anthony sangka ini pertemuan keduaku dengan dia, Nek!!” ungkap Anthony. “Oohh pantas saja!!! Kamu senyum-senyum sendiri,” seru Yasmini. “Ya sudah mandi dulu, Ton. Sebentar lagi hari sudah m
Di rumah Purnomo, setiap malam Vanya tidak bisa tidur nyenyak lantaran Purnomo sering mengajaknya berhubungan badan. Pasti ada saja cara Vanya dan Anita menggagalkannya. Malam ini Anita sedang berkunjung ke rumah ibu, karena menjenguk ayahnya yang lagi sakit. Vanya tidak keluar setelah makan malam usai. Terpaksa Purnomo menggedor pintu Vanya dab memaksanya untuk melakukan hubungan itu. “Vanya!!! Keluar!!! Aku sudah tidak punya kesabaran lagi untuk menghadapimu!!” gertak Purnomo. Vanya takut, dia menyelimuti dirinya walau tahu tubuhnya penuh peluh yang bercucuran karena dia ingin bersembunyi agar tidak ditemukan Purnomo. “Vanya!! Aku hitung sampai 3 kali, jika tidak kamu buka pintu ini aku akan mendobraknya!!!” ancam Purnomo. “Bagaimana ini?? Aku tidak bisa terus bersembunyi di dala
Vanya terbangun dari tidurnya, samar dia mendengar namanya dipanggil. Dia memaksakan bangun untuk mencari tahu, siapa yang sudah memanggilnya. Anthony mendekati Vanya yang sudah duduk di sofa sambil mengucek mata, lalu Anthony duduk di kursi yang dia ambil dari depan meja. “Ternyata kamu, Ton?? Ini jam berapa?” tanya Vanya. “Sudah pagi, Neng!!! Semalam kamu tidur disini?” Anthony bertanya balik. “Hehe iya,” sahut Vanya singkat. “Apa yang terjadi? Kamu ada masalah?” Anthony masih penasaran ingin mengetahui hal apa yang menimpa Vanya. Vanya yang sebelumnya tersenyum itu, kini raib di wajah cantiknya. Dia harus mengenang lagi kejadian kemarin malam di rumah Purnomo. “Ya sudah!!! Jika itu masih berat untukmu, lupakanlah saja
“Lihat itu!!! Si Mata Ijo masuk ke ruang manager lagi. Bu Vanya kok mau ya berteman dengannya?” ucap karyawan wanita. “Apa karena dia ganteng ya?? Wajahnya memang diatas rata-rata sih!!” sahut salah satu dari mereka. Mereka sedang beristirahat secara bergantian di ruangan yang tersedia, letaknya persis di sebelah ruang manager. Kebetulan Dodit juga sedang beristirahat, lalu ikut membicarakan Anthony, dia duduk diantara karyawan wanita. “Mata Ijo?? Ganteng apanya?? Sekali kacung ya kacung, emang mau kalian diajak makan batu??” sanggah Dodit. Mereka beberapa setuju dengan perkataan Dodit, pembicaraan mereka terdengar oleh Jarot. Jarot tidak setuju dengan pendapatnya, bukankah kita harus berteman dengan siapa saja tanpa memandang pekerjaan? Entahlah sebagian orang mungkin setuju.
Anita sedang menunggu Vanya di dalam mobil, dia tidak memarkir kendaraannya dan memilih berhenti di tepi jalan depan mall. Vanya pun keluar mall dan berjalan menuju jalan, dia mencari mobil yang ditumpangi Anita. Ternyata hanya ada 1 mobil, dia pun berjalan menghampirinya dan masuk ke mobil. “Lama sekali kamu, Vany?” tanya Anita. Anita membagi konsentrasinya, dia masih mengamati jalan untuk mengemudikan kendaraannya sambil menajamkan telinga mendengarkan jawaban dari Vanya. Namun, Vanya masih tidak menjawab sampai mobil sudah berada di jalanan. Anita mengamati wajah Vanya yang tampak cemberut seperti anak kecil yang tidak mau diajak pulang ketika bermain ditempat yang dia sukai. “Kamu harus pulang, Vany. Kamu bukan remaja lagi yang bisa pergi dari rumah, apalagi sudah bersuami,” terang Anita.
Vanya sangat nyaman sekali tidur di hotel, suasana hatinya membaik. Hari sudah pagi, dia akan bersiap untuk pergi ke restoran. Ada pertemuan dengan seorang pelanggan yang akan mengadakan pernikahan di Hall. Karena Restoran ini tidak ada Marketing, Manager akan turun tangan untuk membantu menjelaskan harga di setiap paket menu. Vanya sudah rapi dan berseri, dia sudah melakukan perjalanan ke restoran. Anthony sudah sampai di restoran dari Vanya, dia mulai menyapu halaman dan mengepel lantai. Ketika Anthony membuang sampah, dia bertemu dengan Vanya yang turun dari taksi. “Pagi Ton!!”