Vanya terbangun dari tidurnya, samar dia mendengar namanya dipanggil. Dia memaksakan bangun untuk mencari tahu, siapa yang sudah memanggilnya.
Anthony mendekati Vanya yang sudah duduk di sofa sambil mengucek mata, lalu Anthony duduk di kursi yang dia ambil dari depan meja.
“Ternyata kamu, Ton?? Ini jam berapa?” tanya Vanya.
“Sudah pagi, Neng!!! Semalam kamu tidur disini?” Anthony bertanya balik.
“Hehe iya,” sahut Vanya singkat.
“Apa yang terjadi? Kamu ada masalah?” Anthony masih penasaran ingin mengetahui hal apa yang menimpa Vanya.
Vanya yang sebelumnya tersenyum itu, kini raib di wajah cantiknya. Dia harus mengenang lagi kejadian kemarin malam di rumah Purnomo.
“Ya sudah!!! Jika itu masih berat untukmu, lupakanlah saja
Selamat malam kakak, tolong dukung terus novel perdanaku ... Semoga bis menghibur kalian
“Lihat itu!!! Si Mata Ijo masuk ke ruang manager lagi. Bu Vanya kok mau ya berteman dengannya?” ucap karyawan wanita. “Apa karena dia ganteng ya?? Wajahnya memang diatas rata-rata sih!!” sahut salah satu dari mereka. Mereka sedang beristirahat secara bergantian di ruangan yang tersedia, letaknya persis di sebelah ruang manager. Kebetulan Dodit juga sedang beristirahat, lalu ikut membicarakan Anthony, dia duduk diantara karyawan wanita. “Mata Ijo?? Ganteng apanya?? Sekali kacung ya kacung, emang mau kalian diajak makan batu??” sanggah Dodit. Mereka beberapa setuju dengan perkataan Dodit, pembicaraan mereka terdengar oleh Jarot. Jarot tidak setuju dengan pendapatnya, bukankah kita harus berteman dengan siapa saja tanpa memandang pekerjaan? Entahlah sebagian orang mungkin setuju.
Anita sedang menunggu Vanya di dalam mobil, dia tidak memarkir kendaraannya dan memilih berhenti di tepi jalan depan mall. Vanya pun keluar mall dan berjalan menuju jalan, dia mencari mobil yang ditumpangi Anita. Ternyata hanya ada 1 mobil, dia pun berjalan menghampirinya dan masuk ke mobil. “Lama sekali kamu, Vany?” tanya Anita. Anita membagi konsentrasinya, dia masih mengamati jalan untuk mengemudikan kendaraannya sambil menajamkan telinga mendengarkan jawaban dari Vanya. Namun, Vanya masih tidak menjawab sampai mobil sudah berada di jalanan. Anita mengamati wajah Vanya yang tampak cemberut seperti anak kecil yang tidak mau diajak pulang ketika bermain ditempat yang dia sukai. “Kamu harus pulang, Vany. Kamu bukan remaja lagi yang bisa pergi dari rumah, apalagi sudah bersuami,” terang Anita.
Vanya sangat nyaman sekali tidur di hotel, suasana hatinya membaik. Hari sudah pagi, dia akan bersiap untuk pergi ke restoran. Ada pertemuan dengan seorang pelanggan yang akan mengadakan pernikahan di Hall. Karena Restoran ini tidak ada Marketing, Manager akan turun tangan untuk membantu menjelaskan harga di setiap paket menu. Vanya sudah rapi dan berseri, dia sudah melakukan perjalanan ke restoran. Anthony sudah sampai di restoran dari Vanya, dia mulai menyapu halaman dan mengepel lantai. Ketika Anthony membuang sampah, dia bertemu dengan Vanya yang turun dari taksi. “Pagi Ton!!”
“Dodit, kita bahas nanti saja masalahmu. Saya harus menemui pelanggan yang sudah mengatur janji dengan saya,” ucap Vanya. Vanya pun segera berjalan menuju Gazebo, dia tidak menunggu tanggapan dari Dodit dan pergi begitu saja. Dodit risau dia ingin menghentikan Vanya, tapi sudah tidak ada alasan yang ada di benaknya. Tamu pengunjung itu sudah berdiri disebelah Gazebo, mereka belum duduk karena masih menunggu Vanya. Lagi pula, mereka merasa tidak nyaman melihat daun kering bertebaran dimana-mana. Selang 5 menit Vanya datang menghampiri tamu pengunjung tersebut, dia sangat kaget ketika melihat Gazebo yang penuh dengan daun kotor. “Selamat pagi Bapak, Ibu selamat datang di restoran kami. Kenalkan saya Vanya yang akan melayani anda dalam memilih menu pengantin,” terang Vanya luwes, dia tersenyum cantik yang membuat siapa saja senang memperhatikan
“Vanya? Maaf Pak, sejak Vanya menjadi istri Bapak, dia belum pernah sama sekali menginjakkan kaki di rumah ini,” “Kenapa dengan Vanya? Apakah terjadi sesuatu dengannya, Pak?” tanya Sonya ingin tahu. “Dasar anak kecil itu!!! Sonya, apakah kamu tidak pernah bertemu dengannya?? Ibu macam apa kamu yang mendidik Vanya menjadi anak berandal seperti itu!!!” “Aku tidak mau tahu, ajarkan dia menjadi istri yang baik. Kalau tidak, kamu akan tahu akibatnya!!!” ancam Purnomo kesal.
Purnomo sangat marah, karena dia tahu para istrinya bekerja sama untuk menggagalkan rencana Purnomo untuk tidur dengan Vanya. Purnomo selama tidak tahu bahwa semua sudah direncanakan, seperti saat ini dia sangat menanti pulangnya Vanya tapi Anita menyembunyikannya agar tidak bisa bertemu dengan Purnomo. Vanya dan Anita sedang duduk menunduk, sedangkan Purnomo berkacak pinggang di hadapan mereka. “Ooww begitu ya!!! Cara kalian menghormati suami, yaitu bersekongkol untuk membohongiku selama ini!!!” bentak Purnomo. “Kami tidak bermaksud seperti itu Mas, hanya saja aku kasihan kepada Vanya yang masih remaja harus melakukan hubungan badan tanpa dia siap terlebih dahulu,”
Purnomo sedang mengikuti rapat anggota DPR, dia tidak bisa berkonsentrasi karena kesal mengingat kejadian semalam. Kenapa susah sekali tidur dengan Vanya? Apalagi di restoran, dia dekat dengan pria rendahan. Bahaya!! Bisa-bisa dia jatuh cinta dengan pria itu, aku mencari tahu siapa dia, batin Purnomo. Sampai rapat selesai, Purnomo masih sibuk dengan pikirannya. Dia tidak sadar bahwa namanya masuk daftar perjalanan dinas ke Kongo. “Pur, enak sekali kamu bisa jalan-jalan keluar negeri,” kata temannya yang juga pejabat. “Jalan-jalan!!! Apa maksudmu? Loh rapat sudah selesai?” tanya Purnomo bingung.
Anthony sedang melihat nenek menjahit bajunya yang sobek. Karena di rumah nenek tidak ada televisi, setelah pulang kerja makan malam sama nenek, duduk bersantai di teras lalu tidur dan begitu saja setiap hari. Hari ini tidak seperti biasanya, Anthony bisa mengobrol banyak dengan neneknya. Kadang kalau malam sudah menjelang, nenek akan tidur lebih dahulu. “Selama kepergian kakek, apa nenek merasa kesepian?” tanya Anthony, dia melihat neneknya yang sudah tidak muda lagi. “Yah bisa dibilang begitu, makanya nenek mencari kesibukan dengan memelihara ayam, atau menanam sayur di kebun. Berkat itu nenek bisa melaluinya sampai sekarang, kini nenek senang di hari tua ada kamu yang datang menemani nene