“Dodit, kita bahas nanti saja masalahmu. Saya harus menemui pelanggan yang sudah mengatur janji dengan saya,” ucap Vanya.
Vanya pun segera berjalan menuju Gazebo, dia tidak menunggu tanggapan dari Dodit dan pergi begitu saja. Dodit risau dia ingin menghentikan Vanya, tapi sudah tidak ada alasan yang ada di benaknya.
Tamu pengunjung itu sudah berdiri disebelah Gazebo, mereka belum duduk karena masih menunggu Vanya. Lagi pula, mereka merasa tidak nyaman melihat daun kering bertebaran dimana-mana. Selang 5 menit Vanya datang menghampiri tamu pengunjung tersebut, dia sangat kaget ketika melihat Gazebo yang penuh dengan daun kotor.
“Selamat pagi Bapak, Ibu selamat datang di restoran kami. Kenalkan saya Vanya yang akan melayani anda dalam memilih menu pengantin,” terang Vanya luwes, dia tersenyum cantik yang membuat siapa saja senang memperhatikan
Selamat malam kakak? Bagaimana apakah kalian menyukainya?? Semoga masih setia dan terus mengikuti MT ya kak. 🤗
“Vanya? Maaf Pak, sejak Vanya menjadi istri Bapak, dia belum pernah sama sekali menginjakkan kaki di rumah ini,” “Kenapa dengan Vanya? Apakah terjadi sesuatu dengannya, Pak?” tanya Sonya ingin tahu. “Dasar anak kecil itu!!! Sonya, apakah kamu tidak pernah bertemu dengannya?? Ibu macam apa kamu yang mendidik Vanya menjadi anak berandal seperti itu!!!” “Aku tidak mau tahu, ajarkan dia menjadi istri yang baik. Kalau tidak, kamu akan tahu akibatnya!!!” ancam Purnomo kesal.
Purnomo sangat marah, karena dia tahu para istrinya bekerja sama untuk menggagalkan rencana Purnomo untuk tidur dengan Vanya. Purnomo selama tidak tahu bahwa semua sudah direncanakan, seperti saat ini dia sangat menanti pulangnya Vanya tapi Anita menyembunyikannya agar tidak bisa bertemu dengan Purnomo. Vanya dan Anita sedang duduk menunduk, sedangkan Purnomo berkacak pinggang di hadapan mereka. “Ooww begitu ya!!! Cara kalian menghormati suami, yaitu bersekongkol untuk membohongiku selama ini!!!” bentak Purnomo. “Kami tidak bermaksud seperti itu Mas, hanya saja aku kasihan kepada Vanya yang masih remaja harus melakukan hubungan badan tanpa dia siap terlebih dahulu,”
Purnomo sedang mengikuti rapat anggota DPR, dia tidak bisa berkonsentrasi karena kesal mengingat kejadian semalam. Kenapa susah sekali tidur dengan Vanya? Apalagi di restoran, dia dekat dengan pria rendahan. Bahaya!! Bisa-bisa dia jatuh cinta dengan pria itu, aku mencari tahu siapa dia, batin Purnomo. Sampai rapat selesai, Purnomo masih sibuk dengan pikirannya. Dia tidak sadar bahwa namanya masuk daftar perjalanan dinas ke Kongo. “Pur, enak sekali kamu bisa jalan-jalan keluar negeri,” kata temannya yang juga pejabat. “Jalan-jalan!!! Apa maksudmu? Loh rapat sudah selesai?” tanya Purnomo bingung.
Anthony sedang melihat nenek menjahit bajunya yang sobek. Karena di rumah nenek tidak ada televisi, setelah pulang kerja makan malam sama nenek, duduk bersantai di teras lalu tidur dan begitu saja setiap hari. Hari ini tidak seperti biasanya, Anthony bisa mengobrol banyak dengan neneknya. Kadang kalau malam sudah menjelang, nenek akan tidur lebih dahulu. “Selama kepergian kakek, apa nenek merasa kesepian?” tanya Anthony, dia melihat neneknya yang sudah tidak muda lagi. “Yah bisa dibilang begitu, makanya nenek mencari kesibukan dengan memelihara ayam, atau menanam sayur di kebun. Berkat itu nenek bisa melaluinya sampai sekarang, kini nenek senang di hari tua ada kamu yang datang menemani nene
Junet, Jarot dan Anthony sudah di ruangan Manager, mereka duduk di hadapan Narwan yang memperlihatkan murkanya. “Kalian seperti anak kecil saja!!! Kenapa kalian bertengkar?” “Saya dilempar sapu sama Jarot, Pak. Siapa yang tidak marah, saya yakin dia bersengkokol dengan Anthony, Pak,” Junet berseru, dia mencoba memprovokasi Narwan. Kalau berhasil akan menguntungkan Junet, karena tujuannya memang membuat Anthony bermasalah. “Kamu ya!!! Anak baru jangan bertingkah, aku pecat baru tahu rasa!! Cepat minta maaf sama Junet!!!” Narwan tidak menunggu pendapat Anthony, dia langsung saja memarahinya, mungkin karena dia tidak senang melihat kedekatan Anthony dengan istri bosnya. “Jangan percaya, Pak. Itu hanya akal-akalan dari Junet, saya melihat sendiri dia sengaja meng
Di kamar hotel, Vanya membuka mata dari tidurnya yang panjang. Perasaan Vanya sudah merasa baikkan, dia bangun segera menuju kamar mandi untuk mengguyur badannya. Setelah 30 menit, dia sudah berpakaian. Dia baru sadar bahwa tidak ada Anita di ruangan kamar yang besar itu. Namun, dia berhenti memikirkan Anita ketika perutnya keroncongan dan sangat lapar sekali. “Aku lapar sekali!!” gumam Vanya. Vanya pun berdiri sambil menyambar ponsel diatas meja riasnya, lalu berjalan menuju sebuah restoran yang tersedia di hotel. Karena menurut dia terlalu lama jika memanggil staff hotel untuk membawakannya makanan. Seperti biasa, setiap dia melangkah di sudut hotel semua staff yang berpapasan dengan Vanya akan membungkuk dan memberi salam. Vanya sudah masuk restoran, dia langsung menghampiri menu sarapan yang
Vanya di perjalanan menuju rumah Purnomo, dia memberanikan diri untuk datang memenuhi permintaan Anita. Jarak yang tidak begitu jauh antara rumah dan hotel Purnomo, perjalanan itu terasa sangat singkat. Sudah saja Vanya turun dari taksi, lalu berdiri di pintu gerbang. Duh!!! Masuk tidak ya?? Kalau bukan karena mbak Anita, mana sudi aku datang kemari!! Hufstt!!! Mau berapa banyak alasan yang aku buat, tetap saja aku masih berstatus sebagai istri Purnomo dan pastinya akan sering menginjak rumah ini lagi dan lagi, batin Vanya. Vanya hanya bisa menghela napas panjang, lalu dia memasuki gerbang. Tampak Anita sudah menunggunya di teras, ketika melihat kedatangan Vanya, dia berlari menghampirinya. “Kamu terlihat baik-baik saja, Mbak senang,” ucap Anita sambil memeluk Vanya. Setelah Anita cuk
Vanya datang ke restoran tepat di waktu acara klien itu selesai. Setiap kedatangannya pasti menarik perhatian banyak pasang mata. Dia berjalan menuju Hall yang sebagian besar tamu undangan sudah buyar. “Wahh!! Itu kliennya!!” gumam Vanya. Vanya melihat Anthony yang sedang membereskan piring kotor, klien komplain itu mendatangi Anthony. “Saya menyukainya, nasi goreng ini memang beda dari yang lain. Tamu undangan tampak menyukainya juga,” terang klien itu. “Terimakasih. Syukurlah kalau Bapak suka, kami pun ikut senang,” ucap Anthony. Klien itu sudah mereda dari amarahnya, dia berbicara dengan tersenyum kepada Anthony. Disaat bersamaan Vanya datang ke tempat mereka. “Maafkan keterlambatan saya Bapak, ada banyak alasan yang tidak bisa saya jelaskan. Bagaimana acaranya?” tanya Vanya. &nbs