Share

Bertahan Semalam

Author: AishaPena
last update Last Updated: 2023-09-11 11:34:11

"Mit, aku mohon jangan sampai kamu kasih tau ibu aku," pinta Widia setengah memohon karena jika ibunya tahu, ia takut malah akan menjadi beban pikiran baginya.

"Kamu ini, kayak ke orang asing aja. Ya jelas lah aku gak bakalan kasih tau ibu. Itu sama aja artinya aku bikin sakit ibu kamu!" Kedua bola mata Mita mendelik kesal.

"Iya, makasih ya, Mit." Kini perasaan Widia mulai bercampur aduk. Antara takut, khawatir, dan juga sedih. Jika Widia memang benar-benar akan memilih jalur hukum, maka ia juga harus benar-benar siap dengan konsekunsinya.

"Ya Allah, aku berpegang teguh kepadamu. Jauhkan aku dari orang-orang jahat," desis Widia dengan suara pelan.

Mita beranjak dan menerawang ke jalanan tandus nan berdebu. Di ujung pandangannya ia melihat wanita sepuh yang berjalan pelan membawa beban berat di punggungnya berupa seikat kayu bakar.

"Nah, itu ibu kamu, Wid." Mita setengah berlari menghampiri Siti-Ibu Kandung Widia--dari jarak 150 meter.

Perlahan Mita bersama ibunya Widia semakin mendekat. Sementara, Widia masih duduk dengan sejuta perasaan. Sungguh, Widia tak tega melihat wanita sepuh yang telah melahirkannya. Lambat laun, ibunya akan tahu perihal badai yang tengah melanda rumah tangga putri satu-satunya itu.

"Bu," sapa Widia tanpa menatap wajah lelah ibunda.

"Nak, kamu sendiri ke sini? Danu mana?"

Dalam benak Widia bergumam, kenapa ibunya tahu tentang kepulangan Danu? Widia juga beeprasangka mungkin ibunya tahu dari warga kampung yang iseng memberi kabar kepulangan Danu.

"Eum, Mas Danu lagi istirhat."

"Tapi, kamu bilang dulu 'kan kalau kamu mau ke sini?"

Lagi-lagi, Siti bertanya hal yang membuat Widia gugup. Seperti firasat atau sebuah feeling, Siti menanyai putrinya dengan pertanyaan yang membuat jawaban Widia terbata.

"I-iya, tadi aku bilang dulu, kok."

"Ya sudah kalau begitu. Masuk lah, kalian pasti nungguin lama 'kan?"

"Enggak, kok, Bu. Baru saja, iya kan, Wid?" Mita seolah mengukuhkan jiwa Widia yang tengah galau itu.

Mereka bertiga pun masuk ke rumah permanen milik Siti. Rumah sederhana yang selalu bersih dan apik. Harum semerbak pewangi tradisional dari bunga melati segar yang tertanam rapi di belakang rumah membuat aroma khas di rumah itu.

Siti duduk berselonjor di lantai membuang lelah sambil meminum air teh hangat. Sementara, Mita duduk di samping ibunya Widia.

"Sekarang lagi nanem apa, Bu?" tanya Mita kepada wanita sepuh yang tengah menyeruput air teh hangat itu. Kedua netra Mita memang fokus ke wajah Bu Siti. Sementara, tangannya seketika memberi kode kepada sahabatnya untuk cepat mengamankan barang bukti. Setelah menerima kode, Widia langsung menuju ruangan dapur mencari lemari es dan berniat memasukan segumpal daging yang sudah dibungkus plastik dengan begitu rekat.

Setelah Siti menjawab pertanyaan Mita, lalu asik mengobrol ke sana ke mari akhirnya Siti teringat sesuatu yang memaksanya beranjak dan meninggalkan Mita sendirian.

"Aduh, ibu lupa belum menghidupkan listrik lemari es. Sebentar ya, Mit." Siti beranjak, sementara Mita malah diam terpaku karena ia takut membuat ibunda sahabatnya itu sampai menaruh curiga.

Widia yang mengetahui langkah ibunya semakin dekat. Tentu saja membuatnya tegang sehingga tangannya mengalami tremor. Tanpa sengaja beberapa cash yang berisi telur berjejer tersenggol sikutnya. Ada tiga telur mentah yang jatuh membasahi lantai dapur. Sementara gumpalan daging itu masih ada di genggaman Widia.

"Astagfirullah, Wid. Lagi apa kamu di sana?"

"Eum, itu, Bu. Tadi aku lihat kecoa masuk ke sela-sela lemari es dan aku lagi nyari ini."

"Gak mungkin di rumah ibu ada kecoa, Wid." Siti begitu yakin karena selama ini ia tak pernah melihat serangga itu di rumahnya, saking bersihnya.

"Ya udah, Bu. Nanti telurnya Widia ganti sama beresin. Ibu istirahat saja."

"Jangan dibiasakan teledor begitu tangan kamu, Wid. Kan jadi bikin mubazir makanan. Beresin lagi yang rapi kayak sebelumnya, ya! Tolong juga colokin kabel lemari es nya."

Widia mengangguk dan segera mengelap cairan telur yang kini telah mengotori lantai di ruangan dapur ibunya.

Widia berpikir apakah mungkin barang bukti ini tidak akan ditemukan oleh ibu yang super apik seperti beliau? Sungguh pikiran Widia kini dilanda dilema. Tiba-tiba, Mita datang menghampiri Widia.

"Kenapa sih?" Mita menyamakan posisi jongkok di sebelah Widia.

"Aku tremor," jawab Widia pelan.

"Ibu apik banget. Kayaknya, barang bukti ini tidak akan aman jika disimpan di sini," sambung Widia.

"Ya udah, di rumah aku aja, gimana? Kamu percaya nggak sama aku?"

"Percaya, sih. Tapi ...."

"Ya udah, nggak usah maksain juga kalau kamu gak mau nitip barang itu ke aku. Lagian, jijik ah." Mita mendelik lagi.

Keduanya terdiam sesaat. Widia dapat merasakan kekecewaan Mita karena dia sempat menolak tawaran dan niat baiknya. Namun, barang ini sangat penting untuk Widia. Rasanya, ia akan lebih tidak tenang jika ia titipkan kepada sahabatnya itu. Bagi Widia, ketersediaan Mita menampung keluh kesah dan permasalahan rumah tangganya saja itu sudah lebih dari cukup.

"Udah bersih, ini," ucap Widia. Dirinya melirik sekilas ke arah raut wajah Mita yang masih saja cemberut.

"Mit, jangan marah dong."

"Enggak, ya udah yuk. Aku langsung pulang, ya. Pokoknya, lakuin seperti yang aku sarankan sama kamu."

"Loh, kok, pulang sih?"

"Tugas aku udah selesai. Good luck, Wid," ucap Mita sambil mengibas bagian celana levisnya yang sempat terkena air lap pel. Setelah itu, ia bergegas pamit kepada Siti.

Kini, tinggal Widia harus menghadapi wanita sepuh yang biasanya akan melontarkan beberapa pertanyaan kepada putrinya. Padahal Widia sering sekali mengunjungi ibunya, tapi Siti selalu memberondong putrinya dengan pertanyaan seperti sudah lama tak bersua.

***

"Bawa apa saja suamimu kali ini, Wid?" tanya Siti sambil mengangkat sedikit kacamatanya seusai mengkaji ayat Al-quran setelah shalat dzuhur.

"Kali ini dia bawa daging, Bu. Tapi, karena dagingnya mungkin kelamaan di perjalanan, jadi sedikit bau. Maaf, aku gak bawain daging itu untuk Ibu." Sebisa mungkin, se-related mungkin Widia berusaha mengarang jawaban yang tak jauh-jauh dari kenyataan.

"Oh, gak papa. Toh, ibu juga lagi gak makan daging. Bawaannya kalau nyantap daging, tensi darah ibu bisa semakin meningkat," sahut Siti sambil melanjutkan membaca kitab suci.

Widia mencari cara bagaimana supaya daging itu bisa di simpan di rumah ibunya. Ia terus memutar otak supaya menemukan ide yang tepat.

"Bu, aku titip ini, ya."

"Apa itu?"

Sengaja Widia berbicara dari posisi sedikit berjarak supaya ibunya tidak memperhatikan dengan jelas benda apa yang dititipkannya itu.

"Ini, semacam obat herbal, Bu. Entah apa isinya, besok aku ambil lagi."

"Jangan lama-lama nitipnya, ibu gak suka kalau ada barang asing di rumah ini."

"Semalam aja, kok. Oh ya, jangan dibuka ya, soalnya ini pakai plastik perekat yang kalau dalemnya kena angin, bisa luntur khasiatnya."

"Iya, iya! Bawel kamu, udah sana kasian suami kamu nungguin," ucap Siti sambil mengulurkan punggung telapak tangan. Widia menciumnya, kemudian ia benar-benar pamit.

***

Perasaan lega hanya berkisar selama beberapa menit saja. Barang bukti itu sudah berhasil diamankan. Kini, ia harus pulang. Danu sudah berkali-kali menghubunginya via ponsel genggam.

Sekitar pukul 17.00 WIB saat mentari mulai meninggalkan peraduannya. Setelah menjadi penumpang angkutan umum, Widia sudah sampai di gapura perkampungan alamat rumahnya. Ia berjalan sekitar 500 meter dari jalan aspal ke alamat rumahnya di perkampungan.

Widia menyusuri jalanan yang sudah hampir sunyi karena di jam-jam menjelang maghrib itu biasanya penduduk kampung ini sudah sibuk di rumahnya masing-masing. Perempuan itu berjalan dengan perasaan was-was. Ada perasaan khawatir juga takut jika warga kampung menghadangnya karena mereka sadar dengan daging yang tak lazim dimakan itu.

Widia melirik kanan dan kiri. Dengan berjalan tergesa, akhirnya ia sampai di mulut pintu rumahnya. Tiba-tiba, hati dan pikirannya disergapi ketakutan tentang apa yang akan dilakukan oleh Danu kepadanya. Selain, telat pulang setelah di-misscall sebanyak 11 kali panggilan yang tidak satu pun Widia jawab. Perempuan yang mengikat rambut ikalnya itu diam-diam sudah berencana untuk melapor polisi. Ngeri-ngeri sedap diingatan, tatkala Widia harus bertahan semalam tinggal bersama pria yang ia anggap sebagai orang mencurigakan.

Widia mengetuk pintu dengan ragu. Hanya tiga kali ketukan saja, pintu itu dibuka tergesa oleh Danu. Tampak di genggaman pria itu sebuah pisau tajam berada tepat di depan mata kepala Widia.

"Masuk!" ucap Danu dengan tatapan menghunus tajam.

Related chapters

  • Masak Daging Misterius   Barang Asing di Tas Danu

    "Bang ...." Tatapan ragu disertai takut menghiasi wajah Widia. "Apa? Ayok, masuk!" Wajah menantang suaminya membuat Widia semakin enggan untuk mengikuti ajakannya. "Tolong jauhkan dulu pisau itu, Bang," pinta Widia seraya memberanikan diri berbicara tegas tanpa segan. Sesaat Danu terdiam sambil melihat gelagat istrinya. "Memangnya kenapa? Aku tidak akan menyakitimu dengan ini." Danu mengangkat pisau di tangannya lalu beralih menatap Widia yang masih saja gentar. Ia berseringai sedikit menertawakan mental ciut wanita di hadapannya. "Ayok!" Danu mempertegas lagi. Akhirnya, Widia melangkah perlahan dengan mendahulukan kaki kanan. Sementara di dalam hatinya sibuk berdoa supaya dilindungi dari segala macam ketakutan dan marabahaya."Gimana kabar ibumu?" tanya Danu seraya duduk di kursi meja makan. Ternyata pisau itu ia gunakan untuk mengupas buah mangga. Meski begitu, tetap saja hati wanita itu belum jua tenang selama pisau tajam itu masih dipegangi suaminya. Sudut matanya pun berulang

    Last Updated : 2023-09-11
  • Masak Daging Misterius   Sel Amygdala

    Suara Danu terdengar kentara dari belakang. Sialnya, pria itu memang tipe orang yang tidak suka saat barang pribadinya dibongkar orang lain termasuk oleh istrinya sendiri. "Sedang apa kau di sana?" Posisinya yang semula terlentang, kini beranjak dan berdiri tegak di belakang Widia. Tak ada cara lain lagi bagi wanita itu agar selamat dari ancaman suaminya selain berbohong. Widia menghela napas tenang, berusaha bersikap biasa. "Aku nggak bongkar-bongkar, Bang. Cuma benerin resletingnya aja." "Coba lihat aku ...," titah Danu tak percaya. Ia berniat mencari petunjuk sebuah gerak mata tanda bahwa seseorang yang berbicara dengannya itu berdusta. Widia pun berhati-hati dengan hal itu, ia tak akan mungkin memperlihatkan kegugupannya. "Akh, sakit sekali kepalaku ...." Sambil mengerjapkan kelopak matanya, Widia juga membuat jemarinya menutupi sebagian wajah. "Kau sakit?" Pria itu mulai khawatir. Bagi Danu, wanita cantik yang berdiri di hadapannya itu adalah segalanya. Danu pernah mati-mati

    Last Updated : 2023-09-11
  • Masak Daging Misterius   Hukuman Lahir Batin

    "Maaf ... aku minta maaf, Bang." Widia tersungkur di lantai ruang tamu setelah pria itu menghempaskan tubuh wanita itu. Untuk pertama kalinya, Danu merasa tertipu oleh wanita yang begitu ia cintai. Kini, amarahnya telah sampai ke ubun-ubun. Tangan kekar Danu telah mengepal sempurna. Ingin sekali ia menghabisi wanita itu. Namun, bukan itu yang akan ia lakukan. "Ayok, katakan apa yang ingin kamu katakan. Bela diri kamu supaya aku bisa meminimalisasi hukuman apa yang pantas untukmu." Danu menatap istrinya seraya mengharapkan alasan yang paling masuk akal baginya. Widia menunduk, sesekali ia menyentuh kakinya yang sempat terkilir karena hardikan suaminya. "Cepat katakan alasanmu, kenapa kau sampai tega menipu suamimu sendiri dan berduaan dengan laki-laki b*engs*k itu?" tegas Danu semakin geram. Akhirnya ia mengambil posisi jongkok untuk melihat lebih jelas wajah gentar istrinya. Mulut Widia mengatup rapat, tangan yang menyentuh kaki gemetar, dan napas pun terasa terhenti di tenggoroka

    Last Updated : 2023-09-12
  • Masak Daging Misterius   Amukan Warga

    Plak!!Widia tak sanggup menahan kebencian terhadap pria itu. Meski dengan sisa-sisa tenaganya, telapak tangan Widia mendarat mulus di pipinya. Ia berhasil meluapkan amarah di relung hati. "Dasar penjahat!" Kecaman Widia semakin membuat Danu terkejut hingga kedua bola matanya hampir keluar, mengapa istrinya jadi seberani itu?"Apa? Kau bilang apa tadi?" tanya Danu seraya mengusap pipinya ke atas ke bawah secara berulang. Memang, tamparan Widia tidak terlalu keras, hanya saja Danu tertampar kenyataan bahwa istrinya sekarang sudah berani berubah. Seburuk itu kah Danu di hadapan Widia, sampai istrinya memanggilnya 'penjahat'.Danu mendekat hingga posisi keduanya hanya berjarak sekitar 30 cm saja."Kenapa kau panggil aku dengan sebutan itu? Pen-ja-hat?" Danu mengulang umpatan Widia. Rahangnya bergerak seakan ingin menerkam. Sorot matanya tak jauh beda dengan tajamnya belati."Kamu itu memang penjahat 'kan, Bang?" Meski dengan bibir bergetar, Widia berusaha mengungkap isi hati dan pikirann

    Last Updated : 2023-09-12
  • Masak Daging Misterius   Masuk Rumah Sakit

    "Sudah lah, kita bakar saja rumah ini, gak ada gunanya juga punya tetangga macam dia. Penampilan alim, tapi kelakuan i*lis," seru seorang pria yang berdiri dekat dengan pria pembawa derigen berisi minyak tanah."Setuju, setujuu!" Saat mereka hampir melakukan tindakan main hakim sendiri, datang lah Satya yang baru saja tiba dan mendengar kabar menggemparkan di kampung itu. "Tenang lah. Saya mohon kalian tenang. Kita gak boleh main hakim sendiri. Ayok, pikirkan keselamatan bersama. Apa dengan kalian membakar rumah ini akan menyelesaikan masalah? Nggak, 'kan? malah kalian akan menyesal karena menghilangkan nyawa orang. Terus, apa bedanya kalian dengan penjahat itu?" Sebisa mungkin Satya mencegah perbuatan kriminal dan hampir membahayakan wanita yang masih ia cintai.Semua warga terdiam, mereka mendengarkan wejangan pria rupawan itu dengan seksama. "Lalu, kita harus bagaimana?" "Sabar dan menyerahkan semuanya kepada pihak berwajib. Mereka tahu bagaimana menegakan keadilan. Percayakan sa

    Last Updated : 2023-09-12
  • Masak Daging Misterius   Calon Tunangan Satya

    Pria tampan berpakaian santai itu hanya tersenyum dan mengangguk ke arah Mita. Pandangan keduanya sempat saling bertemu selama beberapa detik. Tak lama setelah itu, Mita berpaling dan segera memburu sahabatnya yang masih berbaring. Keduanya saling memeluk satu sama lain. "Mit, makasih ya ... berkat kamu, polisi datang tepat waktu. Kalau tidak ...." Air mata mulai menganak sungai di pipi wanita lemah itu saat membayangkan saat-saat terakhir bersama Danu sebelum digrebek polisi. "Iya, Wid. Sama-sama, aku senang bisa lihat kamu selamat. Pasti ... pahlawan yang bawa kamu ke sini, Satya 'kan?" Mita melirik pria itu dengan sudut matanya. Berusaha untuk tidak 'baper' berada di antara sahabat dan juga calon tunangan. Pertanyaan Mita membuat kaku seisi ruangan. Bagaimana tidak, hampir semua orang tahu bahwa Mita dengan Satya sedang terlibat perjodohan. Namun, sampai saat ini baik Mita maupun Satya belum jua membuat kesepakatan. Widia benar-benar dibuat malu karena dirinya masih saja menikma

    Last Updated : 2023-09-13
  • Masak Daging Misterius   Menantu Idaman

    "Oh, mungkin maksud kamu itu, kamu bareng anak saya kan, nengokin si Widia?""Mm ... enggak, kok, Tante. Satya udah ada di sana waktu aku datang. Malah aku nggak tau loh, kalo dia lagi jengukin Widia." Mama Ami jadi sangat tidak enak hati terhadap gadis yang duduk di sebelahnya apalagi pada Bunda Lani. Seakan-akan putranya telah mencorengkan noda di wajah perempuan itu. Padahal sebagai seorang ibu, Mama Ami sering mengingatkan Satya untuk mulai serius dengan pertunangannya bersama Mita. "Duh, maaf. Maaf sekali, ya Jeng, Mit. Saya janji akan memberi peringatan lagi sama Satya." "Udah lah, Tante. Gak perlu maksa Satya juga, kasian dia. Biarkan saja anak Tante melakukan apa yang dia inginkan. Apapun itu kalau dilakukan dengan tergesa-gesa itu gak akan bener. Aku siap kok, nunggu Satya," ucap Mita. Setelah itu ia merapatkan bibirnya sambil mengangguk meyakinkan kedua wanita di hadapan dan di sampingnya. "Aku mandi dulu ya, Tante, Mah. Gerah banget panas-panasan di bawah terik matahari

    Last Updated : 2023-09-13
  • Masak Daging Misterius   Perhatian Istimewa

    "Sekarang kamu pilih mama atau istri penjahat yang terlahir dari keluarga miskin itu?" Mama Ami menyangga dagunya lalu menatap lekat kedua mata Satya. "Ma! Jangan kayak gini, lah!" Satya mulai mendengus kesal saat menerima pertanyaan dilema dari mamanya. Mana mungkin ia bisa menjawabnya asal. Pasalnya, ucapan dan keputusan seorang pria itu harus dipertanggung jawabkan. Ia tidak bisa menjamin untuk dapat meninggalkan Widia begitu saja hanya demi wanita yang sama sekali tidak ia cintai. Apalagi keadaan Widia saat ini sedang tidak baik-baik saja. Kini, yang ada dalam pikiran Satya hanya lah bagaimana caranya supaya Widia aman dan terlindungi dari amukan warga. Tanpa sadar pria itu telah mengaggurkan wanita yang duduk di hadapannya. "Satya! Ayok, jawab! Coba ... mama mau tau apa jawaban kamu." "Maaf, Ma. Satya nggak bisa jawab pertanyaan mama." Satya beranjak dan pergi meninggalkan wanita berpakaian formal itu. "Satyaa!" teriak Mama Ami sambil berdiri. Wanita itu menggebrak meja itu

    Last Updated : 2023-09-13

Latest chapter

  • Masak Daging Misterius   Kehadiran Buah Hati

    "Kamu kenapa,Widia?" Danu menempelkan punggung tangannya pada dahi yang berkeringat. Widia menggigil kedinginan dan seperti yang ingin muntah."Gak tau, Bang. Aku ... pusing dan mual. Aku juga meriang." "Ah, mungkin kamu masuk angin, Widia." "Iya, Bang. Tolong ambilkan air hangat aku ingin minum air hangat." "Sebentar." Danu segera pergi ke dapur dan mengambilkan air minum. Namun, belum juga sampai dapur. Widia muntah-muntah di lantai kamar. Danu panik dan berfikir untuk membawa Widia ke klinik terdekat. Di klinik, Widia menjalani serangkaian pemeriksaan yang dilakukan oleh tenaga medis yang berpengalaman. Mereka memeriksa kondisi fisik Widia dengan seksama dan melakukan tes yang diperlukan.Setelah hasil tes keluar, tenaga medis memberikan kabar yang mengejutkan kepada Danu dan Widia. Widia dinyatakan hamil! Mereka berdua merasakan kombinasi antara kegembiraan, kejutan, dan sedikit kecemasan. Namun, perasaan bahagia mereka jauh lebih dominan karena mereka telah lama menginginkan

  • Masak Daging Misterius   Bersama Lagi

    "Keluarlah dan mulailah hidup baru. Jalani kehidupan dengan baik," ucap seorang pria berseragam coklat yang bertugas mengeluarkan Danu dari penjara. Tiba saat yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Setelah menjalani tiga tahun di balik jeruji besi, Danu akhirnya bebas dari penjara yang telah membatasi kebebasannya. Dengan hati yang penuh harap, Danu melangkah keluar dari pintu penjara dan menuju ke tempat yang telah lama dinantikannya.Tidak ada waktu yang terbuang sia-sia bagi Danu. Begitu kaki-kakinya menyentuh tanah yang bebas, pria itu segera bergegas menemui Widia, orang yang selalu ada di pikirannya selama masa penahanannya. Dalam hati, ia berharap bahwa Widia masih setia menantikannya.Dengan langkah tergesa-gesa, Danu berjalan menuju rumah Widia. Detak jantungnya semakin cepat ketika ia mendekati pintu rumah yang sudah sangat akrab baginya. Dalam sekejap, Danu berdiri di depan pintu dan mengetuk dengan penuh harap."Assalamualaikum," sapa Danu dari luar. Bak seperti mimpi di sia

  • Masak Daging Misterius   Akankah Mereka Bersama lagi?

    "Mulai tani lagi, Mbak Wid?" tanya beberapa warga yang berpapasan dengannya saat hendak pergi ke ladang. "Iya, Bu. Hari ini aku mau panen kacang." "Oh, boleh bantu gak , Mbak?" "Tentu saja, Bu. Ayok. Kebetulan saya tidak ada teman untuk memanen kacang." Dua orang wanita sahabat Ibundanya dulu mendekati langkah Widia dan akhirnya mereka pun ikut ke ladang Widia. Ada hal yang berbeda dengan Widia saat ini yang tampak enak dipandang oleh warga sekitar. Yaitu, Widia yang kembali tersenyum dan berwajah ceria. Widia kembali ke ladang pertaniannya dengan semangat yang membara. Dia memiliki tujuan yang jelas dalam pikirannya: untuk mensukseskan hasil pertanian dan membuat ibunya yang telah tiada bangga.Setiap hari, Widia bekerja keras di ladangnya. Dia memberikan perawatan yang cermat kepada tanaman, memastikan mereka mendapatkan nutrisi yang cukup, air yang cukup, dan perlindungan dari hama atau penyakit. Widia juga memantau perkembangan tanaman dengan seksama, memastikan mereka tumbu

  • Masak Daging Misterius   Semua Telah Berakhir

    "Assalamualaikum," sapa Widia saat memasuki rumahnya kembali setelah seharian berpetualan dengan pengalaman menegangkan dan penuh dengan resiko kematian. Hening, tiada sesiapa yang bisa ia ajak bicara di sana. Semua sudah pergi. Dia sendirian. Setelah peristiwa yang melelahkan dan menegangkan, Widia pulang ke rumah dalam keadaan lelah. Langkahnya terasa berat saat ia memasuki pintu rumah. Tubuhnya terasa lelah setelah melewati berbagai emosi dan perjuangan selama hari itu.Widia melepas sepatu dan duduk di sofa dengan nafas yang terengah-engah. Wajahnya mencerminkan kelelahan dan ketegangan yang masih terasa. Matanya terlihat lelah dan berat, mungkin akibat dari kurangnya istirahat dan ketegangan yang ia alami."Ahhh, apakah ini benar-benar akan selesai? Semuanya pergi meninggalkanku," Dia merasakan tubuhnya yang tegang dan otot-ototnya yang kaku. Setelah melewati hari yang penuh dengan emosi dan perjuangan, Widia merasakan kelelahan yang mendalam. Dia merasa butuh istirahat yang b

  • Masak Daging Misterius   Ternyata kamu

    Di tengah kesibukan seorang petani yang tak pernah rehat, Widia memutuskan untuk melarikan diri sejenak dari kesibukan. Mereka berdua, duduk berdampingan di atas motor tua berwarna hitam milik Danu, bersiap untuk memulai perjalanan mereka."Apa harimu menjadi lebih baik?" "Sedikit," jawab Widia santai berusaha melalui hari ini dengan tenang meski akan terasa sangat diluar eksptasi. Widia, seorang gadis berjiwa bebas dengan rambut panjangnya yang berombak, duduk di belakang Danu. Matanya yang cemerlang menatap jauh ke depan, seolah-olah dia bisa melihat apa yang akan terjadi di masa depan. Sementara itu, Danu, pemuda yang tenang namun penuh semangat, memegang setir dengan erat, siap untuk membawa mereka berdua ke tempat yang belum pernah mereka kunjungi sebelumnya.Mereka berdua memulai perjalanan mereka di tengah malam, saat bintang-bintang di langit mulai berkelip, seolah-olah mereka sedang menunjukkan jalan bagi Widia dan Danu. Suara mesin motor yang berdengung seirama dengan det

  • Masak Daging Misterius   Membujuknya

    "Jadi lu punya rencana apa?" tanya Danu yang sudah sangat tidak sabar ingin mengetahui rencana Mita. "Ntar, gua harus tau dulu apa yang dilakukan Widia akhir-akhir ini?" Mita mencoba mengumpulkan Informasi terlebih dahulu dari pria di hadapannya. "Sekarang dia tinggal di rumah Bu Siti sendirian. Ia juga sering datang ke ladang ibunya untuk melanjutkan usaha tani ibunya yang sudah meninggal." "Oke, gua catat apa yang dilakukan Widia akhir-akhir ini. Tapi, gimana hubungan lu sama dia sekarang?" tanya Mita mendikte."Buruk, Mit. Sangan buruk." Memang seperti itu adanya. Danu tidak sedang berbohong hari ini. "Oke. Berarti lu bisa gua perintah dengan baik. Sebaiknya kita pancing dia dalam urusan pertanian seputar pekerjaannya sekarang. Misal dia lagi ada keperluan ke pasar. Lu tabrak aja dia!" "Maksud lu?" "Atau, kita bakar saja tanamannya di ladang. Gimana?" tanya Mita penasaran dengan jawaban Danu. "Apa ini tidak terlalu sadis?" "Heh, dodol! Dimana ada penjahat memikirkan sadis a

  • Masak Daging Misterius   Masuk Perangkap

    "Thank you, Angel. Gua bisa happy-happy sebelum gua pulang ke Indonesia lagi." "Lho? Kok pulang?" tanya Angel sambil merasa mehilangan saat membayangkan Mita yang assyik diajak belanja itu memutuskan untuk pulang. "Ya. Sepertinya tugasku di Indonesi lebih penting." "Perusahaan?" Tanya Angel menebak-nebak."No. Sesuatu yang lebih penting dari apapun." Mita mengulum senyum membayangkan sebentar lagi balas dendamnya akan segera tuntas. Meskipun keadaan Widia sekarang sudah sangat memprihatinkan. Tapi, ia khawatir jika jika suatu saat kebahagiaan kembali menyapanya. Mereka pun kembali melewati malam terakhir yang indah. Suasana malam di perjalanan memberikan pemandangan yang sangat indah dan mempesona bagi Mita dan Angel. Saat ini, Mita merasa bahwa alam serta apapun yang ada di dunia ini tengah berpihak kepadanya. Sampai Haryadi pun terciduk kejahatannya sehingga ia harus mendekam di bui. Hal itu sangat menguntungkan bagi Mita karena akhirnya pria bayaran yang bisa diandalkan oleh

  • Masak Daging Misterius   Jebakan Danu

    933Danu keluar dari rumah Widia. Melangkah pasti dengan tujuan menggebu di dadanya. Layaknya seorang pria dengan hati yang lembut namun penuh emosi. Ia mengetahui bahwa kekasihnya, Widia, telah disakiti oleh Satya dan Mita, emosi yang membara dalam hatinya tidak bisa ditahan. Dia merasa seolah-olah dunianya runtuh, hatinya hancur berkeping-keping. Namun, di balik rasa sakit yang mendalam itu, ada juga keinginan kuat untuk membalas perbuatan mereka. Meski memang Danu juga terlibat, mungkin ini lah yang bisa ia lakukan sebelum menghukum dirinya sendiri atas dosa yang ia lakukan kepada Widia. Danu duduk di taman yang sepi, menatap suasana malam dengan pandangan kosong. Matanya yang biasanya berbinar sekarang tampak suram, mencerminkan kepedihan hatinya. "Hei, pergi sana! Ini tempat gua!" Seorang pria pemabuk datang menghampiri Danu. Danu sedang tak ingin menghiraukan siapapun. Fokusnya hanya merenung sekaligus merencanakan langkah-langkah untuk menemui Satya dan juga Mita. Entah den

  • Masak Daging Misterius   Ungkap Fakta

    "Kenapa semuanya jadi seperti ini?" Danu mengeluh sendirian di dalam apartemen sewaanya yang tinggal beberapa hari ini akan habis masa sewa. Bahkan ia sudah menerima pesan penagihan dari pihak hotel untuk segera melakukan payment sebelum waktu habis. Setelah kehilangan pekerjaannya, Danu berjuang untuk mencari pekerjaan baru. Namun, dalam situasi ekonomi dia terus menghubungi para penjahat kelas kakap untuk menawarkan diri menjadi bodyguard, tetapi belum berhasil mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengannya. Ini semua karena pria itu bekerja kepada Haryadi. Yang merupakan musuh atau saingan mereka. Maka otomatis Danu ditolaknya. Hidupnya menjadi semakin sulit ketika uang tabungannya semakin menyusut. Dia harus membatasi pengeluaran dan mengatur keuangan dengan sangat hati-hati. Apalagi jika ia mengingat apartemen satu-satunya yang ia jadikan tempat untuk istirahat itu kini hanya tinggal beberapa hari lagi. Setelah itu masa sewa habis. Mungkin ia akan menjadi orang jalanan lagi. "Si

DMCA.com Protection Status